BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Hipolipidemik adalah
obat yang digunakan untuk menurunkan kadar lipid plasma. Lipid plasma yang
utama yaitu kolesterol, trigliserida, fosfolipid, dan asam lemmak bebasyang
tidak larut dalam cairan plasma.
Komplikasi
terpenting dari arterisklerosis adalah penyakit jantung koroner, gangguan
pembuluh darah prifer penyakit jantung koroner merupakan penyebab kematian
utama dinegeri kita.
Jantung
kita sering kali disamakan dengan pompa yang menyalurkan cairan (darah) melalui
pipa elastic (pembuluh) ke wadah (organ) dan kemudian kembali bila jantung
berkontraksi. Darah dengan pesat dipompa kedalam pembuluh nadi besar (aorta)
dengan tekanan agak tinggi. Dan disini darah dialirkan berangsur-angsur kedalam
arteri dan arteriola isisnya dengan tekanan semakin berkurang. Tekanan ini
adalah perlu agar darah mencapai seluruh organ dari jaringan dan kemudian untuk
bisa kembali mengalir ke jantung menuju vena, dimana jantung merupakan organ
yang sangat penting bagi kehidupan kita. Yang berperan memompa darah baik itu
ke paru-paru (sirkulasi kecil) ataupun keseluruh tubuh (sirkulasi besar).
B.
Maksud Percobaan
Mengetahui
dan memahami efek farmakologis obat-obatan hipolipidemik pada hewan coba tikus (Rattus norvegicus).
C.
Tujuan Percobaan
Adapun Tujuan
dilakukannya percobaan ini adalah Menentukan efek dari obat Hipolipidemik, yaitu Gemfibrozil dan simvastatin pada hewan coba tikus (Rattus
norvegicus).
D.
Prinsip Percobaan
Penentuan efek obat hipolipidemik, yaitu
simvastatin berdasarkan pada metode pemberian makanan diet kolesterol dan
metode penimbangan berat badan serta pengambilan darah pada hewan coba tikus (Rattus norvegicus).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Teori
Umum
Hiperlipidemik
adalah peningkatan salah satu atau lebih kolesterol kolesterol ester, fosfolipid, atau
trigliserida. Hiperlipoprotein adalah meningkatnya konsentrasi makro molekul
lipoprotein yang membawa lipid dalam plasma. (Guyton, 1997)
Arteriosklerosis
adalah suatu penyakit yang ditandai dengan
penebalan dan hilangnya elastisitas dinding arteri. Dikenal tiga bentuk arteriosklerosis yaitu
atherosclerosis, arteriosclerosis Monckeberg dan arteriolosclerosis. Atherosclerosis adalah bentuk
arteriosclerosis yang paling umum ditemukan, ditandai dengan terdapatya aterom
pada bagian intima arteri yang berisi kolesterol, zat lipoid dan lipofag.
Pembuluh darah yang terkena adalah arteri besar dan sedang yaitu pembuluh
serebral, vertebral, koroner, renal, aorta, dan pembuluh di tungkai
(Ganiswarna, 2004).
Pembagian
Lipoprotein beserta komposisinya :
1. Kilomikron
Kilomikron
membawa trigliserida dari makanan ke jaringan lemak dan otot rangka juga
membawa kolestrol makan ke hati. Lipoprotein
dengan berat molekul terbesar ini lebih dari 85% komponenya terdiri dari
trigliserida dan kurang 5% (4%) kolestrol eter , 2% protein dan 9% fosfolipida.
(Gunawan, 2007).
2. VLDL
(Very Low Density Lipoprotein)
Lipoprotein
density sangat rendah. VLDL disekresi oleh hati untuk mengangkut trigliserida
ke jaringan perifer. Lipoprotein ini terdiri dari 60% trigliserida (endogen)
dan 10-15% kolesterol, 10% protein dan 20% fosfolipid. (Gunawan, 2007).
3. IDL
(Intermediate Density Lipoprotein)
Lipoprotein
densitas sedang. IDL adalah zat perantara yang terjadi sewaktu VLDL di
katabolisme menjadi LDL , tidak terdapat dalam kadar yang besar kecuali bila
terjadi hambatan konversi lebih lanjut. IDL ini kurang mengandung trigliserida
(30%), lebih banyak kolestrol (20%) dan relatif lebih banyak mengandung apoprotein
B dan E (Gunawan, 2007).
4. LDL
(Low Density Lipoprotein)
Lipoprotein
densitas rendah. LDL merupakan lipoprotein pengangkut kolestrol terbesar pada
manusia (70% total). LDL mengandung trigliserida 5% dan kolestrol 70%, 13%
protein dan 12% fosfolipida. (Tjay, 2002).
5. HDL
(High Density Lipoprotein)
Lipoprotein densitas
tinggi. HDL mengangkut kelebihan (dan asam lemak) yang tidak dapat digunakan
oleh jaringan perifer. HDL mengandung
25% kolestrol dan 5% trigliserida, 50% protein, dan 20% fosfolipida. (Tjay,
2010).
Mekanisme
Sintesis Kolesterol (Gunawan, 2007) :
a. Jalur
Eksogen
Trigliserida dan kolesterol yang bersal dari makanan
dalam usus dikemas sebagai kilomikron. Kilomikron ini akan diangkut dalam
saluran limfa lalu ke dalam darah via duktus torasikus. Di dalam jaringan lemak
trigliserida dalam kilomikron mengalami hidrolisis oleh lipoprotein lipase yang
terdapat pada permukaan sel endotel. Akibat hidrolisis ini maka akan terbentuk
asam lemak kilomikron remnan. Asam lemak bebas akan menembus endotel dan masuk
ke dalam jaringan lemak atau sel otot untuk diubah menjadi trigliserida kembali
(cadangan) atau dioksidasi (energi). Kilomikron remnan adalah ukuran
trigliserida mengecil tetap jumlah ester kolesterol tetap. Kilomikron remnan
ini akan dibersihkan oleh hati dari sirkulasi dengan mekanisme endositosis oleh
lisosom. Hasil metabolisme ini berupa kolestrol bebas yang akan digunakan untuk
sintetis berbagai struktur (membran
plasma, myelin, hormone, steroid dsb) disimpan dalam hati sebagai
kolestrol ester lagi atau diekskresi kedalam empedu (sebagai kolesterol atau
asam empedu) atau diubah jadi lipoprotein yang dikeluarkan kedalam plasma.
Kolesterol juga dapat disintesis dari asetat dibawah pengaruh enzim HMG-COA
Feduktase yang menjadi aktif jika terdapat kekurangan kolesterol. (Gunawan,
2007).
b. Jalur
Endogen
Trigliserida dan kolestrol yang disintesis oleh hati diangkut secara
endogen dalam bentuk VLDL kaya triglisorida dan mengalami hidrolisis dalam
sirkulasi oleh lipoprotein lipase yang juga menghidrolisis kilomikron menjadi
partikel lipoprotein yang lebih kecil yaitu IDL dan LDL-LDL yang mengandung
kolesterol paling banyak (60-70%), mengalami katabolisme melalui reseptor
diatas dan jalur non reseptor. Jalur katabolisme reseptor dapat ditekan oleh
produksi kolestrol endogen. Pada pasien hiperkolesterolemia katabolisme LDL
oleh hati dan jaringan perifer berkurang sehingga kadar kolestrol plasmanya
meningkat. Peningkatan kadar kolestrol sebagian disalurkan kedalam makrofag
yang akan membentuk sel busa (foam cells) yang berperan dalam terjadinya
ateroklerosis premature. (Gunawan, 2007).
Klasifikasi
hiperlipoproteinemia yang dikenal adalah klasifikasi fredericson atau NHLBI
yang membagi hiperlipoproteinemia atas dasar fenotip plasma (Gunawan, 2007).
Pola
Lipoporotein
|
Peningkatan utama dalam plasma
|
|
Lipoprotein
|
Lipid
|
|
Tipe
I
Tipe
IIa
Tipe
IIb
Tipe
III
Tipe
IV
Tipe
V
|
Kilomikron
LDL
LDL
dan VLDL
IDL
VLDL
VLDL
dan Kilomikron
|
Trigliserid
Kolesterol
Kolesterol
dan Trigliserid
Trigliserid
dan Kolesterol Trigliserid
Trigliserid
dan Kolesterol
|
Hipolipidemik adalah
obat yang digunakan untuk menurunkan kadar lipid plasma. Lipid plasma terdiri
dari : gliserida, asam lemak bebas , fosfolipid, dan kolestrol(Gunawan, 2007).
Menghambat
biosintetis kolesterol atau prekursornya.
a.
Menurunkan kadar trigliserid dan menghambat
mobilisasi lemak dengan cara :
-
menghambat aktivitas enzim trigliserida
lipase sehingga menurunkan kecepatan hidrolisis trigliserid.
-
Memblok kerja hormon pelepas asam lemak
bebas.
-
Menghambat pengikatan asam lemak bebas pada
albumin.
b.
Menurunkan beta-lipoprotein dan pra
beta-lipoprotein.
c.
Mensintesis plague.
d.
Mempercepat ekskresi lipid dan menghambat
penyerapan kolesterol.
Klasifikasi Hiperlipidemia (Mycek,2001) :
a. Tipe
I (HIPERKILOMKIRONEMIA FAMILIAL)
- Hiperkilomikronemia
masih pada waktu berpuasa sekalipun sejumlah lemak dalam diet normal,
menyebabkan trigliserol serum yang sangat tinggi, menyebakan trigliserol serum
yang sangat tinggi.
- Difisiensi
lipase lipoprotein atau difisiensi apolipoprotein CLL normal (jarang).
- Tipe
I tidak ada hubungan dengan peningkatan penyakit jantung koroner.
- Pengobatan
: Diet rendah lemak, tidak ada obat yang efektif untuk hiperlipidemik tipe I.
-
b. Tipe
IIA (HIPERKLOESTEROLEMIA FAMILIAL)
- Peningkatan
LDL dengan kadar VLDL normal karena penghambatan dalam degradasi LDl, sehingga
terdapat peningkatan kolesterol serum tetapi trigliserol normal.
- Disebabkan
karena berkurangnya reseptor LDL normal.
- Penyakit
jantung iskemik terjadi sangat dipercepat.
- Pengobatan
: Diet rendah kolesterol dan rendah lemak jenuh.
Heterozigot : Kolestoramin
dan kolestipol dan/ atau lovastatin atau mevastatin. Homozigot : Seperti diatas
ditambahkan nisain.
c. Tipe
IIB [HIPERLIPIDEMIA KOMBINASI (CAMPURAN) FAMILIAL)
- Sama
dengan IIA, kecuali VLDL juga meningkat, menyebabkan trigliserol serum dan
kolesterol meningkat.
- Disebabkan
produksi VLDL oleh hati meningkat.
- Relatif
sering ditemukan.
- Pengobatan
: Pembatasan kolesterol dan lemak jenuh dalam diet serta alkohol. Terapi obat
sama dengan II A kecuali Heterozigot juga menerima Niasin.
d. Tipe
III (DISBETALIPOPROTEINEMIA FAMILIAL)
- Konsentrasi
IDL serum meningkat menyebabkan peningkatan kadar triasigliserol dan
kolseterol.
- Penyebabnya
adalah over produksi atau IDL kurang digunakan, karena mutasi apolipoprotein E.
- Xantoma
dan penyakit koroner dan perifer yang dipercepat terjadi pada pasien setengah
baya.
- Pengobatan
: Penurunan berat badan (jika perlu). Pembatasan diet kolesterol dan alkohol.
Terapi obat termasuk Niasin dan klofibrat (atau gemfibrozil) atau Lovastatin
(atau Nevastatin).
e. Tipe
IV (HIPERTRIGLISEROLEMIA FAMILIAL)
- Kadar
VLDL meningkat, sedangkan kadar LDL normal atau berkurang, mengakibatkan
kolesterol normal atau meningkat dan peningkatan kadar trigliserol yang
beredar.
- Penyebab
adalah overproduksi dan/ atau berkurangnya pengeluaran VLDL triagliserol dalam
serum.
- Ini
merupakan penyakit yang realtif umum. Mempunyai sedikit manifestasi klinis
selain dari penyakit jantung iskemik yang dipercepat. Sering pasien dengan
gangguan ini gemuk, diabetik, hiperurisemia. Juga terikat pada individu yang
menerima terapi esterogen, hamil pada triamester ketiga atau seorang pecandu
alkohol.
- Pengobatan
: menurunkan berat badan sangat penting. Pembatasan diet dalam karbohidrat yang
terkontrol, lemak yang diubah, konsumsi alkohol rendah. Jika perlu , terapi
obat termasuk Niasin (atau Klorfibrat) atau lovastatin (atau Mevstatin).
f. Tipe
V (HIPERTRIGLISERIDEMIA CAMPURAN FAMILIAL)
- Kadar
VLDL dan kilomikron serum meningkat. LDL normal tau berkurang. Ini menyebabkan
kolesterol meningkat dan triasil gliserol meningkat.
- Penyebabnya
adalah peningkatan produksi atau penurunan bersihan VLDL dan kilomikron.
- Paling
sering terjadi pada orang dewasa yang gemuk, dan atau diabetik.
- Pengobatan
: penurunan berat badan sangat penting. Diet harus mengandung protein, rendah
lemak, dan karbohidrat yang terkontrol serta tidak boleh mengkonsumsi alkohol.
Jika perlu terapi obat termasuk Niasin, Klorfibrat, dan/ atau Gemfibrozil atau
lovastatin (atau Nevastatin).
Obat-obat
antihiperlipidemia ditujukan untuk masalah kenaikan lipid serum (pada
hiperlipidemia perimer atau sekunder) dengan strategi beberapa obat ini
menurunkan produksi lipoprotein karier kolesterol dan teriagliserol , sedangkan
lainnya meningkatkan pemacahan lipoprotein. Ada pula obat yang langsung
meningkatkan bersihan kolesterol dalam tubuh. Obat-obat dapat digunakan tunggal
atau kombinasi , tetapi harus disertai kadar lipid dalam diet yang rendah ,
terutama kolesterol dan lemak jenuh dan nilai kalori diet dimonitor secara
ketat (Mycek,2001).
Obat-obat
yang dapat menurunkan kadar lipid plasma.
a. Asam
Fibrat
Obat dalam golongan ini antara lain gemfibrozil dan
klofibrat. Kedua obat ini menyebabkan kadar lipid plasma dengan memacu
aktivitas lipase lipoporotein. Sehingga menghidrolisis triagliserol pada
kilomikron dan VLDL. Sehingga mempercepat partikel-partikel ini dari plasma.
Sebaliknya kadar HDL sedikit meningkat. Penelitian pada hewan menunjukkan bahwa
fibrat dapat menyebabkan penurunan kolesterol plasma dengan menghambat sintesis
kolesterol dan meningktakan eksresi biliar kolesterol kedalam fases. Fibrat
juga merendahkan kadar fibrinogen plasma (Mycek, 2001).
b. Resin
Obat dalam golongan ini antra lain yaitu kolesteramin
dan kolestipol. Resin menurunkan kadar kolesterol dengan cara mengikat asam
empedu dalam saluran cerna, mengganggu sirkulasi enterohepatik sehingga eksresi
tiroid yang bersifat asam dalam tinja meningkat. Penurunan kadar asam empedu
ini oleh pemberian resin akan menyebabkan meningkatnya produksi asam empedu
yang berasal dari kolesterol (Gunawan, 2007).
c. Penghambat
HMG-CoA Reduktase
Obat dalam golongan ini antara lain yaitu Lovastatin,
Pravastatin, simvastatin, dan Pluvastatin. Statin bekerja dengan cara
menghambat sintesis kolesterok dalam hati dengan menghambat enzim HMG-CoA
reduktase. Akibta penurunan sintesis kolesterol ini, maka SREBP yang terdapat
pada membran dipecah oleh reduktase, lain diangkut ke nukleus (Gunawan, 2007).
d. Asam
nikotinat
Obat yang termasuk dalam golongan ini yaitu Niasin.
Niasin merupakan vitamin larut air. Menghambat liposis dengan kuat dalam
jaringan lemak penghasil utama enzim lemak bebas yang beredar. Hati umumnya
menggunkan asam lemak bebas dalam sirkulasi berbagai prekursor utama untuk
sintesis utama trigliserol. Karena itu Niasin menyebabkan penurunan sintesis
trigliserol yang dibutuhkan untuk produk VLDL (lipoprotein densitas sangat
rendah) berasal dari VLDL dalam plasma. Karena itu reduksi VLDl juga
mengakibatkan penurunan konsentrasi IDL plasma. Dengan demikian baik
trigliserol (dalam VLDL) dan kolesterol (dalam VLDL dan IDL) dan plasma akan
menjadi rendah. Selanjutnya, pengobatan dengan Niasin akan meningkatkan kadar
kolesterol HDL (HDL merupakan karirkolesterol yang baik) (Mycek, 2001).
e. Probukol
Kerjanya
menurnkan kolesterol LDL dengan mekanisme yang belum jelas. Ada yang menyatakan
bahwa obat ini menurunkan kolesterol LDL dengan cara meningkatkan katabolisme
LDL dan mempertinggi kolesterol kedalam empedu. Sayangnya kolesterol HDL juga
menurunkan karena sintesis apolipoporotein AI berkurang disamping aktivitas
lipoprotein lipase yang sangat rendah (Mycek, 2001).
f. Golongan
lain-lain (Gunawan, 2007)
1. Penghambat
abrosorbsi kolesterol intestinal
Ezitime menghambat absorbsi
sitosterol dan kolesterol dalam usus. Obat ini efektif menurunkan LDL dan
kolesterol total, walaupun asuoan makanan tidak mengandung kolesterol yang
diekskresi dalam empedu.
2. Neosimin
sulfat
Neosimin sulfat yang
diberikan yang diberikan peroral dapat menurunkan kadar kolesterol dengan cara
mirip resin yaitu membentuk kompleks tidak larut dalam asam lemah empedu. Efek
penurunan kolesterolo neosimin bersifat sedang, pada pemberian 2gr/hari dalam
dosis terbagi menurunkan LDL dan koelsterol total sebanyak 10-30% tanpa
mengubah kadar trigliserol.
3. Betasitosterol
Betasitosterol merupakan
gabungan sterol tanaman yang tidak diabsorbsi saluran cerna manusia. Mekanisme
kerjanya diduga menghambat absorbsi kolesterol endogen dan diindikasi hanya
untuk pasien hiperkolesterolemia poligenik yang amat sensitif dengan penambahan
kolesterol diluar (makanan).
4. Dekstrotiroksin
Merupakan isomer optik
hormon tiropid yang dahulu digunakan untuk pengobatan hiperkolesterolemia.
Mekanisme kerjanya dalam menurunkan kadar lipid darah diduga karena efek
tiromimetiknya (kemampuan menurunkan kadar lipid yang lebiih besar dari pada
peningkatan kecepatan dan metabolismenya).
A.
Uraian Bahan
1.
Furosemid
(Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : FUROSEMIDUM
Nama lain : Furosemida
Pemerian : Serbuk hablur, putih
atau hampir puith, tidak berbau hampir
tidak berasa
Kelarutan : Praktis tidak larut
dalam air dan kloroform P, larut
dalam 75 bagian etanol (95%) P dan dalam 850
bagian eter P, larut dalam larutan alkali
hidroksida.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup
baik
Kegunaan :
Sebagai obat diuretik
2.
Na. CMC (Dirjen POM
1979: 401)
Nama resmi : NATRII CARBOXYMETHIL
CELLULOSUM
Nama Lain : natrium carboksimetil selulosa
Pemerian : Serbuk/ butiran putih/ kuning gading, tidak berbau,
higroskopik.
Kelarutan : mudah terdispersi
dalam air membentuk suspensi Koloida, tidak larut dalam etanol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : kontrol
B.
Uraian Obat
1.
Furosemid (Ganiswarna, 1995), (Mycek, 2001),
Indikasi : Digunakan
untuk menurunkan edema paru-paru akut pada gagal jantung kongestif yang memerlukan diuresis yang kuat dan cepat., mengobati hiperkalsemia, nefrosis
atau gagal ginjal kronik .
Farmakodinamik : Ketika obat mudah
diserap melalui saluran cerna, dengan derajat yang agak berbeda beda. Bioavailabilitas furosemid 65%,
diuretik kuat terikat pada protein plasma
secara ekstensif, sehingga tidak difiltrasi di glomerulus tetapi cepat sekali disekresi
melalui sistem transport asam organik di
tubuli proksimal. Dengan cara ini obat terakumulasi
dicairan tubuli dan mungkin sekali di tempat kerja di daerah yang lebih distal lagi. Masa kerjanya relatif singkat yaitu 1 sampai 4 jam. Furosemid
diekskresi melalui
ginjal dalam bentuk utuh dan dalam konjugasi dengan senyawa sulfuhidril terutama sistein dan N-asetil sistein, sebagian lagi
diekskresi melalui hati.
Farmakokinetik : Pada umumnya pemberian furosemid dapat memberikan efek yaitu meningkatkanekskresi K+
dan kadarasam urat plasma, ekskresi Ca++ dan Mg++ juga ditingkatkan
sebanding dengan peninggian ekskresi Na+. Obat ini juga meningkatkan ekskresi
asam yang dapat dititrasi (titrable acid) dan amonia.
Efek samping : Ototoksisitas
: pendengaran dapat terganggu bila digunakan bersama-sama dengan antibiotika aminoglikosida. Hiperurisemia, kekurangan kalium, hipovolemia akut : pengurangan volume
darah yang cepat dan parah, dengan memungkinkan hipotensi, syok dan aritmia
jantung. Dapat pula terjadi gangguan saluran cerna, depresi elemen darah, rash
kulit, parestesia dan disfungsi hati.
C.
Uraian Hewan
Coba
Kelinci
(Orytholagus
cuniculus)
a.
Klasifikasi
(Jasin, 1991)
Kingdom :
Animalia
Phylum : Cordata
Sub Phylum : Vertebrata
Class :
Mamalia
Sub class : Theria
Ordo :
Cogomorpha
Family :
Oryctolagidae
Genus : Oryctolagus
Spesies : Oryctolagus cuniculus
b.
Karakteristik
(Malole,1989)
Berat badan dewasa - jantan :
2,0-5,0
kg
Luas permukaan tubuh : 2,5 kg
: 1270,0 cm2
Temperatur tubuh : 38,0-39,6°C
Mulai dikawinkan - jantan : 6 -10 bulan
-
betina : 5-9 hari
Lamanya
siklus : tidak ada siklus (ovulasi sesudah kawin)
Jumlah anak/kelahiran : 4-10
Produksi anak : 4-6 /bulan
Jumlah pernafasan : 32-60/menit
Volume tidal : 4,6 ml/kg
Volume darah : 57-65 ml/kg
Tekanan darah : 90-130/60-90 mmHg
Glukosa serum : 75-150 mg/dL
Cholesterol : 35-53 mg/dL
D.
Patofisiologi
1.
Hipertensi (sukandar,
2008)
Hipertensi merupakan penyakit heterogen yang dapat
disebabkan oleh penyebab yang spesifik (hipertensi sekunder) atau mekanisme
patofisiologis yang tidak diketahui penyebabnya (hipertensi primer). Hipertensi
sekunder bernilai kurang dari 10% kasus hipertensi, pada umumnya kasus tersebut
disebabkan oleh penyakit ginjal kronik. Kondisi lain yang dapat menyebabkan
hipertensi sekunder antara lain sindrom cushing, hipertiroid, , aldosteron
primer, kehamilan, ostruktif sleep apnea, dan kerusakan aorta. Beberapa obat
yang dapat meningkatkan tekanan darah adalah kortikosteroid, estrogen AINS,
amphetamine dan venlafaxine.
Multifaktor yang dapat menimbulkan hipertensi primer,
adalah ketidaknormalan humoral meliputi sistem renin-angiotensin-aldosteron
hormon natriuretik, atau hiperinsulinemia; masalah patologi pada sistem saraf
pusat, serabut saraf otonom, volume plasma, dan kontriksi arteriol; dan
defisiensi senyawa sintesis lokal vasodilator pada endotelium vaskular,
misalnya prostasiklin, bradikinin, dan nitrit oksida, atau terjadinya
peningkatan produksi senyawa vasokonstriktor seperti angiotensin II dan
endotelin I.
Penyebab utama kematian pada hipertensi adalah
serebrovaskular, kardiovaskular, dan gagal jantung. Kemungkinan kematian
prematur ada korelasinya dengan meningkatnya tekanan darah.
2.
Gagal
jantung (Sukandar, 2008)
Penyebab disfungsi
sistolik adalah penurunan massa otot, kardiomiopati yang berdilatasi serta
hipertrofi ventrikel. Hipertrofi ventrikel dapat disebabkan oleh tingginya
tekanan darah atau tingginya volume darah.
Penyebab disfungsi
diastolik adalah peningkatan kekakuan ventrikel, hipertrofi ventrikel,
penyakit-penyakit miokardial yang bersifat infiltratif, iskemia maupun infark
miokardial, stenosis pada katup miltral maupun trikuspidalis dan
penyakit-penyakit perikardial.
Penyebab gagal jantung
paling umum adalah penyakit iskemik, hipertensi, atau kedua-duanya. Sejalan
dengan penurunan fungsi kardiak, kerja jantung bergantung pada mekanisme
kompensatori. Walaupun mekanisme kompensatori tersebut juga berperan dalam
pemunculan gejala gagal jantung dan dapat memperparah penyakit.
Faktor-faktor lain yang
berperan dalam memperpanjang gagal jantung pada pasien misalnya ketidakpatuhan
pada medikasi, eskemia koroner, penggunaan medikasi yang kurang tepat, kejadian
kardiak. Obat dapat memperparah gagal jantung karena sifat inotropik negatif,
kardiotoksik, maupun sifat retensi natrium yang dimilikinya.
BAB III
METODE KERJA
A.
Alat
Adapun
alat yang digunakan adalah:
1.
Cateter
2.
Gelas ukur
10 ml
3.
Kanula
4.
Labu ukur 10
ml
5.
Timbangan
Digital
6.
Spoit 5 ml
7.
Spoit 1 ml
B.
Bahan
Adapun
bahan yang digunakan adalah:
1.
Furosemid
2.
Na. CMC
C.
Hewan Coba
Adapun
hewan coba yang digunakan adalah kelinci (Orytholagus cuniculus).
D.
Cara kerja
1.
Pembuatan
Bahan Obat
a)
Pembuatan larutan Furosemid
a.
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b.
Dilarutkan Furosemid mg dengan Na.CMC.
c.
Cukupkan volumenya sampai 10 ml dan dikocok
sampai homogen.
2.
Perlakuan
Hewan Coba
i.
Perlakuan
sebelum pemberian obat (Diuretik)
a.
Kelinci yang
akan digunakan dipuasakan selama kurang lebih 8 jam sebelum praktikum.
b.
Kelinci
ditimbang berat badannya.
ii.
Perlakuan
setelah pemberian obat
a)
Diuretik golongan
Loop Diuretik : Furosemid
a.
Kelinci
diberi Furosemid melalui oral sebanyak 1 ml.
b.
Diperhatikan
urinasi yang terjadi pada hewan coba Kelinci pada menit ke nol, 15, 30, 45 dan
60.
BAB IV
DATA PENGAMATAN
A.
Tabel
Pengamatan
Diuretik
Obat
|
V.P
|
Berat Kelinci (Kg)
|
Volume Urin setelah pemberian Obat
(ml)
|
||||
0’
|
15’
|
30’
|
45’
|
60’
|
|||
Furosemid
|
17,5 ml
|
2,2 kg
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
BAB V
PEMBAHASAN
Diuretik ialah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukkan urine. Istilah diuresis
mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya penambahan volume urin yang
diproduksi yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran (kehilangan) zat-zat terlarut dan air.
Kebanyakan
diuretik bekerja dengan mengurangi reabsorpsi natrium, sehingga pengeluarannya
lewat kemih dan kemudian juga dari air diperbanyak. Obat-obat ini bekerja
khusus terhadap tubuli, tetapi juga di tempat lain seperti pada Diuretik
osmotik yang bekerja pada tubuli
proksimal dengan merintangi reabsorpsi air dan juga natrium. Diuretik loop
bekerja pada lengkungan henle dengan kerja merintangi transpor Cl-
dan demikian reabsorpsi Na+, dan juga memperbanyak pengeluaran
Kalium dan air. Obat-obat diuretik thiazid bekerja pada tubuli distal dengan
cara memperbanyak ekskresi natrium dan clorida sebesar 5-10%.
Diuretik
digunakan pada semua keadaan di mana dikehendaki peningkatan pengeluaran air, khususnya pada
penderita hipertensi dan gagal jantung.
Penggunaan
diuretik pada hipertensi ditujukan agar mengurangi volume darah seluruhnya
sehingga tekanan darah menurun, khususnya derivat thiazid pada jangka panjang ternyata lebih
ringan efek antihipertensinya, maka hanya ada kontra-indikasi untuk thiazid.
Mekanisme kerjanya berdasarkan penurunan daya tahan pembuluh perifer. Pada
gagal jantung yang bercirikan peredaran tak sempurna lagi dan terdapat cairan
berlebihan di jaringan. Akibatnya air tertimbun dan terjadi udema.
Fungsi utama diuretik
adalah untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti mengubah keseimbangan
cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstra sel Pembentukan urin dimulai dengan filtrasi sejumlah besar cairan yang
bebas protein dari kapiler glomerulus ke kapsula Bowman. Kebanyakan zat dalam
plasma, kecuali untuk protein, difiltrasi secara bebas sehingga konsentrasinya
pada filtraf glomerulus dalam kapsula Bowman hampir sama dengan dalam plasma.
Ketika cairan yang telah difiltrasi ini meninggalkan kapsula Bowman dan
mengalir melewati tubulus, cairan diubah oleh reabsorpsi air dan zat terlarut
spesifik yang kembali ke dalam darah atau oleh sekresi zat-zat lain dari
kapiler peritubulus ke dalam tubulus. Prinsip pada percobaan ini yaitu Penentuan efek obat
golongan diuretik yaitu Furosemid terhadap hewan coba kelinci (Oryctolagus cuniculus) secara peroral dengan menggunakan kateter dan
setelah itu ditampung urinnya di suatu wadah kemudian diukur volume urine.
Sebelum obat diberikan kepada
manusia harus diuji terlebih dahulu toksisitasnya atau efek yang ditimbulkan
setelah pemberian obat di mana pada praktikum ini digunakan hewan coba Kelinci (Oryctolagus cuniculus), hewan tersebut dapat
digunakan sebagai hewan percobaan untuk praktikum diuretik ini karena struktur dan sistem organ yang ada di dalam
tubuhnya hampir mirip dengan struktur organ yang ada di dalam tubuh manusia sehingga hewan-hewan
tersebut biasa digunakan untuk uji praklinis sebelum nantinya akan dilakukan
uji klinis yang dilakukan langsung terhadap manusia.
Pada percobaan kali ini
digunakan obat yang dapat mempercepat volume pembentukkan urine yaitu
Furosemide. Furosemid merupakan obat antihipertensi golongan loop diuretic, di
mana mekanisme kerja obat ini yaitu merupakan diuretika kuat ,bekerja pada
henle’s loop menyebabkan penurunan retensi vascular ginjal dan meningkatkan
aliran darah ginjal. Efek per oral cepat (1/2-1 jam),bertahan selama 4-6 jam.
Pada percobaan kali ini
didapatkan hasil yang menyatakan bahwa Diuretik golongan Loop diuretik yang
digunakan (Furosemid) menghasilkan efek yang tidak diinginkan yaitu tidak terjadinya urinasi pada hewan coba
kelinci (Oryctolagus cuniculus) selama 1 jam. Hal ini tidak sesuai dengan literatur yang menyatakan
bahwa obat furosemid memiliki mula kerja 0,5-1 jam setelah pemberian oral dan
memiliki t1/2 30-60 menit.
Terdapat beberapa ketidak
sesuaian dengan literatur. Adapun faktor kesalahan yang terjadi disebabkan
beberapa alasan, antara lain :
1.
Alat dan bahan yang digunakan tidak steril
2.
Tidak teliti dalam melakukan percobaan
3.
Kurangnya pemberian air sebelum pemberian
obat
4.
Pada saat penyuntikan ada obat yang rerbuang
sehingga dosis obat tidak akurat.
BAB VI
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pemberian
Furosemid dapat menghasilkan efek diuretik sehingga penggunaan Furosemid bagi
penderita hipertensi, gagal jantung dan pasien yang membutuhkannya dapat
diberikan.
B.
Saran
Sebelum praktikum dimulai sebaiknya praktikan dijelaskan
terlebih dahulu bagaimana cara penyuntikkan yang baik, agar praktikan tidak melakukan kesalahan dalam
penyuntikan khususnya pada per oral.
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen POM. 1979. “Farmakope Indonesia III”.
Departemen Kesehatan RI : Jakarta.
Dirjen POM. 1995. “Farmakope Indonesia IV”.
Departemen Kesehatan RI : Jakarta.
Feriyawati, Lita. 2005. “Anatomi sistem saraf dan
peranannya dalam regulasi kontraksi otot rangka”. Sumut : USU respirository.
Ganiswara. 2004. “Farmakologi dan Terapi”. Universitas Indonesia : Jakarta
Gunawan, Gan Sulistia. 2007. “Farmakologi
dan Terapi Edisi V”. Universitas Indonesia : Jakarta
Guyton and Hall. 1997. “Buku Ajar fisiologi kedokteran edisi 9”. Penerbit
Buku Kedokteran EGC : Jakarta.
Jasin, Maskuri, Drs. 1991. “Zoologi Vertebrata”. Sriwijaya : Surabaya.
Malole, M., B.M. 1989. “Penanganan Hewan Coba”. Departemen Kesehatan RI :
Jakarta.
Mycek, J. Mary, dkk .2000. “Farmakologi
Ulasan Bergambar”. Widya Medika : Jakarta.
Rukmono. 1973.
“Kumpulan kuliah patologi”. Jakarta: Bagian patologi anatomik FK UI.
Santrock W. John. 2003. “Adolescence Edisi 6”.
Erlangga : Jakarta.
Sloane, Ethel. 2004. “Anatomi Dan Fisiolagi Untuk Pemula”. EGC : Jakarta.
Sukandar, Prof. Dr. Elin Yulinah, Apt. dkk.
2008. “ISO Farmakoterapi”. PT ISFI Penerbitan : Jakarta.
Tjay, Tan Hoan. 2002. “Obat – Obat Penting”. PT Elex Media Komputindo : Jakarta.
LAMPIRAN
A.
Daftar obat
yang digunakan
1.
Furosemid
B.
Perhitungan
dosis
1. Furosemid
Dik : Dosis obat 20 mg
Berat
Etiket 40 mg
Dosis
Kelinci
-
Dosis kelinci 1,5 Kg = Dosis obat x Faktor konversi
= 20 mg x 0,07
= 1,4 mg
-
Dosis kelinci 2,5 kg
Kelinci
2,5 Kg = Berat yang dicari x
Dosis diketahui
Berat yang dosisnya diketahui
= 2,5 x 1,4 mg
1,5
= 2,66 mg
-
Dosis kelinci 2,5 kg
Kelinci
2,5 Kg = Berat yang dicari x
Dosis diketahui
Berat yang dosisnya diketahui
`= 2,2 x 1,4 mg
1,5
= 2,05 mg
-
Volume pemberian (Vp) untuk kelinci
Vp
= Berat
yang dicari x vp
maksimal
Berat maksimal
= 2,2 kg x 20 ml
2,5 kg
=17,6 ml
-
Larutan
stok 50 ml = Jumlah larutan
stok x
Dosis max.
Volume pemberian max.
= 50 ml x 2,66 mg
20 ml
= 6,65 mg/50 ml
-
Berat yang ditimbang=
Berat
larutan stok x Beratrata-rata
Berat
etiket
= 6,65 mg x
131,12 mg
40 mg
= 21,8 mg
C.
Nama paten
obat
1.
Furosemid
a.
Afrosic
b.
Diurefo
c.
Edemin
d.
Farsix
e.
Impugan
f.
Lasix
g.
Laveric
h.
Mediresix
i.
Uresix
j.
Yekasix
D.
Skema kerja
Diuretik golongan Loop
Diuretik



Data
Tidak ada komentar:
Posting Komentar