Sabtu, 27 Desember 2014

Fartok II - Kardiovaskular

BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Di negara-negara sedang berkembang seperti Indonesia peningkatan penyakit yang berhubungan dengan jantung juga semakin meningkat .  Meskipun pelayanan kesehatan dan kedokteran juga semakin meningkat dan  didasarkan pada sistem kedokteran modern, tetapi pemakaian obat-obat jauh dari keadaan optimal dan rasional karena banyaknya masyarakat yang bergantung pada obat yang beredar sekarang ini tanpa mengetahui dosis dan efek yang dikandung oleh obat yang dikonsumsi tersebut, serta bagaimana cara penggunaan obat yang dikonsumsi dengan baik. Pemakaian obat yang tidak rasional tersebut merupakan masalah serius dalam pelayanan kesehatan yang kemungkinan dapat menimbulkan dampak negatif yang terjadi.
Pada zaman sekarang ini seseorang sangat mudah terkena penyakit karena disebabkan mobilitas atau kesibukan yang cukup tingga, sehiingga asupan makanan yang masuk kedalam tubuh tidak begitu baik. Misalnya makanan instan yang kita ketahui bersama mengandung banyak bahan pengawet dan bahan-bahan berbahya lainnya.
Penelitian membuktikan bahowa pembunuh no.1 saat ini didunia adalah penyakit jantung. Masalah penyakit jantung berwawal dari hal sederhana saja misalnya dari makanan itu sendiri dan pola hidup yang tidak sehat.  
Dengan adanya masalah tersebut maka kita sebagai calon farmasis harus mengetahui cara kerja obat dan efek yang ditimbulkan. Oleh karena itu, percobaan sistem kardiovaskuler  ini perlu dilaksanakan.
Pada percobaan ini kita menggunakan hewan coba mencit (Mus musculus), dimana hewan ini akan menjadi hewan percobaan dengan pemberian obat atau sediaan farmasi sehingga dari hasil sehingga kita dapat mengetahui efektifitas setiap obat dari hasil data praktikum yang didapatkan .
B.   Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami efek fermakologi dari obat hipertensi terhadap terhadap hewan coba mencit ( Mus musculus ).
C.   Tujuan Percobaan
Menentukan efek dari obat hipertensi yaitu Propanolol, Kaptopril, Nifedipin dengan pengamatan warna telinga dari hewan coba mencit ( Mus musculus ).
D.   Prinsip Percobaan
Penentuan efek obat hipertensi yaitu Propanolol, Kaptopril, Nifedipin terhadap hewan coba mencit ( Mus musculus ) yang sebelumnya diinduksi dengan epinefrin secara intraperitorial untuk meningkatkan tekanan darah mencit lalu diamati warna merah telingan mencit dengan interval waktu 0’, 15’, 30’ ,45’,dan 60’ setelah pemberian obat secara peroral.




















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.   Teori Umum
Hipertensi didefenisikan sebagai tekanan darah diastolic tetap yang lebih besar dari 90 mmHg disertai dengan kenaikan tekanan darah sistolik (140 mmHg) (Mycek.2001).
Tekanan darah tinggi berkaitan dengan penurunan usia harapan hidup dan peningkatan risiko stroke, penyakit jantung koroner dan penyakit organ target lainnya (misalnya retinopati, gagl ginjal) (Neal. 2005)
Tekanan darah pada pasien hipertensi dikontrol dengan mekanisme  yang sama, yang juga digunakan pada subjek - subjek normotensif. Regulasi tekanan darah pada hipertensi berbeda dengan keadaan normal dengan baroreseptor dan system control volume tekanan darah ginjal pada tingkat tekanan darah yang lebih tinggi (Katzung, 2002).
Mekanisme pengaturan tekanan darah (Mycek. 2001)
a.    Sistem baroreseptor dan system saraf simpatis
Berorefleks mencakup system saraf simpatis yang diperlukan umtuk pengaturan tekanan darah yang cepat dari waktu ke waktu. Turunnya tekanan darah menyebabkan neuron-neuron yang sensitive terhadap tekanan akan mengirimkan impuls yang lebih lemah kepada pusat-pusat kardiovaskular dalam sambungan sumsum. Ini akan menimbulkan peningkatan respons reflex pusat simpatik dan penurunan pusat parasimpatik terhadap jantung dan pembuluh yang mengakibatkan vasokontriksi dan meningkatkan isi sekuncup.
b.    Sistem rennin-angiotensin-aldosteron
Ginjal mengatur tekanan darah jangka panjang dengan mengubah volume darah. Baroreseptor pada ginjal menyebabkan penurunan tekanan darah dengan cara mengeluarkan enzim rennin. Peptidase ini akan mengubah angiotensinogen menjadi angiotensin I yang selanjutnya dikonversi menjadi angiotensin II oleh oleh enzim pengkonversi angiotensin (ACE). Angiotensin II adalah vasokonstriktor yang sangat poten dalam sirkulasi, menyebabkan peningkatan tekanan darah. Lebih lanjut, angiotensin II ini memacu sekresi aldosteron, sehingga reansorbsi natrium ginjal dan volume darah meningkat, yang seterusnya juga akan meningkatkan tekanan darah.
         Hipertensi merupakan penyakit heterogen yang dapat disebabkan oleh penyebab yang spesifik (hipertensi sekunder) atau mekanisme patofisiologi yang tidak diketahui penyebabnya (hipertensi primer atau esensial).Hipertensi sekunder bernilai kurang dari 10% kasus hipertensi, pada umumnya kasus tersebut disebabkan oleh penyakit ginjal kronik atau renovaskular. Kondisi lain yang dapat menyebabkan hipertensi sekunder antara lain pheocrhromocytoma, sindrom cushing, hipertiroid, hiperparatiroid, aldosteron primer, kehamilan, obstruktif sleep apnea, dan kerusakan aorta. Beberapa obat yang dapat meningkatkan tekanan darah adalah kortikosteroid, estrogen, AINS (Anti Inflamasi Non Steroid), amphetamine, sibutramin, siklosporin, tacrolimus, erythropoietin, dan venlafaxine (Sukandar, 2008).
         Multifaktor yang dapat menimbulkan hipertensi primer adalah (Sukandar, 2008) :
a.    Ketidaknormalan humoral meliputi system renin-angiotensin-aldosteron, hormone natriuretik, atau hiperinsulinemia.
b.    Masalah patologi pada system syaraf pusat, serabut saraf otonom, volume plasma, dan konstriksi arteriol.
c.    Defisiensi senyawa sintesis lokal vasodilator pada endothelium vascular, misalnya prostasiklin, bradikinin, dan nitrit oksida, atau terjadinya peningkatan produksi senyawa vasokontriktor seperti angiotensin II dan endotelin I.
d.    Asupan natrium tinggi dan peningkatan sirkulasi hormone natriuretik yang menginhibisi transport natrium intraseluler, menghasilkan peningkatan reaktivitas vascular dan tekanan darah.
e.    Peningkatan konsentrasi kalsium intraseluler, memicu perubahan vascular, fungsi otot halus dan peningkatan resistensi vascular perifer.
Hipertensi dapat diklasifikasikan berdasarkan tingginya tekanan darah, menurut Joint National Comitte on prevention, detection, evaluation and treatment og high blood pressure (JNC), membuat klasifikasi yang mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Pada JNC V (1992) hipertensi dibagi dalam 4 tingkat : ringan, sedang, berat, dan sangat berat. Pada JNC VI (1997) hipertensi hipertensi dibagi menjadi tingkat 1, tingkat 2, dan tingkat 3 ditambah 1 kelompok hipertensi sistolik terisolasi, sedangkan klasifikasi baru JNC VII (2003) hanya membagi hipertensi menjadi tingkat 1 dan tingkat 2 dan menghilangkan kelompok hipertensi sistolik terisolasi (Mardjono, 2007).
Berdasarkan tinjauan klinis dan etiologi hipertensi dibagi menjadi 2 kelompok yaitu sebagai berikut : (Mutschler, 1991)
1.    Hipertensi primer
(Sinonim : hipertensi esensial, genuine, idiopatik) dengan penyebab yang masih belum diketahui
2.    Hipertensi sekunder
Yang terjadi akibat perubahan organ secara patologik.
a.    Renal
-       Renovaskuler (karena stenosis arteri renalis)
-       Renoparenkimal (misalnya pada glomerulonefritis kronis, penciutan ginjal pielonefritik, ginjal kista, amiloidosis, periarteritisnodosa, nefropati kehamilan)
b.    Endokrin
(Pada sindrom Cushing, sindrom Conn, hipertireosis, akromegali, feokromositoma)
c.    Kardiovaskuler
(Misalnya pada stenosis ismusaorta, stenosis aorta, blockade jantung total, sindrom jantung hiperkinetik)
d.    Neurogen
(Akibat penyaklit organik pada sistem saraf, misalnya tumor, ensefalitis, meringitis, keracunan karbonmonoksida dan talium)

Dari kesemuanya ini :
-       Hipertensi primer (esensial) sekitar 90 %
-       Hipertensi renal 6-8 %
-       Hipertensi endokrin  lebih kecil sama dengan 1 %
-       Hipertensi kardiovaskuler lebih kecil sama dengan 1 %
-       Hipertensi neurogen lebih kecil 1 %
Pada orang normal dan hipertensi, curah jantung dan resistensi perifer diatur oleh suatu mekanisme pengatur yang saling tumpah tindih yaitu barorefleks disalurkan melalui sistem saraf simpatik, dan sistem renin-angiotensin-aldosteron.Sistem renin-angiotensin-aldosteron (RAAS) dimana ginjal mengatur tekanan darah jangka panjang dengan mengubah volume darah. Baroreseptor pada ginjal menyebabkan penurunan tekanan darah (dan stimulasi reseptor β-adrenergik simpatik) dengan cara mengeluarkan enzim renin. Peptidase ini akan mengubah angiotensinogen menjadi angiotensin I yang selanjurnya dikonversi menjadi angiotensin II oleh enzim pengkonversi angiotensin. Angiotensin II adalah vasokonstriktor yang sangat poten dalam sirkulasi, menyebabkan peningkatan tekanan darah. Lebih lanjut angiotensin II ini memacu sekresi aldosteron, sehingga reabsorbsi natrium ginjal dan volume darah meningkat, yang seterusnya juga akan meningkatkan tekanan darah (Mycek, 2001).
         Obat-Obat antihipertensi terdapat 7 golongan yaitu (Mycek, 2001) :
1.    Golongan Diuretik (bumetanid, furosemid, hidroklorotiazid, spironolakton dan triamteren).
2.    Golongan Penyekat β (atenolol, labetalol, metoprolol, nadolol, propanolol dan timolol)
3.    Golongan Inhibitor ACE (benazepril, kaptopril, enalapril, fosinopril, lisinopril, moeksipril, quinapril dan ramipril)
4.    Golongan Antagonis Angiotensin II (losartan)
5.    Golongan Penyekat Kanal Kalsium (amlodipin, diltiazem, felodipin, isradipin, nikardipin, nifedipin, nisoldipin dan verapamil)
6.    Golongan Penyekat α (doksazosin, prazosin dan terazosin)
7.    Lain-lain (klonidin, diakzoksid, hidralazin, α-metildopa, minoksidil dan natrium nitroprusid).
Mekanisme kerja obat golongan antihipertensi yaitu sebagai berikut (Mycek, 2001) :
1.    Obat antihipertensi golongan diuretik dapat menurunkan tekanan darah dengan menyebabkan diuresis (menurunkan cairan vascular tubuh) dimana obat golongan ini bekerja dimulai dengan meningkatkan ekskresi natrium dan air dari dinding arteriolar yang berperan dalam penurunan volume ekstrasel, sehingga menimbulkan pengurangan isi sekuncup jantungdan aliran darah ginjal.
2.    Golongan penyekat β dapat menurunkan tekanan darah terutama mengurangi isi sekuncup jantung. Obat ini menurunkan aliran simpatik dari SSP dan menghambat pelepasan renin dari ginjal,karena itu mengurangi pembentukan angiotensin II dan sekresi aldosteron .
3.    Golongan ACE inhibitor dapat menurunkan tekanan darah dengan mengurangi resistensi vascular perifer tanpa meningkatkan curah jantung, kecepatan ataupun kontraktilitas. Obat-obat ini menghambat enzim pengkonversi angiotensin yang mengubah angiotensin I membentuk vasokontriksi poten angiotensin II. ACE inhibitor juga menurunkan sekresi aldosteron sehingga mengurangi retensi natrium dan air.
4.    Golongan antagonis angiotensin II merupakan penyekat reseptor angiotensin II yang sangat sensitif. Efek farmakologik sama dengan ACE yaitu menimbulkan vasodilatasi dan menyekat sekresi aldosteron.
5.    Golongan penyekat kanal kalsium dimana mekanisme kerja obat golongan ini adalah menghambat kanal kalsium dengan cara terikat pada kanal kalsium tipe L di jantung dan otot polos koroner dan vascular perifer sehingga akan terjadi penurunan kontraksi dan menyebabkan vasodilatasi dan menurunkan tekanan darah.
6.    Golongan penyekat α dimana mekanisme kerjanya yaitu menghambat reseptor α1 sehingga menurunkan resistensi vascular perifer dan menurunkan tekanan darah arterial dengan menyebabkan relaksasi otot polos arteri dan vena (memberikan efek vasodilatasi).
7.    Lain-lain :
a.    Bekerja sentral, dimana mekanisme kerja dari obat-obat ini adalah sebagai agonis α-adrenergik dimana obat ini mengurangi aliran adrenergik sentral sehingga menurunkan tekanan darah.
b.    Vasodilator, dimana mekanisme kerja dari obat-obat ini adalah dengan cara merelaksasi otot polos vascular, yang menurunkan resistensi dan karena itu mengurangi tekanan darah
c.    Kedaruratan Hipertensi, dimana obat-obat ini diberikan pada saat darurat saja dengan cara intravena, yang dapat menyebabkan vasodilatasi langsung, dengan refleks takikardia. Obat ini dapat menurunkan tekanan darah pada semua orang, apapun penyebabnya.




Berdasarkan tingginya tekanan darah seseorang dikatakan hipertensi bila tekanan darahnya ˃140/90 mmHg (Gunawan,2009) :
Klasifikasi
Sistol
Diastol
mm Hg
mm Hg
Normal
˂ 120
˂ 80
Prehipertensi
120-139
80-89
Hipertensi


          Tingkat 1
140-159
90-99
          Tingkat 2
˃ 160
˃ 100

Berdasarkan etiologinya hipertensi dibagi menjadi hipertensi esensial atau hipertensi primer atau idiopatik adalah hipertensi tanpa kelainan dasar patologi yang jelas. Penyebebnya multifaktorial meliputi faktor genetika dan lingkungan. Dan Hipertensi sekunder meliputi 5-10% kasus hipertensi. Termasuk dalam kelompok ini antara lain hipertensi akibat penyakit ginjal (hipertensi renal), hipertensi endokrin, kelainan saraf pusat, oabt-obat-obatan dan lain-lain. Hipertensi renal dapat berupa hipertensi renovaskuler , misalnya pada stenosis arteri renalisvakulitis internal ( Gunawan,2009).
Ginjal mengatur tekanan darah  jangka panjang dengan mengubah volume darah. Barometereseptor pada ginjal menyebabkan penurunan tekanan darah (dan stimulasi reseptor ß-adrenergik simpatik) dengan cara mengeluarkan enzim renin . Pepetidase ini akan mengubah angiotensinogen menjadi    angiotensin I yang selanjutnya dikonversi menjadi angiotensin II oleh enzim pengkonversi angiotensin (ACE). Angiotensin II adalah vasokonstriktor yang sangat poten dalam sirkulasi, menyebabkan peningkatan tekanan darah . Lebih lanjut, angiotensin II ini memacu sekresi aldosteron, sehingga reabsorbsi natrium ginjal dan volume darah meningkat , yang seterusnya juga akan meningkatkan tekanan darah (Mycek,2001).
Antihipertensi memiliki beberapa golongan obat yaitu golongan diuretic, Penyekat-Beta, inhibitor ACE, Antagonis angiotensin II , Penyekat kanal kalsium, Penyekat –Alfa dan obat golongan lain-lain (Mycek,2001).
Golongan diuretik tiazid bekerja merendahkan tekanan darah ,dimulai dengan peningkatan sekresi Na+ dan air. Ini menurunkan volume ekstrasel menimbulkan pengurangan isi sekuncup jantung dan aliran darah ginjal. Contoh obatnya yaitu Hidroklorotiazid. Sedangkan diuretic loop , bekarja cepat pada pasien contoh obatnya Furosemid. Menyebabkan penurunan resisitensi  vaskuler ginjal. Meningkatkan isi kadar kalsium urine sedangkan diuretika tiazid menurunkan konsentrsi kalsium pada urine (Mycek,2001) .
Golongan penyekat ß-adrenoreseptor, contoh obatnya yaitu : Atenolol, Labetalol, Metoprolol, Nadolol, Propanolol dan Timolol, menyebebkan penurunan tekanan darah terutama mengurangi isi sekuncup jantung . Obat ini menurunkan aliran simpatik dari SSP dan menghambat pelepasan renin dari ginjal , karena itu mengurangi pembentukan angiotensin II dan sekresi aldosteron. (Mycek,2001).
Golongan inhibitor ACE ,contoh obatnya yaitu Benazepril, Kaptopril, Enalapril, Fosinopril, Lisinopril, Moeksinipril, Quinapril, Ramipril, menurunkan tekanan darah dengan mengurangi resistensi vaskuler perifer tanpa meningkatkan curah jantung, kecepatan ataupun kontraktilitas. Obat-obat ini menghambat enzim pengkonversi angiotensinogen yang mengubah angiotensin I membentuk vasokontriksi poten angiotensin II. Vasodilatasi terjadi sebagai efek kombinasi vasokontriksi yang lebih rendah disebabkan oleh berkurangnya angiotensin II dan vasodilatasi dari peningkatan bradikinin (Mycek,2001).
Golongan Antagonis angiotensin II contoh obatnya yaitu Losartan, menurunkan tekanna darah dengan memblok reseptor angiotensin . Obat ini mempunyai sifat yang sama dengan inhibitor ACE yaitu menimbulkan vasodilatasi dan meningkatkan sekresi aldosteron (Neal,2006).
Golongan penyekat kanal kalsium contoh obatnya yaitu Amlodipin, Diltiazem, Felodipin,Isradipin, Nefedipin, dan Verapamil, menurunkan tekanan darah dengan cara menghambat masuknya kalsium  kedalam sel. Hal ini menurunkan resistensi perifer dan menyebabkan penurunan tekanan darah (Neal,2006).
Golongan penyekat α-Adrenergik menyebabkan penyakatan kompetitif α1 – Adrenoreseptor contoh obatnya yaitu Doksazosin, Praosin, Terasozin. Obat-obat ini menurunkan vaskuler periver dan menurunkan tekanan darah arterial dengan  menyebabkan bukan hanya perubahan yang kecil dari curah jantung, aliran darah ginjal dan kecepatan viltrasi glomerulus (Mycek,2001).
B.   Uraian Bahan
1.    Air Suling (Ditjen POM, 1995)
Nama resmi            : Aqua Destillata
Nama lain               : Aquadest, air suling
Pemerian                : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa dan tidak mengandung bahan kimia yang dapat membahayakan tubuh
Penyimpanan        : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan              : Sebagai pelarut
2.    Nifedipin (Ditjen POM, 1995)
Nama resmi            : Nifedipin
Nama lain               : Nifedipin
Pemerian                : Serbuk hablur putih dan rapuh.
Kelarutan                : Larut dalam air dan etanol 95% P
Penyimpanan        : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan              : Obat hipertensi
3.    Epinefrin (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi              : EPINEPHRINUM
Nama Lain                : Epinefrina (Adrenalina)
Rumus Molekul       : C9H13NO3
Berat Molekul           : 183,21
Pemerian                  : Serbuk hablur renik, putih atau putih kuning    gading.
Kelarutan                 : Agak sukar larut dalam air; tidak larut dalam etanol (95%)P dan dalam eter P. mudah larut dalam larutan asam mineral, dalam natrium hidroksida P, dan dalam kalium hidroksida P, tetapi tidak larut dalam larutan ammonia dan dalam alkali karbonat, tidak stabil dalam alkali atau netral, berubah  menjadi merah jika kena udara.
Kegunaan                 : Agonis adrenergic bekerja langsung
4.    Captopril (Ditjen POM : 1995)
Nama Resmi            : CAPTOPRILIUM
Sinonim                    : Captopril
Pemerian                : Serbut hablur putih atau hampir putih, bau khas seperti sulfida .melebur pada suhu 104o sampai 110o.
Kelarutan               : Mudah larut dalam air, dalam methanol, dalam etanol dan kloroform.
Penyimpanan        : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan              :  Sebagai obat pada hipertensi
5.     Propanolol (Ditjen POM : 1995)
Nama Resmi        : PROPRANOL HYDROCHLORIDUM
Sinonim                : Propranol Hidroklorida
Pemerian             : Serbut hablur, putih atau hampir putih, tidak berbau, rasa pahit.
Kelarutan             : Larut dalam air dan dalam etanol, sukar larut dalam kloroform, praktis tidak larut dalam eter.
Penyimpanan     : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan            : Sebagai obat  hipertensi
C. Uraian Obat
1.    Captopril
Nama sediaan     : Captopril (ISO,2010).
Golongan obat    : Inhibitor ACE (Mycek,2001).
Indikasi                 : Untuk pengobatan hipertensi, gagal jantung, pasca infark miokard, dabetes nefropati (ISO,2010).
Kontra indikasi    : Hipersensitivitas
Efek samping      :  Hilangnya rasa ( kadang – kadang juga pencium, batuk kering, dan exanthema. ( Tjay , 2008)
Farmakodinamik : Memperkuat tonus sfingter esofagus distal dan meningkatkan amplitudo  kontraksi esofagus (Ganiswarna,2002).
Farmakokinetik   : Bioavailabilitas oral 60 – 65 % dan berkurang bila diberikan  1 jam sebelum makan. Ikatan dengan protein plasma sekitar 30 %. Waktu paruh eliminasinya sekitar 2,2 jam. Eksresi utuh dalam urin terjadi pada 40% dari dosis yang bioavailabet, maka pada gangguan ginjal dosis obat harus dikurangi. (Ganiswarna, 2002).
Dosis                     : Hipertensi : oral 1 -2 dd mg, bila perlu setelah 2 -3 minggu 1-2 dd 50 mg. (Ganiswara, 2002).


2.     Nifedipin® (Tjay, 2007)
Zat aktif                      : Nifedipin       
Golongan Obat         : Penyekat kanal kalsium
Indikasi                      : Semua bentuk angina pectoris,kardiomiopati, obstruktif dan nonobstruktif hipertropik, hipertensi arterial, termasuk krisis hipertensi.
Kontraindikasi          : Wanita hamil                                   
Efek samping           : Udema pergelangan kaki, mual, sakitkepala, takikardia, kemerahan pada muka dan leher, hipotensi.
Farmakokinetik         : Bersifat vaskuloselektif dan generasi yang baru memiliki   selektivitas  yang lebih tinggi. Sifat vaskuloselektif ini menguntungkan karena efek langsung pada nodus AV dan SA minimal menurunkan resistensi perifer tanpa penurunan fungsi jantung yang berarti jantung yang berarti dapat dikombinasikan dengan obat penyekat β.
Farmakodinamik      : Resorpsinya dari usus baik (90%), tetapi BA-nya hanya rata-rata 60% karena FPE tinggi. Mulai kerja kapsul dalam 20 menit dan bertahan 1-2 jam, tablet oros masing-masing 2-4 jam dan 16-18 jam. PP-nya           diatas 90%, plasma-t½-nya 2-5 jam (k.l. 11         jam pada tablet retard). Dalam hati zat ini dirombak menjadi metabolit inaktif yang dieksresikan lewat kemih (90%) dan tinja (10%).
Dosis                          : Pada hipertensi 3 dd 10-20 mg atau 2 dd20-40 mg retard d.c.; angina oral 3-4 dd 10mg tablet (ditelan utuh), berangsur-angsur dinaikan sampai maksimal 6 dd 20 mg. Atau 1 dd  30-120 mg tablet retard pagi hari d.c.; Pada raynaud 2 dd 10-20 mg tablet retard d.c.
3.     Propanolol (Tjay, 2007)
 Zat aktif                 : Propanolol hidroklorida (IONI,2000).
 Gol.obat                : Golongan beta bloker (IONI,2000).
 Indikasi                 : Hipertensi ,   feokromositoma  ,   angina ,  aritmia , kardiomiopati ,  obstruktif     hipertrofik ,  takikardi ansietas  dan tirotoksikosis (tambahan), profilaksis setelah  infark  miokard ,  profilaksis , migrant, dan tremor esensial (Sukandar, 2008).
  Kontraindikasi    : Asma  atau  riwayat  penyakit  dan  paru obstruktif (beta   bloker)    termasuk       yang           dianggap kardoselektif ,  seharusnya  tidak diberikan kepada pasien  dengan  riwayat asma atau bronkospasme. Namun  pada  situasi  yang  sangat  jarang  dimana beta   bloker    harus   diberikan    kepada     pasien demikian ,    dapat    diberikan   beta   bloker   yang kardoselektif dengan sangat hati-hati dan dibawah pengawasan  spesialis ,  gagal  jantung  yang   tidak terkendendali ,    bradikardi   yang   nyata ,sindrom penyakit  sinus ,  blok AV derjat dua atau tiga, syok
                                  Kardiogenik feokromositoma (Sukandar,2008).
Efek samping       : Bradikardi ,   gagal  jantung ,   gangguan  konduksi, bronkospasme ,  vasokonstriksi  perifer , gangguan saluran   cerna ,   fatigue ,   gangguan  tidur, jarangruam  kulit  dan  mata  kering  (reversible bila obat dihentikan), ksaserbasi, psoriasis (IONI,2000).
Farmakodinamik  : propanolol    menurunkan    tekanan    darah  pada hipertensi (Ganiswarna,2002).
Interaksi obat        : Catatan  :  pemakaian  beta  bloker  secara  topical pada  mata dapat diikuti dengan absorbsi sistemik. Karena  itu  harus  dipertimbangkan  kemungkinan adanya   interaksi ,   terutama   dengan  obat –obat seperti verapamil (Sukandar,2008).
Dosis                      : oral ,  hipertensi ,  dosis   awal   80   mg    2xsehari, Tingkatkan    pada   interval   mingguan   bila perlu, dosis        pemeliharaan       160  -  320 mg     sehari (IONI,2000).
D. Uraian Hewan Coba
       1. Mencit (Mus musculus)
a.    Klasifikasi
Dunia                    : Animalia
Filum                     : Chordata
Sub Filum            : Vertebrata
Kelas                     : Mammalia
Subklas                : Theria
Ordo                      : Rodentia
Sub ordo              : Myomorpha
Famili                    : Muridae
Sub famili             : Murinae
Genus                   : Mus
Spesies                : Mus musculus L. (Depkes, 2010).
b.    Karakteristik
Dalam  laboratorium  mudah  ditangani,  ia  bersifat  penakut,  fotofobik,  cenderung berkumpul sesamanya, mempunyai kecenderungan untuk bersembunyi dan lebih aktif pada malam hari, kehadiran manusia akan menghambat mencit. Suhu  tubuh normal (37,4°C). Laju respirasi normal 163 tiap menit
E. Patofisiologi
1.    Gagal jantung (Sukandar,2008)
·                Penyebab disfungsi sistolik (penurunan kontraklititas) adalah penurunan massa otot(misalnya, infark miokardial), kardiomiopati yang terdilatasi serta hipertrofi ventrikel. Hipertrofi ventrikel dapat disebabkan oleh tingginya tekanan darah (misalnya karena hipertensi sistematik atau pulmonari, maupun stenosis pada katup aortik atau pulmonalik) atau tingginya vatolume darah.
·                Penyebab disfunsi diastolik adalah peningkatan kelakuan ventrikel, hipertropi ventrikel, penyakit-penyakit miokardial yang bersifat infiltratif, iskemi maupun infark miokardial, stenosis pada katup mitral maupun triskupidalis dan penyakit-penyakit perikardial (misalnya perikarditis hemoperikardium).
·                Penyebab gagal jantung paling umum adalah penyakit jantung iskemik, hipertensi, atau keduanya.
2.    Hipertensi (Sukandar, 2008)
Hipertensi merupakan penyakit heterogen yang dapat disebakan oleh penyebab yang spesifik (hipertensi sekunder) atau mekanisme patofisiologi yang tidak diketahui penyebabnya (hipertensi primer atau esensial). Hipertensi sekunder bernilai dari 10% kasus hipertensi, pada umunya kasus tersebut disebabkan oleh penyakit ginjal kronik atau renovaskular. Kondisi lain dapat menyebabkan hipertensi sekunder antara lain pheochrhromocytoma, sindrom cushing, hipertiroid, kehamilan, obstruktif sleep apne, dan kerusakan aorta.
       Multiaktor yang dapat menimbulkan hipertensi primer, adalah:
-       Ketidaknormalan humoral meliputi sistem renin-angiotensin-aldosteron, hormaon natriuretik, atau hiperunsulinemia.
-       Maalah patologi pada sistem syarf pusat, serabut saraf otonom, volume plasma, dan kontriksi arteriol.
3.    Aritmia (Sukandar, 2008)
a.    Aritmia supraventrikular
Takikardia supraventrikular yang umum yang memerlukan terapi obat adalah fibrilasi atrium atau flutter atrium, takikardia supraventrikular proksimal, dan takikardia atrium otomatis.
-     Fibilasi atrium, atau flutter atrium
Fibrilasi atrium dikarakteriasi dengan kecepatan yang ekstrim (400 sampai 600 denyut/menit) dan terjadi ketidakteraturan aktivasi natrium. Selain itu, pada fibrilasi atrium juga terjadi kehilangan kontraksi atrium, dan impuls supraventrikular masuk ke sistem konduksi atrioventrikular (AV) pada berbagai tingkatan, yang menyebabkan aktivasi ventrikular tak teratur dan ketidakteraturan denyut (120 sampai 180 denyut/menit).
-     Takikardia supraventrikular paroksimal yang disebabkan reentry
Takikardia supraventrikular proksismal (PSVT) muncul karena mekanisme reentrant termasuk aritmia yang disebabkan oleh reentry nodus AV, reentry AV yang melibatkan jalur AV anomali, reentry AV yang melibatkan jalur AV anomali dan reentry intra-atrium.
b.    Bradiaritmia
Bradiaritmia sinus asimptomatik (denyut jantung kurang dari 60 denyut/menit) umum terjadi pada anak muda dan individu aktif secara fisik. Beberapa penderita dengan disfungi nodus sinus (sindrom sinus) disebabkan oleh penyakit jantung organik dan proses penuaan normal, gangguan fungsi nodus SA. Nodus sinus biasanya representasi dari penyakit konduksi yang menyebar, yang dapat disertai blok AV dan takikardia proksimal, seperti fibrilasi atrium.
F.   Prosedur Kerja
Mencit ditimbang dan dikelompokkan menjadi tiga kemudian diinduksi dengan epinefrin. Kemudian masing-masing Mencit diberi sediaan obat yang berbeda yaitu propanolol, nifedipin dan captopril. Diamati telinga mencit pada menit ke 0’, 15’, 30’, 45’ dan 60’.











BAB III
METODE KERJA
A.   Alat yang Digunakan
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu :
1.    Kanula
2.    Labu ukur 10 ml
3.    Spoit 1 cc
4.    Stopwatch
5.    Timbangan analitik
B.   Bahan yang Dipakai
Adapun bahan yang dipakai pada percobaan ini yaitu:
1.    Alkohol
2.    Epinefrin
3.    Captopril
4.    Na-CMC
5.    Nifedipin
6.    Propranolol
C.    Hewan Coba
Adapun hewan coba yang digunakan pada percobaan obat antihipertensi yaitu mencit (Mus musculus).
D.    Cara Kerja
a.  Penyiapan Hewan Coba
1.  Dipilih mencit jantan yang sehat
2.  Dipuasakan selama kurang lebih 8 jam
3.  Ditimbang dan dikelompokkan berdasarkan berat badannya
4.  Diberi tanda menggunakan spidol.
b.  Pembuatan Bahan
a)  Epinefrin
1.    Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2.    Diambil 1 ml epinefrin kemudian addkan dengan aquadest sampai 10 ml.
3.    Diambil lagi 1 ml larutan diatas kemudian tambahkan dengan aquadest hingga 10 ml dan masukkan dalam vial.
b)  Captopril
1.    Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2.    Ditimbang Captopril yang telah digerus sebanyak 4,26  mg.
3.    Dilarutkan dengan aquadest sebanyak 10 ml.
4.    Masukkan ke dalam Vial.
c)  Propanolol
1.    Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2.    Ditimbang Propanolol yang telah digerus sebanyak 7,64 mg.
3.    Dilarutkan dengan aquadest sebanyak 10 ml.
4.    Masukkan ke dalam Vial.
d)  Nifedipin
1.    Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2.    Ditimbang Nifedipin yang telah digerus sebanyak 47,89 mg.
3.    Dilarutkan dengan aquadest sebanyak 10 ml.
4.    Masukkan ke dalam Vial.
c.   Perlakuan Hewan Coba
a)  Disiapkan alat, bahan dan hewan coba (Mencit)  yang akan digunakan
b)  Diinduksi mencit dengan menggunakan epinefrin 1 ml
c)  Diamati warna telinga mencit
d)  Disuntikan obat-obat antihipertensi, propanolol, nifedipin, dan captopril dengan menggunakan spoit 1 ml secara oral.
e)  Diamati telinga pada mencit pada menit ke 15, 30, 45, dan 60.




BAB IV
DATA PENGAMATAN
A.   Data Pengamatan
Berat Mencit
Vp
Obat
Efek Farmakologi (menit)
0’
30’
45
60’
29 g
0,96 ml
Captopril
+
+
+
+
26 g
0,86 ml
Nifedipin
+
+
+
+
28 g
0,93 ml
Propanolol
+
+
+
+

Keterangan:
+     = Vasodilatasi (warna telinga merah)
-       = Vasokonstriksi (warna telinga pucat)








BAB IV
PEMBAHASAN
Golongan obat kardiovaskular merupakan obat-obat yang secara langsung dapat memulihkan fungsi otot jantung dan pembuluh darah yang terganggu ke keadaan normal. Golongan kardiovaskular ini terdiri dari Obat antihipertensi, Obat hipolipidemik, dan Obat-obat diuretik.
Obat Antihipertensi merupakan Obat yang dapat mengatasi terjadinya hipertensi. Hipertensi dibagi menjadi dua yakni Hipertensi ringan dan Hipertensi Berat. Hipertensi ringan sering diobati dengan obat tunggal sedangkan hipertensi berat memerlukan pengobatan beberapa obat yang dipilih untuk mengendalikan efek samping dalam rejimen kombinasi.
Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk menentukan efektifitas pemberian obat Kardiovaskular (antihipertensi) yaitu Kaptopril, Nifedipin, dan Propanolol terhadap hewan coba Mencit (Mus musculus).
Obat antihipertensi yang digunakan pada percobaan ini yaitu Kaptopril, Nifedipine dan Propanolol.
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati
Mekanisme kerja obat kaptopril yaitumengurangi resistensi vaskular perifer tanpa meningkatkan curah jantung. Obat ini menghambat enzim pengkonversi angiotensin yang mengubah angiotensin I membentuk vasokonstriksi poten angiotensin II.
Mekanisme kerja obat Nifedipin yaitu menurunkan resistensi vaskuler perifer, menurunkan spasme arteri coroner.
Mekanisme kerja obat propanolol tidak begitu jelas, diduga karena menurunkan curah jantung, menghambat pelepasan renin di ginjal, menghambat tonus simpatetik di pusat vasomotor otak.
Pada percobaan ini terlebih dahulu mencit diinduksi denganEpinefrin, kemudian amati efek yang terjadi pada mencit, setelah itu diberikan satu persatu obat secara per oral pada hewan coba mencit dengan variasi berat yang berbeda, kemudian amati perubahan yang terjadi.
Hasil yang diperoleh dari percobaan ini yaitu setelah diinduksi Epinefrin semua mencit mengalami vasokontriksi, kemudian setelah disuntik dengan Captopril mencit mengalami vasokintriksi, begitu juga yang terjadi pada saat mencit diberikan obat Nifedipin dan Propanolol
BAB V
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberian obat epinefrin menimbulkan efek vasokontriksi . hal ini sudah sesuai sebab epinefrin merupakan obat golongan simpatomimetik dimana salah satu efek yang ditimbulkan berupa vasokontriksi. Begitupun dengan pemberian obat Captopril, Nifedipin, dan Propanolol menimbulkan efek Vasodilatasi.

B.Saran
Sebaiknya pengamatan dilakukan lebih teliti oleh semua praktikan agar data yang diperoleh lebih akurat.







DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2013. Penuntun Anatomi Fisiologi Manusia.Universitas Muslim Indonesia.Makassar.
Depkes, Badan POM. 2000. Informasi Obat Nasional Indonesia. : Jakarta.

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan RI. : Jakarta.

Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan RI : Jakarta.

Ganiswara G. Sulistia. 2002. Farmakologi dan Terapi Edisi 4. UI Press : Jakarta.

Gunawan,Gan Sulistia. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5, Fakultas Kedokteran-Universitas Indonesia : Jakarta.

Mardjono, Mahar., 2007., FARMAKOLOGI DAN TERAPI, Balai Penerbit FKUI., Jakarta.
Mycek. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar. Penerbit Widya Medika : Jakarta.
Mutschler, E. 2000. “Dalam Buku Dinamika Obat”. Penerbit ITB : Bandung.
Neal, M.J., 2006. At a Glance FARMAKOLOGI MEDIS Edisi kelima. Erlangga: Jakarta
Sukandar, E.Y, dkk. 2008. IsoFamakoterapi. ISFI Penerbitan : Jakarta

Tjay, Tan Hoan. 2002. Obat-Obat Penting. Percetakan PT Gramedia : Jakarta.



LAMPIRAN
A.   Skema Kerja
Mencit

Diinduksi Epinefrin

Captopril          Nifedipin       Propanolol

Amati
B.   Perhitungan Dosis
1.    Propanolol
Etiket                  = 40 mg/tab
Dosis                  = 40 mg
Berat rata-rata   = 196,1 mg
Dosis :
      Untuk mencit 20 g   : 0,0026 x 40 = 0,104 mg
      Untuk mencit 30 g   :  x 0,104 = 0,156 mg
Larutan stok 10 ml  =   0,156  =  1,56 mg/10 ml                                    
Berat yang ditimbang =   196,1 =  7,64 mg/10 ml 
2.    Captopril
Dosis obat         = 25 mg
Berat etiket        = 25 mg/tablet
Berat rata-rata   = 218,53  mg
        
Dosis  :
Untuk mencit 20 g   : 25 x 0,0026    = 0,065 mg
Untuk kelinci 30 g    :  x 0,065  = 0,0975 mg
Larutan stok 10 ml  =  0,0975 =  0,975 mg/10 ml
Berat yang ditimbang =  218,53 = 4,26 mg/10 ml 
3.    Nifedipin
Dosis obat         = 40 mg
Berat etiket        = 10 mg/tablet
Berat rata-rata   = 307,03  mg
Dosis  :
Untuk mencit 20 g     : 40 x 0,0026    = 0,104 mg
Untuk kelinci 30 g     :  x 0,104  = 0,156 mg
Larutan stok 10 ml     =  0,156 =  1,56 mg/10 ml
Berat yang ditimbang =  307,03 = 47,89 mg/10 ml 
4.    Epinefrin
     Dosis obat =1 mg
     Larutan stok = 10 ml
     Dosis untuk mencit 20 mg = 1 mg X 0,0026 mg/ml
                                                    = 0,0026
                                             = 0,0039
                                              = 0,039 mg/ml
Pengenceran
1 mg             1 ml (1mg/ml)

                     1 ml            10ml (0,1 mg/ml)
                                    
                    3,9 ml               10 ml (0,039mg/ml)
 mg
         0,1x = 0,39 mg
             
                 = 3,9 ml
C.   Nama Paten Obat
1.    Epinefrin  : PV Carpine, opticas, Pimplex (konimex).
2.    Nifedipin :  Adalat, Carvas, Cordalat, Coronipin, Farmalat,Nifecard, Vasdalat
3.    Propanolol :  Blokard, Inderal, Prestoral
4.    Captopril     :  Capoten