Sabtu, 27 Desember 2014

Stabilitas Obat

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kestabilan suatu zat merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam membuat formulasi suatu sediaan farmasi. Hal ini penting mengingat suatu obat atau sediaan farmasi biasanya diproduksi dalam jumlah yang besar dan memerlukan waktu yang lama sampai ketenangan pasien yang membutuhkannya. Obat yang disimpan dalam jangka waktu yang lama dapat mengalami penguraian dan mengakibatkan hasil urai dari zat tersebut bersifat toksik sehingga dapat membahayakan dan dampak negatif bagi jiwa pasien. Oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kestabilan suatu zat dapat sehingga dapat dipilih suatu kondisi dimana kestabilan obat optimum.
Penjelasan diatas menjelaskan kepada kita betapa pentingnya kita mengetahui pada keadaan yang bagaiman suatu obat tersebut aman dapat tahan atau bertahan lama, sehingga obat tersebut dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama tanpa menurunkan khasiat obat tersebut.
Olah karena itu pada percobaan ini dilakukan atau dimaksudkan dalam salah satu percobaan pada paraktikum farmasi fisika, sehingga setelah melakukan percobaan stabilitas obat, praktikum dapat mengetahui bagaimana karateristik obat tersebut, atau pada keadaan yang bagaimana suatu obat dapat bertahan lebih lama, serta mampu memperkirakan kadaluarsa suatu obat.
B.     Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dari praktikum ini adalah bagaimana laju penguraian obat terhadap suhu.
C.  Maksud dan Tujuan Praktikum
1.      Maksud dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap penguraian obat.
2.      Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan t1/2 dan t90 dari obat terhadap pengaruh suhu.
D.  Prinsip Praktikum
Penentuan laju penguraian obat terhadap perbedaan suhu yaitu 30’,40’,50’ yang dibutuhkan dengan metode grafik
..



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Teori Umum
Stabilitas suatu obat adalah suatu pengertian yang mencakup masalah kadar obat yang berkhasiat. Batas kadar obat yang masih bersisa 90% tidak dapat lagi disebut sub standar waktu diperlukan hingga tinggal 90% disebut umur obat (Martin, Swarbrick, Cammarata, 1983).
Pada umumnya penentuan kestabilan suatu zat dapat dilakukan melalui perhitungan kinetika kimia. Cara ini tidak memerlukan waktu lama sehingga cukup praktis digunakan dalam bidang farmasi. Hal-hal penting diperhatikan dalam penentuan kestabilan suatu obat secara kinetika kimia adalah (Anonim, 2013):
1.      Kecepatan Disolusi
2.      Factor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi
3.      Tingkat reaksi dan cara penentuan
Ada beberapa pendekatan untuk kestabilan dari preparat-preparat farmasi yang mengandung obat-obat yang cenderung mengurai dengan hidrolisis.Barangkali paling nyata adalah reduksi atau eliminasi air dari sistem farmasi.Bahkan bentuk-bentuk sediaan padat yang mengandung obat-obat labil air harus dilindungi dari kelembaban atmosfer. Ini dapat dibantu dengan menggunakan suatu penyalut pelindung tahan air menyelimuti tablet atau dengan menutup dan menjaga obat dalam wadah tertutup kuat (Martin et al, 1993).
Suatu obat kestabilannya dapat dipengaruhi juga oleh pH, dimana reaksi penguraian dari beberapa larutan obat dapat dipercepat dengan penambahan asam (H†) atau basa (OHˉ) dengan menggunakan katalisator yang dapat mempercepat reaksi tanpa ikut bereaksi dan tidak mempengaruhi dari hasil reaksi (Martin et al, 1993).
Penguraian bahan berkhasiat pada bentuk sediaan farmasi terjadi melalui berbagai jalur, yaitu hidrolisis, oksidasi-reduksi, rasemisasi, dekarboksilasi,pemecahan cincin dan fotolisis, yang paling sering dijumpai adalah hidrolisis dan oksidasi-reduksi (Lachman, Lieberman, Kanig, 2008).
Suatu obat kestabilannya dapat dipengaruhi juga oleh pH, dimana reaksi penguraian dari larutan obat dapat dipercepat dengan penambahan asam (H+) atau basa (OH-) dengan menggunakan katalisator yang dapat mempercepat reaksi tanpa ikut bereaksi dan tidak mempengaruhi hasil dari reaksi (Ansel, 1989)
Stabilitas fisik dan kimia bahan obat baik dan trsendiri dengan bahan – bahan dari formulasi yang merupakan kriteria paling penting untuk menentukan suatu stabilitas kimia dan farmasi serta mempersatukannya sebelum memformulasikan menjadi bentuk-bentuk sediaan (Ansel, 1989)
Untuk obat-obat tertentu 1 bentuk kristal atau polimorf mungkin lebih stabil dari pada lainnya, hal ini penting supaya obat dipastikan murni sebelum diprakarsai percobaan uji stabilitasnya dan suatu ketidakmurnian mungkin merupakan katalisator pada kerusakan obat atau mungkin menjadikan dirinya tidak akan stabil dalam mengubah penampilan fisik bahan obat (Parrot, 1968)
Kestabilan suatu sediaan farmasi dapat dievaluasi dengan test stabilitas dipercepat dengan mengamati perubahan kosentrasi pada suhu yang tinggi (Lachman et al, 1994)
Perbedaan bahan obat karena susunan kimianya masing-masing memasukkan pengaruhnya dalam sistem biologi. Beberapa bulan dihubungkan dengan lainnya secara kimiawi dan memasukkan pengaruh yang sama. Modifikasi bahan obat yang ada secara kimia dapat menghasilkan senyawa baru dengan kelebihan-kelebihan terapeutiknya dibandingkan dengan senyawa-senyawa yang paten. Jadi suatu ciri senyawa mungkin diolah secara sintesis dari suatu susunan aktifitas dasar farmakologi untuk mendapatkan bahan-bahan obat yang lebih baik dalam satu kelompok senyawa . senyawa-senyawa yang mempunyai kelebihan terhadap lainnya akan didahulukan pengembangan & pemakaian (Ansel, 1989).
B.     Uraian bahan
1.      Aquadest (Ditjen POM. 1979)
Nama resmi                       : Aqua destillata
Nama lain                          : Air suling
BM / RM                           : 18,02 / H2O
Pemerian                           : Cairan jrnih tidak berwarna dan tidak berasa
Penyimpanan                     : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan                          : Sebagai pelarut
2.      Ampicilin (Ditjen POM. 1979)
Nama resmi                       : Amoxilinum
Nama lain                          : Amoxilin
BM / RM                           : 349,41 / C16H19N3O4S
Pemerian                           : Serbuk hablur renik, putih, tidak berbau atau
                                            Hampir tidak berbau, rasa pahit.
Kelarutan                          : Larut dalam 170 bagian air dan praktis tidak
                                             Larut dalam etanol, dalam kloroform P.
Penyimpanan                     : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan                          : Sebagai sampel

C.    Prosedur Kerja
a.       Penentuan panjang gelombang maksimal
Sejumlah baku pembanding parasetaol ditimbnag seksama dan diencerkan denan air suling hingga diperoleh konsentrasi 1000 ppm. Sejumlah larutan ini dipipet ke dalam labu uku dan diencerkan dengan aquades sampai tanda hingga konsentrasinya 50 ppm, kemudian diukur serapannya pada rentang panjang gelombang 200-300. Selanjutnya dibuat kurva antara serapan terhadap panjang gelombang.
b.      Penentuan kurva baku
Larutan paracetamol dibuat dengan konsentrasi bervariasi. Kemudian masing-masin konsentrasi diukur serapannya pada panjang gelombang maksimal. Selanjutna dibuat kurva antara serapan terhadap konsentrasi.
c.       Penetapan kadar parasetamol
Penetapan kadar timbang seksama 1,5 g, tambahkan 100 ml air dan 20 ml  natrium hidroksida 0,1 N, encerkan engan air secukupnya hingga 200,0 ml pada 5,0 ml, tambahkan 9,5 ml natrium hidroksida 0,1 N, encerkan dengan  serair secukupnya hingga 100,0 ml. ukur. Ukur serapan. Hitung bobot zat dalam mg.
d.      Penentuan umur simpan sirup paracetamol
Sirup parasetamol dimasukkan ke dalam 2 vial masing-masing sebanyak 5 ml, kemudian vial-vial tersebut dimasukkan ke daam oven dnn suhu 40 , 50  dn 60 , pada jam ke 0, 30, 60, 90, 120, 150 dan 180 menit diambil 1 vial dan diukur kadar paracetamol.
e.       Penetapan kadar sirup paracetmol
Sirup parasetamol sebanyak 1 ml ditambahkan larutan natrium hidroksida 0,1 N hingga 10 ml kemudian dipipet sebanyak 1 ml ditambhakan air hingga 50 ml. ukur serapannya. Hitung bobot zat dalam mg tiap sirup.








BAB III
METODE KEJA
A.    Alat yang Digunakan
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah gelas ukur, gelas kimia, labu takar 10 ml, pipet tetes, pipet volume, batang pengaduk, kuvet, spektrofotometri dan vial.
B.     Bahan yang Digunakan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah aquadest dan sirup kering amoxicillin.
C.    Cara Kerja
1.      Disiapkan alat dan bahan
2.      Direkonsitusi Amoxlcilin Dry sirup dengan 51 ml aquadest
3.      Diambil 1 ml,lalu diencerkan menjadi 10 ml dalam labu takar 10 ml (untuk menit ke-0)
4.      Dimasukkan Amoxicilin Dry sirup pada suhu 300,400,500,600.
5.      Disaring,dimasukkan dalam vial
6.      Diukur serapan pada panjang gelombangnya menggunakan spektrofotometer
7.      Diukur serapan yang dihasilkan
8.      Dilakukan hal yang sama untuk menit ke- 15,30,45 dan 60 uuntuk masing-masing suhu.
9.      Dihitung t1/2 dan t90.
















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Data Pengamatan dan Perhitungan
A.    Data dan Perhitungan
1.      Kurva baku
Konsentrasi
Absorban (A)
(ppm)
75
0,24139
100
0,31486
125
0,38985
150
0,46347
175
0,53815
200
0,6422
225
0,7004
250
0,7969


a = -0,00352
b =  0,00316
r =  0,998
Persamaan garis lurusnya :
y = a + bx
y = 0,0032x – 0,0035
2.      Data absorban amoxicilin dry syrup
Waktu (menit)
ABSORBAN
Suhu 300C
Suhu 400C
Suhu 500C
0
0,309
0,275
0,311
15
0,303
0,244
0,256
30
0,272
0,243
0,341
45
0,243
0,236
0,344
60
0,273
0,236
0,318

3.      Data Perhitungan Konsentrasi Sirup Amoxicilin
Waktu (menit)
Konsentrasi (ppm)
Suhu 300C
Suhu 400C
Suhu 500C
0
988,9873
881,3924
995,3165
15
970,0000
783,2911
818,10
30
871,8987
780,1266
1090,2532
45
780,1266
757,9747
1099,7468
60
875,0633
757,9747
1017,4684

Suhu 30˚
-          Menit ke 0
X =   x fp
    =   x
    =988,9873 ppm
-          Menit ke 15
X =   x fp
    =
    =970,0000ppm

-          Menit ke 30
X =   x fp
    =
    =871,8987 ppm
-          Menit ke 45
X =   x fp
    =
    =780,1266 ppm
-          Menit 60
X =   x fp
    =
    =875,0633 ppm
Suhu 40˚
-          Menit 0
X =   x fp
=
    =881,3924 ppm
-          Menit 15
X =   x fp
    =
    =783,2911 ppm
-          Menit 30
X =   x fp
    =
    =780,1266 ppm

-          Menit 45
X =   x fp
    =
    =757,9747 ppm
-          Menit 60
X =   x fp
    =
    =757,9747 ppm
Suhu 50˚
-          Menit 0
X =   x fp
 =
=995,3165 ppm
-          Menit 15
X =   x fp
 =
=818,10ppm
-          Menit 30
X =   x fp
 =
=1090,2532ppm
-          Menit 45
X =   x fp
 =
=1099,7468ppm
-          Menit 60
X =   x fp
 =
=1017,4684ppm
4.      Data log konsentrasi Amoxicilin 
Waktu (menit)
LOG C
Suhu 300C
Suhu 400C
Suhu 500C
0
2,9952
2,9452
2,9980
15
2,9868
2,8939
0,4150
30
2,9405
2,8922
3,0375
45
2,8922
2,8797
3,0413
60
2,9420
2,8797
3,0075

Perhitungan :
·         Suhu 300 C
Untuk menit 0  = log 998,9873 = 2,9952
                     15 = log 970,0000 = 2,9868
                     30 = log 871,8987 = 2,9405
                     45 = log 780,1266 = 2,8922
                     60 = log 875,0633 = 2,9420
·         Suhu 400  C
Untuk menti 0 = log 881,3924 = 2,9452
                    15 = log 783,2911 = 2,8939
                   30 = log 780,1200 = 2,8992
                   45 = log 757,9747 = 2,8797
                   60 = log 757,9747 = 2,8797

·         Suhu 500 C
Untuk  menit 0 = log 995,3165 = 2,9980
                   15 = log 2,6004      = 0,4150
                   30 = log 1090,2532 = 3,0375
                   45 = log 1099,7468 = 3,0413
                   60 = log 1017,4684 = 3,0075
5.      Data 1/C Amoxicilin
Waktu (menit)
1/C
Suhu 300C
Suhu 400C
Suhu 500C
0
0,00101
0,00113
0,00100
15
0,00103
0,00128
0,38456
30
0,00115
0,00128
0,00092
45
0,00128
0,00132
0,00091
60
0,00114
0,00132
0,00098


Perhitungan :
·      Suhu 300  C
Untuk menit 0 =
        15 =
                   30 =
                   45 =
                   60 =
·      Suhu 400 C
Untuk menit 0 =
                  15 =
30 =
45 =
             60 =
·      Suhu 500 C
             Untuk menit 0 =
15 =
30 =
45 =
60 =
6.        Penentuan orde reaksi (Mengikuti orde 0 )
Orde
R
30
40
50
0
-0,7816263
-0,8389545
0,38327324
1
-0,7656972
-0,8461503
0,35884394
2
0,74855628
0,85337744
-0,3536345

7.      Penentuan tetapan laju reaksi (K)
Suhu
B
K
30
-2,7848101
2,78481013
40
2,7474 x10-06
2,7474 x10-06
50
7,60966821
7,60966821

Perhitungan :

            Orde 0 : k = b
·      Untuk Suhu 300 C :
b  = 2,7848101 = k
·      Untuk suhu 400 C :
b = 2,7474 x 10-06 = k
·      Untuk suhu 500 C :
b = 7,60966821 = k
8.      Penentuan Nilai K pada suhu 25oC dan usia simpan

Suhu
Suhu (K) T
1/T
K
LOG K
25
298
0,0033557
 7,3824 x 10-3
 13,8682
30
303
0,0033003
2,78481013
-3,520005
40
313
0,0031949
2,7474 x10-06
-3,125662
50
323
0,003096
7,60966821
-0,101293

Perhitungan :
Untuk mendapatkan nilai a,b,r makan regresikan antara 1/T dengan log K :
a.    7,662797 , b = 1849,25, r = 0,85695
y = a + bx
                                            Log k = y, log A = a,  = b,  = x
Log k = 7,662797 + 1849,25 (0,0033557)
Log k = 13,86832523
K = anti log k
 = 7,384570312 x 1013
 t1/2 =
 menit
( ket : 2500 adalah nilai konsentrasi dalam ppm)
t90               =            
            = 1802,669002 menit
            = 30,04 jam
            = 1,251 hari







B.     Pembahasan
Stabilitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk obat atau kosmetik untuk bertahan dalam batas spesifikasi yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan untuk menjamin identitas, kekuatan, kualitas dan kemurnian produk tersebut. Sediaan obat atau kosmetika yang stabil adalah suatu sediaan yang masih berada dalam batas yang dapat diterima selama periode penyimpanan dan penggunaan, dimana sifat dan karakteristiknya sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat.
Pada umumnya penetuan ketabilan suatu zat padat dilakukan dengan cara kinetia kimia. Cara ini tidak memerlukan waktu yang lama. Sehingga praktis digunakan dalam bidang farmasi. Hal-hal yang penting diperhatikan dalam penentuan kestabilan suatu zat dengan cara kinetika kimia adalah kecepatan reaksi, faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi, serta tingkat reaksi dan cara penentuannya.
Orde reaksi dapat ditentukan dengan beberapa metode yaitu:
1.    Metode substitusi
Data yang terkumpul dari hasil pengamatan jalannya suatu reaksi disubstitusikan ke dalam bentuk integral dari persamaan berbagai orde reaksi.jika persamaan itu menghasilkan harga K yang tetap konstan dalam batas-batas variasi percobaan, maka reaksi dianggap berjalan sesuai dengan orde tersebut.
2.    Metode grafik
Plot data dalam bentuk grafik dapat digunakan untuk mengetahui orde reaksi tersebut.Jika konsentrasi di plot terhadap t dan didapat garis lurus, reaksi adalah orde nol. Reaksi dikatakan orde pertama bila log (a-x) terhadap t menghasilkan garis lurus. Suatu reaksi orde kedua akan memberikan garis lurus bila 1/ (a-x) diplot terhadap t (jika konsentrasi mula-mula sama). Jika plot 1 /(a-x)² terhadap t menghasilkan garis lurus dengan seluruh reaktan sama konsentrasi mula-mulanya,reaksi adalah orde ketiga.
2.    Metode waktu paruh
Dalam reaksi orde nol, waktu paruh sebanding dengan konsentrasi awal, a. Waktu paruh reaksi orde pertama tidak bergantung pada a; waktu paruh untuk reaksi orde kedua, dimana a = b  sebanding dengan 1/a dari dalam reaksi orde ketiga, dimana a = b = c, sebanding dengan 1/a². Umumnya berhubungan antar hasil di atas memperlihatkan waktu paruh suatu reaksi dengan konsentrasi seluruh reaktan sama.
Menyatakan bahwa peningkatan suhu menghasilkan laju reaksi. Arrhenius menyatakan hubungan suhu dan reaksi sebagai berikut :
K = Sexp ( -Ea/RT )
Molekul tidak bereaksi sampai mereka menjadi aktif. Ea adalah energi aktifitas yaitu jumlah energy yang dibutuhkan untuk menempatkan molekul dalam keadaan diaktifkan dari mana mereka bereaksi membentuk produk reaksi. Jika suhu meningkat, sebagian besar dari molekul menjadi aktif dan reaksinya menjadi cepat.
   Waktu paruh (t1/2) merupakan waktu yang dibutuhkan untuk setengah dari jumlah awal obat/ zat lain dihilangkan dari tubuh, atau bagi obat untuk mengurangi setengah konsentrasi aslinya dalam darah. Hilangnya obat dapat karena berubah menjadi zat lain atau dibuang melalui urin.Sedangkan T90 adalah waktu yang tertera yang menunjukkan batas waktu diperbolehkannya obat tersebut dikonsumsi karena diharapkan masih memenuhi spesifikasi yang ditetapkan.
 T10 merupakan Kandungan bahan aktif yang bersangkutan secara internasional ditolerir suatu penurunan sebanyak 90% dari kandungan sebenarnya.
Orde reaksi berkaitan dengan pangkat dalam hukum laju reaksi, reaksi yang berlangsung dengan konstan, tidak bergantung pada konsentrasi pereaksi disebut orde reaksi nol. Reaksi orde pertama lebih sering menampakkan konsentrasi tunggal dalam hukum laju, dan konsentrasi tersebut berpangkat satu. Rumusan yang paling umum dari hukum laju reaksi orde dua adalah konsentrasi tunggal berpangkat dua atau dua konsentrasi masing-masing berpangkat satu.
Praktikum kali ini bertujuan untuk menerangkan factor – factor yang mempengaruhi kestabilan suatu zat, menentukan energi aktivasi dari reaksi suatu zat dan menentukan usia simpan suatu zat, dimana zat atau bahan obat yang digunakan untuk diukur stablitasnya yaitu amoksisilin.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan suatu zat antara lain, panas, cahaya, kelembaban, O2, pH, mikroorganisme, dan bahan-bahan tambahan yang digunakan dalam formula sediaan obat. Suatu sediaan obat yang dipapar langsung oleh cahaya matahari bisa mengalami kerusakan baik dari kemasan maupun sediaan. Sedian obat dapat mengalami oksidasi dengan adanya O2. Sediaan dapat berjamur dengan adanya mikroorganisme. Suatu sediaan obat ada yang hanya bekerja pada pH tertent.
Mekanisme kerja spektrofotometri, sinar dari sumber sinar adalah sinar polikromatis maka dilewatkan terlebih dahulu melalui monokromator, kemudian sinar monokromatis dilewatkan melalui kuvet yang berisi contoh maka akan menghasilkan sinar yang ditransmisikan dan diterima oleh detektor untuk diubah menjadi energi listrik ang kekuatannya dapat diamati oleh alat pembaca (satuan yang dihasilkan adalah absorban atau transmitan).
Kestabilan dari suatu zat merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam formulasi suatu sediaan farmasi. Hal itu penting mengingat sediaannya bisa diproduksi dalam jumlah yang besar dan juga memerlukan mutu yang lama untuk sampai ketangan pasien yang membutuhkannya. Obat yang disimpan dalam jangka waktu yang dapat mengalami penguraian dan mengakibatkan hasil urai dan zat tersebut bersifat toksik sehingga dapat membahayakan jiwa pasien. Oleh karena itu, perludiketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kestabilan suatu zat hingga dapat dipilih suatu kondisi dimana kestabilan obat tersebut optimum.
Hal-hal yang penting dalam menentukan kestabilan suatu zat secara kinetika kimia adalah:
*        kecepatan reaksi
*        faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi
*        tingkat reaksi den cara penentuan
Pada percobaan ini digunakan berbagai variasi suhu dari 300, 400, dan 500 C, dengan menggunakan obat amoxicilin sebagai sampelnya. Hal ini dimaksudkan guna untuk dapat menentukan pengaruh suhu terhadap kestabilan suatu obat sehingga kita dapat mengetahui pada suhu berapa obat dapat stabil dengan baik dan pada suhu berapa obat akan terurai lebih cepat sera berapa lama ekspayernya.
Penggunaan metode dengan kenaikkan suhu, apabila disimpan pada suhu normal atau suhu kamar, membutuhkan waktu yang lama untuk mengetahui tingkat kestabilan suatu sediaan obat, makanya digunakan metode kenaikkan suhu.
Dan juga digunakan variasi waktu yaitu 0, 15, 30,45, 60 menit untuk mengetahui dimana pada setiap waktu, kestabilan suatu sediaan atau obat makin berkurang atau batas kadaluarsa suatu obat semakin cepat.
Dari praktikum ini diperoleh hasil waktu paruh amoxicillin dry syrup adalah 90,1336 menit dan t90 adalah 30,04 jam (obat akan terurai 10% setelah 30,04 jam).obat akan terurai. Obat akan terurai 100% setelah 12 hari 11 jam.
Aplikasi stabilitas obat dalam bidang farmasi yakni kestabilan suatu zat merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam membuat formulasi suatu sediaan farmasi. Hal ini penting mengingat suatu sediaan biasanya diproduksi dalam jumlah yang besar dan memerlukan waktu yang lama dapat mengalami penguraian dan mengakibatkan dosis yang diterima pasien berkurang. Adakalanya hasil urai tersebut bersifat toksis sehingga membahayakan jiwa pasien. Oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor mempengaruhi kestabilan suatu zat sehingga dapat dipilih kondisi pembuatan sediaan yang tepat sehingga kestabilan obat terjaga.
















BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa:
1.    Faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan suatu zat antara lain, panas, cahaya, kelembaban, O2, pH, mikroorganisme, dan bahan-bahan tambahan yang dipergunakan dalam formula sediaan obat.
2.    Dari praktikum ini diperoleh hasil waktu paruh amoxcililm dyr syrup adalah 90,1336 menit dan t90 adalah 30,04 jam (obat akan terurai 10% setelah 30,04 jam).
B.     Saran
Sebaiknya alat laboratorium lebih dilengkapi lagi agar praktikum berjalan dengan lancer dan untuk mengifesiensikan waktu.






DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2013. “Penuntun Praktikum Farmasi Fisika”.Universitas Muslim Indonesia, Makassar.
Ansel, H.C., 1989, “Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi”, edisi IV, Terjemahan Farida Ibrahim, UI Press, Jakarta.
Ditjen POM, 1979. ”Farmakope Indonesia Edisi III”. Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Lachman, dkk, 1994. ”Teori dan Praktek Farmasi Industri”, Universitas Indonesia, Jakarta
Martin, Alfred, 1993. ”Farmasi Kimia”, Universitas Indonesia, Jakarta



Tidak ada komentar:

Posting Komentar