Sabtu, 27 Desember 2014

Fartok II - Diuretik

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Hipolipidemik adalah obat yang digunakan untuk menurunkan kadar lipid plasma. Lipid plasma yang utama yaitu kolesterol, trigliserida, fosfolipid, dan asam lemmak bebasyang tidak larut dalam cairan plasma.
            Komplikasi terpenting dari arterisklerosis adalah penyakit jantung koroner, gangguan pembuluh darah prifer penyakit jantung koroner merupakan penyebab kematian utama dinegeri kita.
            Jantung kita sering kali disamakan dengan pompa yang menyalurkan cairan (darah) melalui pipa elastic (pembuluh) ke wadah (organ) dan kemudian kembali bila jantung berkontraksi. Darah dengan pesat dipompa kedalam pembuluh nadi besar (aorta) dengan tekanan agak tinggi. Dan disini darah dialirkan berangsur-angsur kedalam arteri dan arteriola isisnya dengan tekanan semakin berkurang. Tekanan ini adalah perlu agar darah mencapai seluruh organ dari jaringan dan kemudian untuk bisa kembali mengalir ke jantung menuju vena, dimana jantung merupakan organ yang sangat penting bagi kehidupan kita. Yang berperan memompa darah baik itu ke paru-paru (sirkulasi kecil) ataupun keseluruh tubuh (sirkulasi besar).
B.    Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami efek farmakologis obat-obatan hipolipidemik pada hewan coba tikus (Rattus norvegicus).
C.    Tujuan Percobaan
Adapun Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah Menentukan efek dari obat Hipolipidemik, yaitu Gemfibrozil dan simvastatin pada hewan coba tikus (Rattus norvegicus).
D.    Prinsip Percobaan
Penentuan efek obat hipolipidemik, yaitu simvastatin berdasarkan pada metode pemberian makanan diet kolesterol dan metode penimbangan berat badan serta pengambilan darah pada hewan coba tikus (Rattus norvegicus).



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.   Teori Umum
Hiperlipidemik adalah peningkatan salah satu atau lebih kolesterol  kolesterol ester, fosfolipid, atau trigliserida. Hiperlipoprotein adalah meningkatnya konsentrasi makro molekul lipoprotein yang membawa lipid dalam plasma. (Guyton, 1997)
Arteriosklerosis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan  penebalan dan hilangnya elastisitas dinding arteri. Dikenal tiga bentuk arteriosklerosis yaitu atherosclerosis, arteriosclerosis Monckeberg dan arteriolosclerosis. Atherosclerosis adalah bentuk arteriosclerosis yang paling umum ditemukan, ditandai dengan terdapatya aterom pada bagian intima arteri yang berisi kolesterol, zat lipoid dan lipofag. Pembuluh darah yang terkena adalah arteri besar dan sedang yaitu pembuluh serebral, vertebral, koroner, renal, aorta, dan pembuluh di tungkai (Ganiswarna, 2004).
Pembagian Lipoprotein beserta komposisinya :
1.    Kilomikron
Kilomikron membawa trigliserida dari makanan ke jaringan lemak dan otot rangka juga membawa kolestrol makan ke hati. Lipoprotein  dengan berat molekul terbesar ini lebih dari 85% komponenya terdiri dari trigliserida dan kurang 5% (4%) kolestrol eter , 2% protein dan 9% fosfolipida. (Gunawan, 2007).
2.    VLDL (Very Low Density Lipoprotein)
Lipoprotein density sangat rendah. VLDL disekresi oleh hati untuk mengangkut trigliserida ke jaringan perifer. Lipoprotein ini terdiri dari 60% trigliserida (endogen) dan 10-15% kolesterol, 10% protein dan 20% fosfolipid. (Gunawan, 2007).
3.    IDL (Intermediate Density Lipoprotein)
Lipoprotein densitas sedang. IDL adalah zat perantara yang terjadi sewaktu VLDL di katabolisme menjadi LDL , tidak terdapat dalam kadar yang besar kecuali bila terjadi hambatan konversi lebih lanjut. IDL ini kurang mengandung trigliserida (30%), lebih banyak kolestrol (20%) dan relatif lebih banyak mengandung apoprotein B dan E (Gunawan, 2007).
4.    LDL (Low Density Lipoprotein)
Lipoprotein densitas rendah. LDL merupakan lipoprotein pengangkut kolestrol terbesar pada manusia (70% total). LDL mengandung trigliserida 5% dan kolestrol 70%, 13% protein dan 12% fosfolipida. (Tjay, 2002).
5.    HDL (High Density Lipoprotein)
Lipoprotein densitas tinggi. HDL mengangkut kelebihan (dan asam lemak) yang tidak dapat digunakan oleh jaringan perifer.  HDL mengandung 25% kolestrol dan 5% trigliserida, 50% protein, dan 20% fosfolipida. (Tjay, 2010).
Mekanisme Sintesis Kolesterol (Gunawan, 2007) :
a.    Jalur Eksogen
Trigliserida dan kolesterol yang bersal dari makanan dalam usus dikemas sebagai kilomikron. Kilomikron ini akan diangkut dalam saluran limfa lalu ke dalam darah via duktus torasikus. Di dalam jaringan lemak trigliserida dalam kilomikron mengalami hidrolisis oleh lipoprotein lipase yang terdapat pada permukaan sel endotel. Akibat hidrolisis ini maka akan terbentuk asam lemak kilomikron remnan. Asam lemak bebas akan menembus endotel dan masuk ke dalam jaringan lemak atau sel otot untuk diubah menjadi trigliserida kembali (cadangan) atau dioksidasi (energi). Kilomikron remnan adalah ukuran trigliserida mengecil tetap jumlah ester kolesterol tetap. Kilomikron remnan ini akan dibersihkan oleh hati dari sirkulasi dengan mekanisme endositosis oleh lisosom. Hasil metabolisme ini berupa kolestrol bebas yang akan digunakan untuk sintetis berbagai struktur (membran  plasma, myelin, hormone, steroid dsb) disimpan dalam hati sebagai kolestrol ester lagi atau diekskresi kedalam empedu (sebagai kolesterol atau asam empedu) atau diubah jadi lipoprotein yang dikeluarkan kedalam plasma. Kolesterol juga dapat disintesis dari asetat dibawah pengaruh enzim HMG-COA Feduktase yang menjadi aktif jika terdapat kekurangan kolesterol. (Gunawan, 2007).
b.    Jalur Endogen
Trigliserida dan kolestrol  yang disintesis oleh hati diangkut secara endogen dalam bentuk VLDL kaya triglisorida dan mengalami hidrolisis dalam sirkulasi oleh lipoprotein lipase yang juga menghidrolisis kilomikron menjadi partikel lipoprotein yang lebih kecil yaitu IDL dan LDL-LDL yang mengandung kolesterol paling banyak (60-70%), mengalami katabolisme melalui reseptor diatas dan jalur non reseptor. Jalur katabolisme reseptor dapat ditekan oleh produksi kolestrol endogen. Pada pasien hiperkolesterolemia katabolisme LDL oleh hati dan jaringan perifer berkurang sehingga kadar kolestrol plasmanya meningkat. Peningkatan kadar kolestrol sebagian disalurkan kedalam makrofag yang akan membentuk sel busa (foam cells) yang berperan dalam terjadinya ateroklerosis premature. (Gunawan, 2007).
Klasifikasi hiperlipoproteinemia yang dikenal adalah klasifikasi fredericson atau NHLBI yang membagi hiperlipoproteinemia atas dasar fenotip plasma (Gunawan, 2007).

Pola
Lipoporotein
Peningkatan utama dalam plasma
Lipoprotein
Lipid
Tipe I
Tipe IIa
Tipe IIb
Tipe III
Tipe IV
Tipe V
Kilomikron
LDL
LDL dan VLDL
IDL
VLDL
VLDL dan Kilomikron
Trigliserid
Kolesterol
Kolesterol dan Trigliserid
Trigliserid dan Kolesterol Trigliserid
Trigliserid dan Kolesterol
        
Hipolipidemik adalah obat yang digunakan untuk menurunkan kadar lipid plasma. Lipid plasma terdiri dari : gliserida, asam lemak bebas , fosfolipid, dan kolestrol(Gunawan, 2007).
         Menghambat biosintetis kolesterol atau prekursornya.
a.        Menurunkan kadar trigliserid dan menghambat mobilisasi lemak dengan cara :
-          menghambat aktivitas enzim trigliserida lipase sehingga menurunkan kecepatan hidrolisis trigliserid.
-          Memblok kerja hormon pelepas asam lemak bebas.
-          Menghambat pengikatan asam lemak bebas pada albumin.
b.        Menurunkan beta-lipoprotein dan pra beta-lipoprotein.
c.        Mensintesis plague.
d.        Mempercepat ekskresi lipid dan menghambat penyerapan kolesterol.
Klasifikasi Hiperlipidemia (Mycek,2001) :
a.    Tipe I (HIPERKILOMKIRONEMIA FAMILIAL)
-  Hiperkilomikronemia masih pada waktu berpuasa sekalipun sejumlah lemak dalam diet normal, menyebabkan trigliserol serum yang sangat tinggi, menyebakan trigliserol serum yang sangat tinggi.
-  Difisiensi lipase lipoprotein atau difisiensi apolipoprotein CLL normal (jarang).
-  Tipe I tidak ada hubungan dengan peningkatan penyakit jantung koroner.
-  Pengobatan : Diet rendah lemak, tidak ada obat yang efektif untuk hiperlipidemik tipe I.
-   
b.    Tipe IIA (HIPERKLOESTEROLEMIA FAMILIAL)
-     Peningkatan LDL dengan kadar VLDL normal karena penghambatan dalam degradasi LDl, sehingga terdapat peningkatan kolesterol serum tetapi trigliserol normal.
-     Disebabkan karena berkurangnya reseptor  LDL normal.
-     Penyakit jantung iskemik terjadi sangat dipercepat.
-     Pengobatan : Diet rendah kolesterol dan rendah lemak jenuh.
Heterozigot : Kolestoramin dan kolestipol dan/ atau lovastatin atau mevastatin. Homozigot : Seperti diatas ditambahkan nisain.
c.    Tipe IIB [HIPERLIPIDEMIA KOMBINASI (CAMPURAN) FAMILIAL)
-     Sama dengan IIA, kecuali VLDL juga meningkat, menyebabkan trigliserol serum dan kolesterol meningkat.
-     Disebabkan produksi VLDL oleh hati meningkat.
-     Relatif sering ditemukan.
-     Pengobatan : Pembatasan kolesterol dan lemak jenuh dalam diet serta alkohol. Terapi obat sama dengan II A kecuali Heterozigot juga menerima Niasin.
d.    Tipe III (DISBETALIPOPROTEINEMIA FAMILIAL)
-     Konsentrasi IDL serum meningkat menyebabkan peningkatan kadar triasigliserol dan kolseterol. 
-     Penyebabnya adalah over produksi atau IDL kurang digunakan, karena mutasi apolipoprotein E.
-     Xantoma dan penyakit koroner dan perifer yang dipercepat terjadi pada pasien setengah baya.
-     Pengobatan : Penurunan berat badan (jika perlu). Pembatasan diet kolesterol dan alkohol. Terapi obat termasuk Niasin dan klofibrat (atau gemfibrozil) atau Lovastatin (atau Nevastatin).
e.    Tipe IV (HIPERTRIGLISEROLEMIA FAMILIAL)
-     Kadar VLDL meningkat, sedangkan kadar LDL normal atau berkurang, mengakibatkan kolesterol normal atau meningkat dan peningkatan kadar trigliserol yang beredar. 
-     Penyebab adalah overproduksi dan/ atau berkurangnya pengeluaran VLDL triagliserol dalam serum.
-     Ini merupakan penyakit yang realtif umum. Mempunyai sedikit manifestasi klinis selain dari penyakit jantung iskemik yang dipercepat. Sering pasien dengan gangguan ini gemuk, diabetik, hiperurisemia. Juga terikat pada individu yang menerima terapi esterogen, hamil pada triamester ketiga atau seorang pecandu alkohol.
-     Pengobatan : menurunkan berat badan sangat penting. Pembatasan diet dalam karbohidrat yang terkontrol, lemak yang diubah, konsumsi alkohol rendah. Jika perlu , terapi obat termasuk Niasin (atau Klorfibrat) atau lovastatin (atau Mevstatin).

f.     Tipe V (HIPERTRIGLISERIDEMIA CAMPURAN FAMILIAL)
-     Kadar VLDL dan kilomikron serum meningkat. LDL normal tau berkurang. Ini menyebabkan kolesterol meningkat dan triasil gliserol meningkat.
-     Penyebabnya adalah peningkatan produksi atau penurunan bersihan VLDL dan kilomikron.
-     Paling sering terjadi pada orang dewasa yang gemuk, dan atau diabetik.
-     Pengobatan : penurunan berat badan sangat penting. Diet harus mengandung protein, rendah lemak, dan karbohidrat yang terkontrol serta tidak boleh mengkonsumsi alkohol. Jika perlu terapi obat termasuk Niasin, Klorfibrat, dan/ atau Gemfibrozil atau lovastatin (atau Nevastatin).
Obat-obat antihiperlipidemia ditujukan untuk masalah kenaikan lipid serum (pada hiperlipidemia perimer atau sekunder) dengan strategi beberapa obat ini menurunkan produksi lipoprotein karier kolesterol dan teriagliserol , sedangkan lainnya meningkatkan pemacahan lipoprotein. Ada pula obat yang langsung meningkatkan bersihan kolesterol dalam tubuh. Obat-obat dapat digunakan tunggal atau kombinasi , tetapi harus disertai kadar lipid dalam diet yang rendah , terutama kolesterol dan lemak jenuh dan nilai kalori diet dimonitor secara ketat (Mycek,2001).

Obat-obat yang dapat menurunkan kadar lipid plasma.
a.    Asam Fibrat
               Obat dalam golongan ini antara lain gemfibrozil dan klofibrat. Kedua obat ini menyebabkan kadar lipid plasma dengan memacu aktivitas lipase lipoporotein. Sehingga menghidrolisis triagliserol pada kilomikron dan VLDL. Sehingga mempercepat partikel-partikel ini dari plasma. Sebaliknya kadar HDL sedikit meningkat. Penelitian pada hewan menunjukkan bahwa fibrat dapat menyebabkan penurunan kolesterol plasma dengan menghambat sintesis kolesterol dan meningktakan eksresi biliar kolesterol kedalam fases. Fibrat juga merendahkan kadar fibrinogen plasma (Mycek, 2001).
b.    Resin
               Obat dalam golongan ini antra lain yaitu kolesteramin dan kolestipol. Resin menurunkan kadar kolesterol dengan cara mengikat asam empedu dalam saluran cerna, mengganggu sirkulasi enterohepatik sehingga eksresi tiroid yang bersifat asam dalam tinja meningkat. Penurunan kadar asam empedu ini oleh pemberian resin akan menyebabkan meningkatnya produksi asam empedu yang berasal dari kolesterol (Gunawan, 2007).
c.    Penghambat HMG-CoA Reduktase
               Obat dalam golongan ini antara lain yaitu Lovastatin, Pravastatin, simvastatin, dan Pluvastatin. Statin bekerja dengan cara menghambat sintesis kolesterok dalam hati dengan menghambat enzim HMG-CoA reduktase. Akibta penurunan sintesis kolesterol ini, maka SREBP yang terdapat pada membran dipecah oleh reduktase, lain diangkut ke nukleus (Gunawan, 2007).
d.    Asam nikotinat
               Obat yang termasuk dalam golongan ini yaitu Niasin. Niasin merupakan vitamin larut air. Menghambat liposis dengan kuat dalam jaringan lemak penghasil utama enzim lemak bebas yang beredar. Hati umumnya menggunkan asam lemak bebas dalam sirkulasi berbagai prekursor utama untuk sintesis utama trigliserol. Karena itu Niasin menyebabkan penurunan sintesis trigliserol yang dibutuhkan untuk produk VLDL (lipoprotein densitas sangat rendah) berasal dari VLDL dalam plasma. Karena itu reduksi VLDl juga mengakibatkan penurunan konsentrasi IDL plasma. Dengan demikian baik trigliserol (dalam VLDL) dan kolesterol (dalam VLDL dan IDL) dan plasma akan menjadi rendah. Selanjutnya, pengobatan dengan Niasin akan meningkatkan kadar kolesterol HDL (HDL merupakan karirkolesterol yang baik) (Mycek, 2001).


e.    Probukol
Kerjanya menurnkan kolesterol LDL dengan mekanisme yang belum jelas. Ada yang menyatakan bahwa obat ini menurunkan kolesterol LDL dengan cara meningkatkan katabolisme LDL dan mempertinggi kolesterol kedalam empedu. Sayangnya kolesterol HDL juga menurunkan karena sintesis apolipoporotein AI berkurang disamping aktivitas lipoprotein lipase yang sangat rendah (Mycek, 2001).
f.     Golongan lain-lain (Gunawan, 2007)
1. Penghambat abrosorbsi kolesterol intestinal
Ezitime menghambat absorbsi sitosterol dan kolesterol dalam usus. Obat ini efektif menurunkan LDL dan kolesterol total, walaupun asuoan makanan tidak mengandung kolesterol yang diekskresi dalam empedu.
2. Neosimin sulfat
Neosimin sulfat yang diberikan yang diberikan peroral dapat menurunkan kadar kolesterol dengan cara mirip resin yaitu membentuk kompleks tidak larut dalam asam lemah empedu. Efek penurunan kolesterolo neosimin bersifat sedang, pada pemberian 2gr/hari dalam dosis terbagi menurunkan LDL dan koelsterol total sebanyak 10-30% tanpa mengubah kadar trigliserol.

3. Betasitosterol
Betasitosterol merupakan gabungan sterol tanaman yang tidak diabsorbsi saluran cerna manusia. Mekanisme kerjanya diduga menghambat absorbsi kolesterol endogen dan diindikasi hanya untuk pasien hiperkolesterolemia poligenik yang amat sensitif dengan penambahan kolesterol diluar (makanan).
4. Dekstrotiroksin
Merupakan isomer optik hormon tiropid yang dahulu digunakan untuk pengobatan hiperkolesterolemia. Mekanisme kerjanya dalam menurunkan kadar lipid darah diduga karena efek tiromimetiknya (kemampuan menurunkan kadar lipid yang lebiih besar dari pada peningkatan kecepatan dan metabolismenya).


A.     Uraian Bahan
1.         Furosemid  (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi                   : FUROSEMIDUM
Nama lain                      : Furosemida
Pemerian                       : Serbuk hablur, putih atau hampir puith, tidak     berbau hampir tidak berasa
Kelarutan                       : Praktis tidak larut dalam air dan kloroform P,      larut dalam 75 bagian etanol (95%) P dan dalam 850 bagian eter P, larut dalam larutan alkali hidroksida.
Penyimpanan               : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan                     : Sebagai obat diuretik
2.         Na. CMC (Dirjen POM 1979:  401)
Nama resmi                   :    NATRII CARBOXYMETHIL CELLULOSUM
Nama Lain                     :    natrium carboksimetil selulosa
Pemerian                       : Serbuk/ butiran putih/ kuning gading, tidak berbau, higroskopik.
Kelarutan                       :    mudah terdispersi dalam air membentuk suspensi Koloida, tidak larut dalam etanol
Penyimpanan               :    Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan                     :    kontrol
B.     Uraian Obat
1.    Furosemid (Ganiswarna, 1995), (Mycek, 2001),
Indikasi                   :    Digunakan untuk menurunkan edema paru-paru akut pada gagal jantung kongestif   yang memerlukan diuresis yang kuat dan cepat., mengobati hiperkalsemia, nefrosis atau gagal ginjal kronik .
Farmakodinamik   :    Ketika  obat mudah diserap melalui saluran cerna, dengan derajat yang agak berbeda beda. Bioavailabilitas furosemid 65%, diuretik kuat terikat pada protein plasma secara ekstensif, sehingga tidak difiltrasi di glomerulus tetapi cepat sekali disekresi melalui sistem transport asam organik di tubuli proksimal. Dengan cara ini obat terakumulasi dicairan tubuli dan mungkin sekali di tempat kerja di daerah yang lebih distal lagi. Masa kerjanya relatif singkat        yaitu 1 sampai 4 jam. Furosemid diekskresi melalui ginjal dalam bentuk utuh dan dalam konjugasi dengan senyawa sulfuhidril terutama sistein dan N-asetil sistein, sebagian lagi diekskresi melalui hati.
Farmakokinetik      :    Pada umumnya pemberian furosemid dapat memberikan efek yaitu meningkatkanekskresi K+ dan kadarasam urat plasma, ekskresi Ca++ dan Mg++ juga ditingkatkan sebanding dengan peninggian ekskresi Na+. Obat ini juga meningkatkan ekskresi asam yang dapat dititrasi (titrable acid) dan amonia.
Efek samping        :    Ototoksisitas : pendengaran dapat terganggu bila digunakan bersama-sama dengan antibiotika aminoglikosida. Hiperurisemia, kekurangan kalium, hipovolemia akut : pengurangan volume darah yang cepat dan parah, dengan memungkinkan hipotensi, syok dan aritmia jantung. Dapat pula terjadi gangguan saluran cerna, depresi elemen darah, rash kulit, parestesia dan disfungsi hati.
C.    Uraian Hewan Coba
Kelinci (Orytholagus cuniculus)
a.         Klasifikasi (Jasin, 1991)
Kingdom               :    Animalia
Phylum                 :    Cordata
Sub Phylum        :    Vertebrata
Class                     :    Mamalia
Sub class             :    Theria
Ordo                      :    Cogomorpha
Family                   :    Oryctolagidae
Genus                   :    Oryctolagus
Spesies                :    Oryctolagus cuniculus
b.         Karakteristik  (Malole,1989)
Berat badan dewasa  - jantan           :    2,0-5,0  kg
Luas permukaan tubuh                      :    2,5 kg : 1270,0 cm2
Temperatur tubuh                                :    38,0-39,6°C
Mulai dikawinkan  - jantan                 :    6 -10 bulan
                                 - betina                 :    5-9 hari
Lamanya siklus                                    :    tidak ada siklus (ovulasi sesudah kawin)
Jumlah anak/kelahiran                      :    4-10
Produksi anak                                      :    4-6 /bulan
Jumlah pernafasan                             :    32-60/menit
Volume tidal                                         :    4,6 ml/kg
Volume darah                                      :    57-65 ml/kg
Tekanan darah                                    :    90-130/60-90 mmHg
Glukosa serum                                     :    75-150 mg/dL
Cholesterol                                           :    35-53 mg/dL
D.    Patofisiologi
1.         Hipertensi (sukandar, 2008)
Hipertensi merupakan penyakit heterogen yang dapat disebabkan oleh penyebab yang spesifik (hipertensi sekunder) atau mekanisme patofisiologis yang tidak diketahui penyebabnya (hipertensi primer). Hipertensi sekunder bernilai kurang dari 10% kasus hipertensi, pada umumnya kasus tersebut disebabkan oleh penyakit ginjal kronik. Kondisi lain yang dapat menyebabkan hipertensi sekunder antara lain sindrom cushing, hipertiroid, , aldosteron primer, kehamilan, ostruktif sleep apnea, dan kerusakan aorta. Beberapa obat yang dapat meningkatkan tekanan darah adalah kortikosteroid, estrogen AINS, amphetamine dan venlafaxine.
Multifaktor yang dapat menimbulkan hipertensi primer, adalah ketidaknormalan humoral meliputi sistem renin-angiotensin-aldosteron hormon natriuretik, atau hiperinsulinemia; masalah patologi pada sistem saraf pusat, serabut saraf otonom, volume plasma, dan kontriksi arteriol; dan defisiensi senyawa sintesis lokal vasodilator pada endotelium vaskular, misalnya prostasiklin, bradikinin, dan nitrit oksida, atau terjadinya peningkatan produksi senyawa vasokonstriktor seperti angiotensin II dan endotelin I.
Penyebab utama kematian pada hipertensi adalah serebrovaskular, kardiovaskular, dan gagal jantung. Kemungkinan kematian prematur ada korelasinya dengan meningkatnya tekanan darah.
2.         Gagal jantung (Sukandar, 2008)
Penyebab disfungsi sistolik adalah penurunan massa otot, kardiomiopati yang berdilatasi serta hipertrofi ventrikel. Hipertrofi ventrikel dapat disebabkan oleh tingginya tekanan darah atau tingginya volume darah.
Penyebab disfungsi diastolik adalah peningkatan kekakuan ventrikel, hipertrofi ventrikel, penyakit-penyakit miokardial yang bersifat infiltratif, iskemia maupun infark miokardial, stenosis pada katup miltral maupun trikuspidalis dan penyakit-penyakit perikardial.
Penyebab gagal jantung paling umum adalah penyakit iskemik, hipertensi, atau kedua-duanya. Sejalan dengan penurunan fungsi kardiak, kerja jantung bergantung pada mekanisme kompensatori. Walaupun mekanisme kompensatori tersebut juga berperan dalam pemunculan gejala gagal jantung dan dapat memperparah penyakit.
Faktor-faktor lain yang berperan dalam memperpanjang gagal jantung pada pasien misalnya ketidakpatuhan pada medikasi, eskemia koroner, penggunaan medikasi yang kurang tepat, kejadian kardiak. Obat dapat memperparah gagal jantung karena sifat inotropik negatif, kardiotoksik, maupun sifat retensi natrium yang dimilikinya.


BAB III
METODE KERJA
A.     Alat
Adapun alat yang digunakan adalah:
1.         Cateter
2.         Gelas ukur 10 ml
3.         Kanula
4.         Labu ukur 10 ml
5.         Timbangan Digital
6.         Spoit 5 ml
7.         Spoit 1 ml
B.     Bahan
Adapun bahan yang digunakan adalah:
1.         Furosemid
2.         Na. CMC
C.    Hewan Coba
Adapun hewan coba yang digunakan adalah kelinci  (Orytholagus cuniculus).
D.    Cara kerja
1.         Pembuatan Bahan Obat
a)     Pembuatan larutan Furosemid
a.    Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b.    Dilarutkan Furosemid  mg dengan Na.CMC.
c.    Cukupkan volumenya sampai 10 ml dan dikocok sampai homogen.
2.     Perlakuan Hewan Coba
i.       Perlakuan sebelum pemberian obat (Diuretik)
a.     Kelinci yang akan digunakan dipuasakan selama kurang lebih 8 jam sebelum praktikum.
b.     Kelinci ditimbang berat badannya.
ii.      Perlakuan setelah pemberian obat
a)     Diuretik golongan Loop Diuretik : Furosemid
a.     Kelinci diberi Furosemid melalui oral sebanyak 1 ml.
b.     Diperhatikan urinasi yang terjadi pada hewan coba Kelinci pada menit ke nol, 15, 30, 45 dan 60.



BAB IV
DATA PENGAMATAN
A.     Tabel Pengamatan
Diuretik
Obat
V.P
Berat Kelinci (Kg)
Volume Urin setelah pemberian Obat (ml)
0’
15’
30’
45’
60’
Furosemid
17,5 ml
2,2 kg
-
-
-
-
-






BAB V
PEMBAHASAN
Diuretik ialah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukkan urine. Istilah diuresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya penambahan volume urin yang diproduksi yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran (kehilangan) zat-zat terlarut dan air.
Kebanyakan diuretik bekerja dengan mengurangi reabsorpsi natrium, sehingga pengeluarannya lewat kemih dan kemudian juga dari air diperbanyak. Obat-obat ini bekerja khusus terhadap tubuli, tetapi juga di tempat lain seperti pada Diuretik osmotik yang bekerja  pada tubuli proksimal dengan merintangi reabsorpsi air dan juga natrium. Diuretik loop bekerja pada lengkungan henle dengan kerja merintangi transpor Cl- dan demikian reabsorpsi Na+, dan juga memperbanyak pengeluaran Kalium dan air. Obat-obat diuretik thiazid bekerja pada tubuli distal dengan cara memperbanyak ekskresi natrium dan clorida sebesar 5-10%.
Diuretik digunakan pada semua keadaan di mana dikehendaki  peningkatan pengeluaran air, khususnya pada penderita hipertensi dan gagal jantung.
Penggunaan diuretik pada hipertensi ditujukan agar mengurangi volume darah seluruhnya sehingga tekanan darah menurun, khususnya derivat thiazid pada jangka panjang ternyata lebih ringan efek antihipertensinya, maka hanya ada kontra-indikasi untuk thiazid. Mekanisme kerjanya berdasarkan penurunan daya tahan pembuluh perifer. Pada gagal jantung yang bercirikan peredaran tak sempurna lagi dan terdapat cairan berlebihan di jaringan. Akibatnya air tertimbun dan terjadi udema.
Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstra sel Pembentukan urin dimulai dengan filtrasi sejumlah besar cairan yang bebas protein dari kapiler glomerulus ke kapsula Bowman. Kebanyakan zat dalam plasma, kecuali untuk protein, difiltrasi secara bebas sehingga konsentrasinya pada filtraf glomeru­lus dalam kapsula Bowman hampir sama dengan dalam plasma. Ketika cairan yang telah difiltrasi ini meninggalkan kapsula Bowman dan mengalir melewati tubulus, cairan diubah oleh reabsorpsi air dan zat terlarut spesifik yang kembali ke dalam darah atau oleh sekresi zat-zat lain dari kapiler peritubulus ke dalam tubulus.      Prinsip pada percobaan ini yaitu Penentuan efek obat golongan diuretik yaitu Furosemid terhadap hewan coba kelinci (Oryctolagus cuniculus) secara peroral dengan menggunakan kateter dan setelah itu ditampung urinnya di suatu wadah kemudian diukur volume urine.
Sebelum obat diberikan kepada manusia harus diuji terlebih dahulu toksisitasnya atau efek yang ditimbulkan setelah pemberian obat di mana pada praktikum ini digunakan hewan coba Kelinci (Oryctolagus cuniculus), hewan tersebut dapat digunakan sebagai hewan percobaan untuk praktikum diuretik ini karena struktur dan sistem organ yang ada di dalam tubuhnya hampir mirip dengan struktur organ yang ada di dalam tubuh manusia sehingga hewan-hewan tersebut biasa digunakan untuk uji praklinis sebelum nantinya akan dilakukan uji klinis yang dilakukan langsung terhadap manusia.
Pada percobaan kali ini digunakan obat yang dapat mempercepat volume pembentukkan urine yaitu Furosemide. Furosemid merupakan obat antihipertensi golongan loop diuretic, di mana mekanisme kerja obat ini yaitu merupakan diuretika kuat ,bekerja pada henle’s loop menyebabkan penurunan retensi vascular ginjal dan meningkatkan aliran darah ginjal. Efek per oral cepat (1/2-1 jam),bertahan selama 4-6 jam.
Pada percobaan kali ini didapatkan hasil yang menyatakan bahwa Diuretik golongan Loop diuretik yang digunakan (Furosemid) menghasilkan efek yang tidak diinginkan yaitu tidak terjadinya urinasi pada hewan coba kelinci (Oryctolagus cuniculus) selama 1 jam. Hal ini tidak sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa obat furosemid memiliki mula kerja 0,5-1 jam setelah pemberian oral dan memiliki t1/2 30-60 menit.
Terdapat beberapa ketidak sesuaian dengan literatur. Adapun faktor kesalahan yang terjadi disebabkan beberapa alasan, antara lain :
1.     Alat dan bahan yang digunakan tidak steril
2.     Tidak teliti dalam melakukan percobaan
3.     Kurangnya pemberian air sebelum pemberian obat
4.     Pada saat penyuntikan ada obat yang rerbuang sehingga dosis obat tidak akurat.





BAB VI
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Pemberian Furosemid dapat menghasilkan efek diuretik sehingga penggunaan Furosemid bagi penderita hipertensi, gagal jantung dan pasien yang membutuhkannya dapat diberikan.
B.     Saran
Sebelum praktikum dimulai sebaiknya praktikan dijelaskan terlebih dahulu bagaimana cara penyuntikkan yang baik, agar  praktikan tidak melakukan kesalahan dalam penyuntikan khususnya pada per oral.



DAFTAR PUSTAKA
Dirjen POM. 1979. “Farmakope Indonesia III”. Departemen Kesehatan RI : Jakarta.
Dirjen POM. 1995. “Farmakope Indonesia IV”. Departemen Kesehatan RI : Jakarta.
Feriyawati, Lita. 2005. “Anatomi sistem saraf dan peranannya dalam regulasi kontraksi otot rangka”. Sumut  : USU respirository.
Ganiswara. 2004. “Farmakologi dan Terapi”. Universitas Indonesia : Jakarta
Gunawan, Gan Sulistia. 2007. “Farmakologi dan Terapi Edisi V”. Universitas Indonesia : Jakarta
Guyton and Hall. 1997. “Buku Ajar fisiologi kedokteran edisi 9”. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.
Jasin, Maskuri, Drs. 1991. “Zoologi Vertebrata”.  Sriwijaya : Surabaya.
Malole, M., B.M. 1989. Penanganan Hewan Coba”. Departemen Kesehatan RI : Jakarta.
Mycek, J. Mary, dkk .2000. “Farmakologi Ulasan Bergambar”. Widya Medika : Jakarta.
Rukmono. 1973. Kumpulan kuliah patologi. Jakarta: Bagian patologi anatomik FK UI.
Santrock W. John. 2003. “Adolescence Edisi 6”. Erlangga : Jakarta.
Sloane, Ethel. 2004. “Anatomi Dan Fisiolagi Untuk Pemula”. EGC : Jakarta.
Sukandar, Prof. Dr. Elin Yulinah, Apt. dkk. 2008. “ISO Farmakoterapi”. PT ISFI Penerbitan : Jakarta.
Tjay, Tan Hoan. 2002. Obat – Obat Penting. PT Elex Media Komputindo : Jakarta.



LAMPIRAN
A.     Daftar obat yang digunakan
1.         Furosemid
B.     Perhitungan dosis
1.    Furosemid
Dik : Dosis obat 20 mg
Berat Etiket 40 mg
Dosis Kelinci
-         Dosis kelinci 1,5 Kg =  Dosis obat x Faktor konversi
                                    =  20 mg x 0,07
                                    =  1,4 mg
-         Dosis kelinci 2,5 kg
Kelinci 2,5 Kg       =           Berat yang dicari      x  Dosis diketahui
                                       Berat yang dosisnya diketahui

                              =          2,5   x 1,4 mg
                                          1,5

                                          =     2,66 mg
-         Dosis kelinci 2,5 kg
Kelinci 2,5 Kg       =           Berat yang dicari      x  Dosis diketahui
                                       Berat yang dosisnya diketahui

                                `=       2,2  x 1,4 mg
                                          1,5

                                          =     2,05 mg

-         Volume pemberian (Vp)  untuk kelinci
Vp =     Berat yang dicari      x  vp maksimal
               Berat maksimal

= 2,2  kg   x 20 ml
     2,5 kg

=17,6 ml

-         Larutan stok 50 ml         =     Jumlah larutan stok      x  Dosis max.
                                    Volume pemberian max.
                                 =   50 ml   x 2,66 mg
                                      20 ml
                                            =   6,65 mg/50 ml
-          Berat yang ditimbang=   Berat larutan stok x  Beratrata-rata
                                                   Berat etiket
= 6,65 mg   x  131,12 mg
                                           40 mg

                                                  =   21,8 mg



C.    Nama paten obat
1.     Furosemid
a.    Afrosic
b.    Diurefo
c.    Edemin
d.    Farsix
e.    Impugan
f.     Lasix
g.    Laveric
h.    Mediresix
i.      Uresix
j.      Yekasix



D.    Skema kerja
Diuretik golongan Loop Diuretik
Siapkan alat dan bahan serta Kelinci

Diberi obat Furosemid® secara oral

Amati frekuensi diuresis dan hitung volume urinnya pada pertama,15’, 30’, 45’, dan 60’

       Data









Tidak ada komentar:

Posting Komentar