BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kestabilan suatu zat merupakan faktor
yang harus diperhatikan dalam membuat formulasi suatu sediaan farmasi. Hal ini
penting mengingat suatu obat atau sediaan farmasi biasanya diproduksi dalam
jumlah yang besar dan memerlukan waktu yang lama sampai ketenangan pasien yang
membutuhkannya. Obat yang disimpan dalam jangka waktu yang lama dapat mengalami
penguraian dan mengakibatkan hasil urai dari zat tersebut bersifat toksik sehingga
dapat membahayakan dan dampak negatif bagi jiwa pasien. Oleh karena itu perlu
diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kestabilan suatu zat dapat
sehingga dapat dipilih suatu kondisi dimana kestabilan obat optimum.
Penjelasan diatas menjelaskan kepada
kita betapa pentingnya kita mengetahui pada keadaan yang bagaiman suatu obat
tersebut aman dapat tahan atau bertahan lama, sehingga obat tersebut dapat
disimpan dalam jangka waktu yang lama tanpa menurunkan khasiat obat tersebut.
Olah karena itu pada percobaan ini
dilakukan atau dimaksudkan dalam salah satu percobaan pada paraktikum farmasi
fisika, sehingga setelah melakukan percobaan stabilitas obat, praktikum dapat
mengetahui bagaimana karateristik obat tersebut, atau pada keadaan yang
bagaimana suatu obat dapat bertahan lebih lama, serta mampu memperkirakan
kadaluarsa suatu obat.
B. Rumusan masalah
Adapun
rumusan masalah dari praktikum ini adalah bagaimana laju penguraian obat
terhadap suhu.
C. Maksud dan Tujuan Praktikum
1. Maksud
dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap penguraian
obat.
2. Tujuan
dari praktikum ini adalah untuk menentukan t1/2 dan t90 dari obat
terhadap pengaruh suhu.
D. Prinsip Praktikum
Penentuan laju penguraian obat terhadap
perbedaan suhu yaitu 30’,40’,50’ yang dibutuhkan dengan metode grafik
..
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Teori
Umum
Stabilitas suatu obat adalah suatu
pengertian yang mencakup masalah kadar obat yang berkhasiat. Batas kadar obat
yang masih bersisa 90% tidak dapat lagi disebut sub standar waktu diperlukan
hingga tinggal 90% disebut umur obat (Martin, Swarbrick, Cammarata, 1983).
Pada umumnya penentuan kestabilan suatu
zat dapat dilakukan melalui perhitungan kinetika kimia. Cara ini tidak
memerlukan waktu lama sehingga cukup praktis digunakan dalam bidang farmasi.
Hal-hal penting diperhatikan dalam penentuan kestabilan suatu obat secara
kinetika kimia adalah (Anonim, 2013):
1. Kecepatan
Disolusi
2. Factor-faktor
yang mempengaruhi kecepatan reaksi
3. Tingkat
reaksi dan cara penentuan
Ada beberapa pendekatan untuk kestabilan
dari preparat-preparat farmasi yang mengandung obat-obat yang cenderung
mengurai dengan hidrolisis.Barangkali paling nyata adalah reduksi atau
eliminasi air dari sistem farmasi.Bahkan bentuk-bentuk sediaan padat yang
mengandung obat-obat labil air harus dilindungi dari kelembaban atmosfer. Ini
dapat dibantu dengan menggunakan suatu penyalut pelindung tahan air menyelimuti
tablet atau dengan menutup dan menjaga obat dalam wadah tertutup kuat (Martin et al, 1993).
Suatu obat kestabilannya dapat
dipengaruhi juga oleh pH, dimana reaksi penguraian dari beberapa larutan obat
dapat dipercepat dengan penambahan asam (H†) atau basa (OHˉ) dengan menggunakan
katalisator yang dapat mempercepat reaksi tanpa ikut bereaksi dan tidak
mempengaruhi dari hasil reaksi (Martin et al, 1993).
Penguraian
bahan berkhasiat pada bentuk sediaan farmasi terjadi melalui berbagai jalur,
yaitu hidrolisis, oksidasi-reduksi, rasemisasi, dekarboksilasi,pemecahan cincin
dan fotolisis, yang paling sering dijumpai adalah hidrolisis dan
oksidasi-reduksi (Lachman, Lieberman, Kanig, 2008).
Suatu obat kestabilannya dapat
dipengaruhi juga oleh pH, dimana reaksi penguraian dari larutan obat dapat
dipercepat dengan penambahan asam (H+) atau basa (OH-)
dengan menggunakan katalisator yang dapat mempercepat reaksi tanpa ikut
bereaksi dan tidak mempengaruhi hasil dari reaksi (Ansel, 1989)
Stabilitas fisik dan kimia bahan obat
baik dan trsendiri dengan bahan – bahan dari formulasi yang merupakan kriteria
paling penting untuk menentukan suatu stabilitas kimia dan farmasi serta
mempersatukannya sebelum memformulasikan menjadi bentuk-bentuk sediaan (Ansel,
1989)
Untuk obat-obat tertentu 1 bentuk
kristal atau polimorf mungkin lebih stabil dari pada lainnya, hal ini penting
supaya obat dipastikan murni sebelum diprakarsai percobaan uji stabilitasnya
dan suatu ketidakmurnian mungkin merupakan katalisator pada kerusakan obat atau
mungkin menjadikan dirinya tidak akan stabil dalam mengubah penampilan fisik
bahan obat (Parrot, 1968)
Kestabilan suatu sediaan farmasi dapat
dievaluasi dengan test stabilitas dipercepat dengan mengamati perubahan
kosentrasi pada suhu yang tinggi (Lachman et al, 1994)
Perbedaan bahan obat karena susunan
kimianya masing-masing memasukkan pengaruhnya dalam sistem biologi. Beberapa
bulan dihubungkan dengan lainnya secara kimiawi dan memasukkan pengaruh yang
sama. Modifikasi bahan obat yang ada secara kimia dapat menghasilkan senyawa
baru dengan kelebihan-kelebihan terapeutiknya dibandingkan dengan senyawa-senyawa
yang paten. Jadi suatu ciri senyawa mungkin diolah secara sintesis dari suatu
susunan aktifitas dasar farmakologi untuk mendapatkan bahan-bahan obat yang
lebih baik dalam satu kelompok senyawa . senyawa-senyawa yang mempunyai
kelebihan terhadap lainnya akan didahulukan pengembangan & pemakaian (Ansel,
1989).
B. Uraian bahan
1. Aquadest
(Ditjen POM. 1979)
Nama
resmi
: Aqua destillata
Nama
lain
: Air suling
BM /
RM
: 18,02 / H2O
Pemerian
: Cairan jrnih tidak berwarna dan tidak berasa
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan
: Sebagai pelarut
2. Ampicilin
(Ditjen POM. 1979)
Nama
resmi
: Amoxilinum
Nama
lain
: Amoxilin
BM / RM
: 349,41 / C16H19N3O4S
Pemerian
: Serbuk hablur renik, putih, tidak berbau atau
Hampir tidak berbau, rasa pahit.
Kelarutan
: Larut dalam 170 bagian air dan praktis tidak
Larut dalam
etanol, dalam kloroform P.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan
: Sebagai sampel
C. Prosedur Kerja
a. Penentuan
panjang gelombang maksimal
Sejumlah
baku pembanding parasetaol ditimbnag seksama dan diencerkan denan air suling
hingga diperoleh konsentrasi 1000 ppm. Sejumlah larutan ini dipipet ke dalam
labu uku dan diencerkan dengan aquades sampai tanda hingga konsentrasinya 50
ppm, kemudian diukur serapannya pada rentang panjang gelombang 200-300.
Selanjutnya dibuat kurva antara serapan terhadap panjang gelombang.
b. Penentuan
kurva baku
Larutan
paracetamol dibuat dengan konsentrasi bervariasi. Kemudian masing-masin
konsentrasi diukur serapannya pada panjang gelombang maksimal. Selanjutna
dibuat kurva antara serapan terhadap konsentrasi.
c. Penetapan
kadar parasetamol
Penetapan
kadar timbang seksama 1,5 g, tambahkan 100 ml air dan 20 ml natrium hidroksida 0,1 N, encerkan engan air
secukupnya hingga 200,0 ml pada 5,0 ml, tambahkan 9,5 ml natrium hidroksida 0,1
N, encerkan dengan serair secukupnya
hingga 100,0 ml. ukur. Ukur serapan. Hitung bobot zat dalam mg.
d. Penentuan
umur simpan sirup paracetamol
Sirup
parasetamol dimasukkan ke dalam 2 vial masing-masing sebanyak 5 ml, kemudian
vial-vial tersebut dimasukkan ke daam oven dnn suhu 40
, 50
dn
60
, pada jam ke 0, 30, 60, 90, 120, 150 dan
180 menit diambil 1 vial dan diukur kadar paracetamol.
e. Penetapan
kadar sirup paracetmol
Sirup
parasetamol sebanyak 1 ml ditambahkan larutan natrium hidroksida 0,1 N hingga
10 ml kemudian dipipet sebanyak 1 ml ditambhakan air hingga 50 ml. ukur
serapannya. Hitung bobot zat dalam mg tiap sirup.
BAB
III
METODE
KEJA
A. Alat yang Digunakan
Adapun
alat yang digunakan pada praktikum ini adalah gelas ukur, gelas kimia, labu
takar 10 ml, pipet tetes, pipet volume, batang pengaduk, kuvet,
spektrofotometri dan vial.
B.
Bahan
yang Digunakan
Adapun
bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah aquadest dan sirup kering amoxicillin.
C. Cara Kerja
1. Disiapkan
alat dan bahan
2. Direkonsitusi
Amoxlcilin Dry sirup dengan 51 ml aquadest
3. Diambil
1 ml,lalu diencerkan menjadi 10 ml dalam labu takar 10 ml (untuk menit ke-0)
4. Dimasukkan
Amoxicilin Dry sirup pada suhu 300,400,500,600.
5. Disaring,dimasukkan
dalam vial
6. Diukur
serapan pada panjang gelombangnya menggunakan spektrofotometer
7. Diukur
serapan yang dihasilkan
8. Dilakukan
hal yang sama untuk menit ke- 15,30,45 dan 60 uuntuk masing-masing suhu.
9. Dihitung
t1/2 dan t90.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Data
Pengamatan dan Perhitungan
A.
Data
dan Perhitungan
1. Kurva
baku
Konsentrasi
|
Absorban (A)
|
(ppm)
|
|
75
|
0,24139
|
100
|
0,31486
|
125
|
0,38985
|
150
|
0,46347
|
175
|
0,53815
|
200
|
0,6422
|
225
|
0,7004
|
250
|
0,7969
|
a = -0,00352
b = 0,00316
r = 0,998
Persamaan garis
lurusnya :
y = a + bx
y = 0,0032x – 0,0035
2. Data
absorban amoxicilin dry syrup
Waktu (menit)
|
ABSORBAN
|
||
Suhu 300C
|
Suhu 400C
|
Suhu 500C
|
|
0
|
0,309
|
0,275
|
0,311
|
15
|
0,303
|
0,244
|
0,256
|
30
|
0,272
|
0,243
|
0,341
|
45
|
0,243
|
0,236
|
0,344
|
60
|
0,273
|
0,236
|
0,318
|
3. Data
Perhitungan Konsentrasi Sirup Amoxicilin
Waktu (menit)
|
Konsentrasi (ppm)
|
||
Suhu 300C
|
Suhu 400C
|
Suhu 500C
|
|
0
|
988,9873
|
881,3924
|
995,3165
|
15
|
970,0000
|
783,2911
|
818,10
|
30
|
871,8987
|
780,1266
|
1090,2532
|
45
|
780,1266
|
757,9747
|
1099,7468
|
60
|
875,0633
|
757,9747
|
1017,4684
|
Suhu 30˚
-
Menit ke 0
X
=
x fp
=
x
=988,9873 ppm
-
Menit ke 15
X
=
x fp
=
=970,0000ppm
-
Menit ke 30
X
=
x fp
=
=871,8987 ppm
-
Menit
ke 45
X
=
x fp
=
=780,1266 ppm
-
Menit 60
X
=
x fp
=
=875,0633 ppm
Suhu 40˚
-
Menit 0
X =
x fp
=
=881,3924 ppm
-
Menit 15
X
=
x fp
=
=783,2911 ppm
-
Menit 30
X
=
x fp
=
=780,1266 ppm
-
Menit
45
X
=
x fp
=
=757,9747 ppm
-
Menit 60
X
=
x fp
=
=757,9747 ppm
Suhu
50˚
-
Menit 0
X
=
x fp
=
=995,3165 ppm
-
Menit 15
X
=
x fp
=
=818,10ppm
-
Menit 30
X
=
x fp
=
=1090,2532ppm
-
Menit 45
X
=
x fp
=
=1099,7468ppm
-
Menit 60
X =
x fp
=
=1017,4684ppm
4.
Data
log konsentrasi Amoxicilin
Waktu (menit)
|
LOG C
|
||
Suhu 300C
|
Suhu 400C
|
Suhu 500C
|
|
0
|
2,9952
|
2,9452
|
2,9980
|
15
|
2,9868
|
2,8939
|
0,4150
|
30
|
2,9405
|
2,8922
|
3,0375
|
45
|
2,8922
|
2,8797
|
3,0413
|
60
|
2,9420
|
2,8797
|
3,0075
|
Perhitungan
:
·
Suhu 300 C
Untuk menit 0 = log 998,9873 = 2,9952
15 = log 970,0000 = 2,9868
30 = log 871,8987 = 2,9405
45 = log 780,1266 = 2,8922
60 = log 875,0633 = 2,9420
·
Suhu 400 C
Untuk menti 0 = log 881,3924 = 2,9452
15 = log 783,2911 = 2,8939
30 = log 780,1200 = 2,8992
45 = log 757,9747 = 2,8797
60 = log 757,9747 = 2,8797
·
Suhu 500 C
Untuk
menit 0 = log 995,3165 = 2,9980
15 = log 2,6004 = 0,4150
30 = log 1090,2532 = 3,0375
45 = log 1099,7468 = 3,0413
60 = log 1017,4684 = 3,0075
5.
Data
1/C Amoxicilin
Waktu (menit)
|
1/C
|
||
Suhu 300C
|
Suhu 400C
|
Suhu 500C
|
|
0
|
0,00101
|
0,00113
|
0,00100
|
15
|
0,00103
|
0,00128
|
0,38456
|
30
|
0,00115
|
0,00128
|
0,00092
|
45
|
0,00128
|
0,00132
|
0,00091
|
60
|
0,00114
|
0,00132
|
0,00098
|
Perhitungan :
·
Suhu 300 C
Untuk menit 0 =
15 =
30 =
45 =
60 =
· Suhu
400 C
Untuk menit 0 =
15 =
30 =
45 =
60 =
· Suhu
500 C
Untuk menit 0 =
15 =
30 =
45 =
60 =
6.
Penentuan
orde reaksi (Mengikuti orde 0 )
Orde
|
R
|
||
30
|
40
|
50
|
|
0
|
-0,7816263
|
-0,8389545
|
0,38327324
|
1
|
-0,7656972
|
-0,8461503
|
0,35884394
|
2
|
0,74855628
|
0,85337744
|
-0,3536345
|
7.
Penentuan
tetapan laju reaksi (K)
Suhu
|
B
|
K
|
30
|
-2,7848101
|
2,78481013
|
40
|
2,7474 x10-06
|
2,7474 x10-06
|
50
|
7,60966821
|
7,60966821
|
Perhitungan :
Orde 0 : k = b
· Untuk
Suhu 300 C :
b
= 2,7848101 = k
· Untuk
suhu 400 C :
b = 2,7474 x 10-06 = k
· Untuk
suhu 500 C :
b = 7,60966821 = k
8.
Penentuan
Nilai K pada suhu 25oC dan usia simpan
Suhu
|
Suhu (K) T
|
1/T
|
K
|
LOG K
|
25
|
298
|
0,0033557
|
7,3824 x 10-3
|
13,8682
|
30
|
303
|
0,0033003
|
2,78481013
|
-3,520005
|
40
|
313
|
0,0031949
|
2,7474 x10-06
|
-3,125662
|
50
|
323
|
0,003096
|
7,60966821
|
-0,101293
|
Perhitungan
:
Untuk
mendapatkan nilai a,b,r makan regresikan antara 1/T dengan log K :
a. = 7,662797 , b = 1849,25, r = 0,85695
y = a + bx
Log k = y, log A = a,
= b,
= x
Log k = 7,662797 + 1849,25 (0,0033557)
Log k = 13,86832523
K = anti log k
= 7,384570312 x 1013
t1/2 =
(
ket : 2500 adalah nilai konsentrasi dalam ppm)
t90 =
= 1802,669002 menit
= 30,04 jam
= 1,251 hari
B. Pembahasan
Stabilitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk
obat atau kosmetik untuk bertahan dalam batas
spesifikasi yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan
untuk menjamin identitas, kekuatan, kualitas dan kemurnian produk tersebut.
Sediaan obat atau kosmetika yang stabil adalah suatu sediaan yang masih berada
dalam batas yang dapat diterima selama periode penyimpanan dan penggunaan,
dimana sifat dan karakteristiknya sama dengan yang dimilikinya pada saat
dibuat.
Pada
umumnya penetuan ketabilan suatu zat padat dilakukan dengan cara kinetia kimia.
Cara ini tidak memerlukan waktu yang lama. Sehingga praktis digunakan dalam
bidang farmasi. Hal-hal yang penting diperhatikan dalam penentuan kestabilan
suatu zat dengan cara kinetika kimia adalah kecepatan reaksi, faktor-faktor
yang mempengaruhi kecepatan reaksi, serta tingkat reaksi dan cara penentuannya.
Orde
reaksi dapat ditentukan dengan beberapa metode yaitu:
1. Metode
substitusi
Data yang terkumpul dari hasil
pengamatan jalannya suatu reaksi disubstitusikan ke dalam bentuk integral dari
persamaan berbagai orde reaksi.jika persamaan itu menghasilkan harga K yang
tetap konstan dalam batas-batas variasi percobaan, maka reaksi dianggap
berjalan sesuai dengan orde tersebut.
2.
Metode grafik
Plot data dalam bentuk grafik dapat
digunakan untuk mengetahui orde reaksi tersebut.Jika konsentrasi di plot
terhadap t dan didapat garis lurus, reaksi adalah orde nol. Reaksi dikatakan
orde pertama bila log (a-x) terhadap t menghasilkan garis lurus. Suatu reaksi
orde kedua akan memberikan garis lurus bila 1/ (a-x) diplot terhadap t (jika
konsentrasi mula-mula sama). Jika plot 1 /(a-x)² terhadap t menghasilkan garis
lurus dengan seluruh reaktan sama konsentrasi mula-mulanya,reaksi adalah orde
ketiga.
2. Metode
waktu paruh
Dalam reaksi orde nol, waktu paruh
sebanding dengan konsentrasi awal, a. Waktu paruh reaksi orde pertama tidak
bergantung pada a; waktu paruh untuk reaksi orde kedua, dimana a = b sebanding dengan 1/a dari dalam reaksi orde
ketiga, dimana a = b = c, sebanding dengan 1/a². Umumnya berhubungan antar
hasil di atas memperlihatkan waktu paruh suatu reaksi dengan konsentrasi
seluruh reaktan sama.
Menyatakan
bahwa peningkatan suhu menghasilkan laju reaksi. Arrhenius menyatakan hubungan
suhu dan reaksi sebagai berikut :
K
= Sexp ( -Ea/RT )
Molekul tidak bereaksi sampai
mereka menjadi aktif. Ea adalah energi aktifitas yaitu jumlah energy yang
dibutuhkan untuk menempatkan molekul dalam keadaan diaktifkan dari mana mereka
bereaksi membentuk produk reaksi. Jika suhu meningkat, sebagian besar dari
molekul menjadi aktif dan reaksinya menjadi cepat.
Waktu paruh (t1/2) merupakan waktu yang dibutuhkan untuk setengah
dari jumlah awal obat/ zat lain dihilangkan dari tubuh, atau bagi
obat untuk mengurangi setengah konsentrasi aslinya dalam darah. Hilangnya obat
dapat karena berubah menjadi zat lain atau dibuang melalui urin.Sedangkan
T90 adalah waktu yang tertera yang menunjukkan batas waktu diperbolehkannya
obat tersebut dikonsumsi karena diharapkan masih memenuhi spesifikasi yang
ditetapkan.
T10
merupakan Kandungan bahan aktif yang bersangkutan secara internasional
ditolerir suatu penurunan sebanyak 90% dari kandungan sebenarnya.
Orde reaksi berkaitan dengan pangkat dalam hukum laju
reaksi, reaksi yang berlangsung dengan konstan, tidak bergantung pada
konsentrasi pereaksi disebut orde reaksi nol. Reaksi orde pertama lebih sering
menampakkan konsentrasi tunggal dalam hukum laju, dan konsentrasi tersebut berpangkat
satu. Rumusan yang paling umum dari hukum laju reaksi orde dua adalah
konsentrasi tunggal berpangkat dua atau dua konsentrasi masing-masing
berpangkat satu.
Praktikum kali ini bertujuan untuk menerangkan factor –
factor yang mempengaruhi kestabilan suatu zat, menentukan energi aktivasi dari
reaksi suatu zat dan menentukan usia simpan suatu zat, dimana zat atau bahan
obat yang digunakan untuk diukur stablitasnya yaitu amoksisilin.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kestabilan suatu zat antara lain, panas, cahaya, kelembaban,
O2, pH, mikroorganisme, dan bahan-bahan tambahan yang digunakan
dalam formula sediaan obat. Suatu sediaan obat yang dipapar langsung oleh
cahaya matahari bisa mengalami kerusakan baik dari kemasan maupun sediaan.
Sedian obat dapat mengalami oksidasi dengan adanya O2. Sediaan dapat berjamur
dengan adanya mikroorganisme. Suatu sediaan obat ada yang hanya bekerja pada pH
tertent.
Mekanisme
kerja spektrofotometri, sinar dari sumber sinar adalah sinar polikromatis maka
dilewatkan terlebih dahulu melalui monokromator, kemudian sinar monokromatis
dilewatkan melalui kuvet yang berisi contoh maka akan menghasilkan sinar yang
ditransmisikan dan diterima oleh detektor untuk diubah menjadi energi listrik
ang kekuatannya dapat diamati oleh alat pembaca (satuan yang dihasilkan adalah
absorban atau transmitan).
Kestabilan
dari suatu zat merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam formulasi suatu
sediaan farmasi. Hal itu penting mengingat sediaannya bisa diproduksi dalam
jumlah yang besar dan juga memerlukan mutu yang lama untuk sampai ketangan
pasien yang membutuhkannya. Obat yang disimpan dalam jangka waktu yang dapat
mengalami penguraian dan mengakibatkan hasil urai dan zat tersebut bersifat
toksik sehingga dapat membahayakan jiwa pasien. Oleh karena itu, perludiketahui
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kestabilan suatu zat hingga dapat
dipilih suatu kondisi dimana kestabilan obat tersebut optimum.
Hal-hal
yang penting dalam menentukan kestabilan suatu zat secara kinetika kimia
adalah:



Pada
percobaan ini digunakan berbagai variasi suhu dari 300, 400,
dan 500 C, dengan menggunakan obat amoxicilin sebagai sampelnya. Hal
ini dimaksudkan guna untuk dapat menentukan pengaruh suhu terhadap kestabilan
suatu obat sehingga kita dapat mengetahui pada suhu berapa obat dapat stabil
dengan baik dan pada suhu berapa obat akan terurai lebih cepat sera berapa lama
ekspayernya.
Penggunaan
metode dengan kenaikkan suhu, apabila disimpan pada suhu normal atau suhu
kamar, membutuhkan waktu yang lama untuk mengetahui tingkat kestabilan suatu
sediaan obat, makanya digunakan metode kenaikkan suhu.
Dan
juga digunakan variasi waktu yaitu 0, 15, 30,45, 60 menit untuk mengetahui
dimana pada setiap waktu, kestabilan suatu sediaan atau obat makin berkurang
atau batas kadaluarsa suatu obat semakin cepat.
Dari
praktikum ini diperoleh hasil waktu paruh amoxicillin dry syrup adalah 90,1336 menit dan t90 adalah
30,04 jam (obat akan
terurai 10% setelah 30,04
jam).obat akan terurai. Obat akan terurai 100% setelah 12 hari 11 jam.
Aplikasi stabilitas obat dalam bidang farmasi yakni kestabilan suatu
zat merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam membuat formulasi suatu
sediaan farmasi. Hal ini penting mengingat suatu sediaan biasanya diproduksi
dalam jumlah yang besar dan memerlukan waktu yang lama dapat mengalami
penguraian dan mengakibatkan dosis yang diterima pasien berkurang. Adakalanya
hasil urai tersebut bersifat toksis sehingga membahayakan jiwa pasien. Oleh
karena itu perlu diketahui faktor-faktor mempengaruhi kestabilan suatu zat
sehingga dapat dipilih kondisi pembuatan sediaan yang tepat sehingga kestabilan
obat terjaga.
BAB
V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa:
1. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kestabilan suatu zat antara lain, panas, cahaya, kelembaban,
O2, pH, mikroorganisme, dan bahan-bahan tambahan yang dipergunakan
dalam formula sediaan obat.
2. Dari
praktikum ini diperoleh hasil waktu paruh amoxcililm dyr syrup adalah 90,1336 menit dan t90 adalah
30,04 jam (obat akan
terurai 10% setelah 30,04
jam).
B. Saran
Sebaiknya
alat laboratorium lebih dilengkapi lagi agar praktikum berjalan dengan lancer
dan untuk mengifesiensikan waktu.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim, 2013. “Penuntun
Praktikum Farmasi Fisika”.Universitas Muslim Indonesia, Makassar.
Ansel,
H.C., 1989, “Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi”, edisi IV, Terjemahan Farida
Ibrahim, UI Press, Jakarta.
Ditjen POM, 1979. ”Farmakope Indonesia Edisi III”. Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Lachman, dkk, 1994. ”Teori dan Praktek Farmasi Industri”, Universitas Indonesia,
Jakarta
Martin, Alfred, 1993. ”Farmasi Kimia”, Universitas Indonesia, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar