BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Campuran zat-zat yang homogen disebut larutan, yang memiliki
komposisi merata atau serba sama diseluruh bagian volumenya. Suatu larutan
mengandu ng suatu zat larutan atau
lebih dari satu pelarut. Zat terlarut merupakan komponen yang jumlahnya sedikit
sedangkan pelarut adalah komponen yang terdapat dalam jumlah banyak.
Pengetahuan tentang partisi penting untuk
seorang ahli dalam bidang farmasi, karena prinsip ini melibatkan beberapa
bidang farmasi, termasuk disini pengawetan sistem minyak – air, kerja obat
keseluruh tubuh.Secara kuantitatif, kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai
konsentrasi zat terlarut didalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu.
Kelarutan dinyatakan dalam millimeter pelarut persatuan gram zat.
Alasan kelarutan
dimasukkan dalam salah satu percobaan farmasi fisika adalah karena kelarutan
sangat dibutuhkan dalam bidang farmasi, terutama dalam meneliti kestabilan
suatu sediaan obat, juga membantu didalam mengatasi kesulitan tertentu yang
timbul pada saat kita membuat sediaan farmasetik, juga dalam membuat suatu formula, data kelarutan suatu zat
sangat dibutuhkan.
Pelepasan zat dari bentuk sediaannya sangat dipengaruhi oleh sifat kimia
dan fisika zat tersebut serta formulanya. Prinsipnya obat baru akan diabsorbsi setelah zat aktifnya larut dalam cairan tubuh. Sehingga dalam suatu usaha untuk
meningkatkan efek farmakologinya suatu sediaan adalah dengan menaikkan
kelarutan dari zat aktifnya.
Kelarutan suatu zat didefinisikan sebagai jumlah solute yang dibutuhkan
untuk menghasilkan suatu larutan jenuh dalam jumlah solvennya. Kelarutan zat-zat
berbeda-beda kadang-kadang dijumpai suatu keadaan dengan zat terlarut yang
seharusnya melarut pada temperatur tersebut. Kelarutan suatu zat juga dipengaruhi oleh sifat zat itu, molekul pelarut, temperatur dan tekanan.
Teori dan penerapan dari gejala kelarutan merupakan pengetahuan yang
penting untuk ahli farmasi sebab dapat membantunya memilih medium pelarut yang
baik untuk obat atau kombinasi obat, membantu untuk mengetahui kesulitan – kesuliatan tertentu
yang timbul pada waktu pembuatan dari larutan farmasetik dan lebih jauh lagi,
dapat bertindak sebagai standar uji kemurnian.
Menurut metode kalarutan, sejumlah besar obat ditempatkan dalam wadah yang
tertutup baik, bersama-sama dengan larutan zat pengompleks dalam berbagai
konsentrasi dan botol dikocok dalam bak pada temperatur konstan sampai tercapai
keseimbangan. Cairan dalam porsi yang cukup diambil dan dianalisis.
Untuk menyatakan kelarutan zat kimia, istilah kelarutan dalam pengertian
umum kadang-kadang perlu digunakan tanpa mengindahkan perubahan kimia yang
mungkin terjadi pada pelarutan tersebut. Pernyataan kelarutan zat dalam bagian
tertentu pelarut adalah kelarutan pada suhu 200C dan kecuali
dinyatakan lain menunjukkan bahwa 1 bagian bobot zat padat atau 1 bagian volume
zat cair larut dalam bagian volume tertentu pelarut, pernyataan kelarutan yang
tidak disertai angka adalah kelarutan pada suhu kamar, kecuali dinyatakan lain,
zat jika dilarutkan boleh menunjukkan sedikit kotoran mekanik seperti bagian
kertas saring, serat dan butiran debu. Pernyataan bagian dalam kelarutan berarti bahwa 1 g zat padat atau 1 ml zat cair dalam sejumlah ml pelarut.
Aplikasi percobaan kelarutan dalam bidang farmasi adalah kita dapat
mengetahui waktu larut suatu sediaan
obat serta pengaruh kelarutannya terhadap beberapa faktor contohnya adalah
pengaruh suhu.
B. Maksud dan Tujuan Praktikum
1.
Tujuan dari percobaan ini adalah :
1)
Untuk mengetahui kelarutan asam salisilat secara
kuantitatif
2)
Untuk mengetahui pengaruh pelarut campuran
terhadap kelarutan asam salisilat
3)
Untuk mengetahui pengaruh surfaktan dan pH
terhadap kelarutan asam salisilat.
2. Adapun
tujuan dari praktikum ini yaitu
1)
Untuk menentukan kelarutan asam
salisilat secara kuantitatif
2)
Untuk menentukan pengaruh pelarut
campuran terhadap kelarutan asam salisilat
3)
Untuk menentukan pengaruh surfaktan dan
pH terhadap kelarutan asam salisilat
C. Prinsip Praktikum
Adapun
prinsip praktikum ini adalah penentuan kelarutan suatu zat secara kuantitatif
dan factor-faktor lain yang mempengaruhi kelarutan termasuk pelarut campuran,
penambahan surfaktan dan perubahan pH
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Teori Umum
Kelarutan didefenisikan
dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh
pada temperatur tertentu, dan secara kualitatif didefenisikan sebagai interaksi
spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk dispersi molekuler homogen.Larutan
dinyatakan dalam mili liter pelarut yang dapat melarutkan satu gram zat.
Misalnya 1 gram asam salisilat akan larut
dalam 500 ml air. Kelarutan dapat pula dinyatakan dalam satuan
molalitas, molaritas dan persen (Anonim,
2012).
Pelepasan zat dari
bentuk sediannya sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat kimia dan fisika zat
tersebut serta formulasinya.Pada prinsipnya obat baru dapat diabsorbsi setelah
zat aktifnya terlarut dalam cairan usus, sehingga salah satu usaha untuk
mempertinggi efek farmakologi dari sediaan adalah dengan menaikkan kelarutan
zat aktifnya (Martin, Swarbrick,
Cammarata, 1993).
Menurut metode kelarutan, sejumlah besar
obat ditempatkan dalam wadah yang tertutup baik, bersama-sama dengan larutan
zat pengompleks dalam berbagai konsentrasi dan botol dikocok dalam bak pada
temperatur konstan sampai tercapai kesetimbangan. Cairan supernatan dalam porsi
yang cukup diambil dan dianalisis (Martin et
al, 1993).
Higuchi dan Lach menggunakan metode
kelarutan untuk menyelidiki kompleksasi dari p-amino asam benzoat (PABA) oleh
kafeina. Hasil diplot seperti pada gamar dimana titik A garis memotong sumbu
tegak adalah kelarutan obat dalam air.
Dengan penambahan kafeina, kelarutan p-amino asam benzoat naik secara linear
disebabkan karena kompleksasi. Pada titik B, larutan dijenuhkan terhadap
kompleks dan obat itu sendiri. Kompleks terus terbentuk dan mengendap dari
sistem jenuh apabila semakin banyak kafeina ditambahkan. Pada titik C, semua
kelebihan zat padat PABA telah masuk dalam larutan dan telah diubah menjadi
kompleks (Martin et al, 1993).
Kelarutan
untuk menyatakan kelarutan zat kimia, istilah kelarutan dalam
pengertian umumkadang-kadang
perlu digunakan tanpa mengindahkan
perubahan kimia yang mungkin terjadi pada pelarutan tersebut. Pernyataan
kelarutan zat dalam bagian tertentu pelarut adalah kelarutan pada suhu 200 dan kecuali dinyatakan lain menunjukkan
bahwa, 1 bagian bobot zat padat atau satu bagian volume zat cair larut dalam
bagian tertentu volume pelarut. Pernyataan kelarutan yang tidak disertai angka
adalah kelarutan pada suhu kamar. Kecuali dinyatakan lain, zat jika dilarutkan boleh menunjukkan sedikit
kotoran mekanik seperti bagian kertas
saring , serat dan butiran debu. Pernyataan bagian dalam kelarutan berarti
bahwa 1 g zat padat atau 1ml zat cair dalam sejumlah ml pelarut. Jika kelarutan
suatu zaat tidak diketahui dengan pasti, kelarutannya dapat
ditunjukkan dengan istilah. (Ditjen POM, 1979)
Istilah
kelarutan
|
Jumlah
bagian pelarut diperlukan untuk melarutkan 1 bagian zat
|
Sangat mudah larut
|
Kurang dari 1
|
Mudah larut
|
1 sampai 10
|
Larut
|
10 sampai 30
|
Agak sukar larut
|
30 sampai 100
|
Sukar larut
|
100 sampai 1000
|
Sangat sukar larut
|
1000 sampai10.000
|
Praktis tidak larut
|
Lebih dari 10.000
|
Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat adalah (Anonim, 2012) :
1. pH
2. Temperatur
3. Jenis
pelarut
4. Bentuk
dan ukuran partikel
5. Konstanta
dielektrik pelarut
Dalam besaran
kuantitatif kelarutan didefinisikan sebagai konsentrasi zat terlarut dalam
larutan jenuh pada temperatur tertentu, dan secara kualitatif didefinisikan
sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk dispersi
molekuler homogen.Suatu larutan tidak jenuh atau hampir jenuh adalah larutan
yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi di bawah konsentrasi yang
dibutuhkan untuk penjenuhan yang sempurna pada temperatur tertentu.Larutan
jenuh adalah suatu larutan dimana zat terlarut berada dalam keadaan setimbang
dengan fase padat. Sedangkan larutan lewat jenuh adalah suatu larutan yang
mengandung zat terlarut dalam konsentrasi lebih banyak dari yang seharusnya
pada temperatur tertentu terdapat juga zat terlarut yang tidak larut, keadaan
lewat jenuh mungkin terjadi apabila inti kecil zat terlarut yang dibutuhkan
untuk pembentukan kristal permulaan lebih mudah larut daripada kristal besar,
sehingga menyebabkan sulitnya inti terbentuk dan tumbuh dengan akibat kegagalan
kristalisasi. Kelarutan suatu senyawa bergantung pada sifat fisika dan kimia
zat terlarut dan pelarut, selain itu dipengaruhi pula oleh faktor temperatur,
tekanan, pH larutan dan untuk jumlah yang lebih kecil bergantung pada terbaginya
zat terlarut (Martin et al, 1993).
B. Uraian Bahan
i. Air
suling/Aquades (Ditjen. POM, 1979)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air suling
RM/BM : H2O / 18,02
Pemberian :
Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai sampel (pelarut campur)
2. Alkohol
(Ditjen. POM, 1979)
Nama resmi :
AETHANOLUM
Nama lain :
Etanol, Alkohol
RM :
CH3OH
Pemberian :
Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak, bau khas, rasa
panas. Mudah terbakar dengan memberikan
nyala biru yang tidak berasap.
Kelarutan :
Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform
dan eter P.
Penyimpanan :
Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya,
di tempat sejuk, jauh dari nyala api.
Kegunaan :
Sebagai sampel (pelarut campur)
3.
Asam salisilat (Ditjen.
POM, 1995)
Nama resmi : ACIDUM SALICYLICUM
Nama lain : Asam salisilat
RM/BM : C7H6O3
/ 138,12
Pemberian
: Hablur putih, biasanya berbentuk jarum
halus atau serbuk hablur halus putih,
rasa agak manis, tajam dan stabil di udara. Bentuk sintesis warna putih dan
tidak berbau. Jika dibuat dari metil salisilat alami dapat berwarna kekuningan
atau merah jambu dan berbau lemah mirip.
Kelarutan : Sukar larut dalam air
dan dalam benzena, mudah larut dalam etanol dan dalam eter, larut dalam air mendidih, agak sukar larut dalam
kloroform.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup
baik
Kegunaan
: Sebagai sampel zat
terlarut
4.
Larutan Tween 80 (Ditjen. POM, 1995)
Nama Resmi : POLYSORBATUM 80
Nama Lain : Polisorbat
80
Pemberian :
Cairan seperti minyak, jernih berwarna
kuning muda hingga coklat muda, bau khas lemah, rasa pahit, dan hangat.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, lautan tidak berbau dan praktis
tidak berwarna, larut dalam etanol, dalam etil asetat, tidak larut dalam minyak
mineral.
Penyimpanan :
Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan :
Sebagai sampel (terlarut)
5. Propilenglikol
(Ditjen. POM, 1979)
Nama resmi : PROPYLENGLYCOLUM
Nama lain : Propilenglikol
RM/BM : C3H8O2 /
76,10
Pemberian
: Cairan kental, jernih, tidak berwarna,
tidak berbau, rasa agak manis, higroskopik.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan
: Sebagai sampel pelarut campur
C. Prosedur Kerja
a.
Menentukan kelarutan suatu zat secara
kuantitatif
Masukkan
1 g asam salisilat dalam 50 ml air dan kocok selama 1,5 jam dengan stirrer,
jika ada endapan yang larut selama pengocokan di tambahkan lagi sejumlah
tertentu asam salisilat sampai diperoleh larutan lewat jenuh. Kemudian saring
dan tentukan kadar asam salisilat yang terlarut dalam masing-masing larutan.
b.
Pengaruh pelarut campur terhadap
kelarutan zat
Buatlah 100 ml campuran bahan pelarut. Di ambil 50 ml
campuran pelarut, kemudian di larutkan asam salisilat sebanyak 1 g ke dalam
masing-masing campuran pelarut A, B, C,D,E,F,G,H. Kocok larutan dengan strirrer
selama 1,5 jam. Jika ada endapan yang larut selama pengocokan tambahkan lagi
sejumlah tertentu asam salisilat sampai diperoleh larutan yang jenuh kembali.
Kemudian di saring larutan dan tentukan kadar asam salisilat dengan harga
konstanta dilelektrik bahan pelarut campur yang ditambahkan
c.
Pengaruh penambahan surfaktan terhadap
kelarutan suatu zat
Buatlah
50 ml larutan tween 80 dengan konsentrasi 0 ; 0,1 ; 0,5 ; 1,0 ; 5,0 ; 10,0 ;
50,0 dan 100 mg/100 ml. Tambahkan 1 gram asam salisilat ke dalam masing-masing
larutan. Kocok larutan dengan stirrer selama 1,5 jam. Jika ada endapan yang
larut selama pengocokan di tambahkan lagi sejumlah tertentu asam salisilat
sampai diperoleh larutan yang jenuh kembali. Saring larutan dan tentukan kadar
asam salisilat yang larut. Buatlah kurva antara kelarutan asam salisilat dengan
konsentrasi tween 80 yang digunakan. Kemudian di tentukan konsentrasi misel
kritik (KMK) tween 80
d.
Pengaruh pH terhadap kelarutan suatu zat
Buatlah
100 ml larutan dapar fosfat dengan pH 5,6,7,8. Ambil 25 ml masing-masing
larutan lalu ditambahkan 0,5 g asam salisilat ke dalamnya. Kocok larutan dengan
stirrer selama 1,5 jam. Jika ada endapan yang larut selama pengocokan tambahkan
lagi sejumlah tertentu asam salisilat sampai diperoleh larutan yang jenuh kembali.
Kemudian Buatlah kurva hubungan antara konsentrasi zat yang diperoleh dengan pH
larutan.
e. Pembuatan
dapar fosfat pH 5,8
Dibuat
dengan mencampurkan 50,0 ml kalium dihidrogenfosfat 0,2 M dengan 3,6 ml natrium
hidroksida 0,2 N dengan air bebas karbondioksida P secukupnya hingga 200,0 mL.
pH
|
Mililiter NaOH 0,2
N
|
5,8
|
3,6
|
6,0
|
5,6
|
6,2
|
8,1
|
6,4
|
11,6
|
6,6
|
16,4
|
6,8
|
22,4
|
7,0
|
29,1
|
7,2
|
34,7
|
7,4
|
39,1
|
7,6
|
42,4
|
7,8
|
44,5
|
8,0
|
46,1
|
BAB
III
METODE
KERJA
A.
Alat
yang Digunakan
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum
kali ini yaitu erlenmeyer 250 ml, gelas kimia 250 ml, gelas ukur 250 ml, pengaduk magnetic, stirrer, stopwatch, timbangan analitik.
B.
Bahan
yang Digunakan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu alkohol, air suling, asam salisilat, propilen glikol, tween 8o.
C.
Cara
Kerja
1. Ditentukan
kelarutan suatu zat secara kuantitatif
a. Dimasukkan
1,04 g asam salisilat dalam 50 ml air dan dikocok selama 30 menit dengan
stirrer, jika ada endapan yang larut selama pengocokan ditambahkan lagi
sejumlah tertentu asam salisilat sampai diperoleh larutan lewat jenuh
b. Disaring
dan tentukan kadar asam salisilat yang terlarut dalam masing-masing larutan.
2. Pengaruh
Pelarut Campuran
a. Disiapkan
alat dan bahan
b. Disiapkan
2 buah gelas kimia untuk pelarut A, B, C, D, E, F, G
c. Dilarutkan
1 gram Asam salisilat untuk masing-masing jenis pelarut
d. Dikocok
dengan stirer selama 30 menit
e. Ditambahkan
lagi 0,5 gram Asam salisilat saat pengocokan masih berlangsung. (jika tidak
terdapat endapan)
f. Saat
pengocokan berlangsung selama kurang lebih satu jam di tambahkan lagi asam asam
salisilat 1 gram ke dalam larutan dan dilakukan pengocokan kembali.
g. Disaring
endapan yang terbentuk untuk masing-masing pelarut
h. Dikeringkan
endapannya selama 24 jam
i.
Ditimbang massa asam salisilat yang
telah kering
3. Pengaruh
penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat
a. Dibuat
50 ml larutan tween 80 dengan konsentrasi 0 ; 0,1 ; 0,5 ; 1,0 ; 5,0 ; 10,0 ;
50,0 dan 100 mg/100 ml
b. Ditambahkan
1 gram asam salisilat ke dalam masing-masing larutan
c. Dikocok
larutan dengan stirrer selama 30 menit. Jika ada endapan yang larut selama
pengocokan ditambahkan lagi sejumlah tertentu asam salisilat sampai diperoleh
larutan yang jenuh kembali
d. Disaring
larutan dan ditentukan kadar asam salisilat yang larut
e. Dibuat
kurva antara kelarutan asam salisilat dengan konsentrasi tween 80 yang
digunakan
f. Ditentukan
konsentrasi misel kritik (KMK) tween 80
4. Pengaruh
pH terhadap kelarutan suatu zat
a.
Dibuat 100 ml larutan dapar fosfat
dengan pH 5,6,7,8
b.
Diambil 50 ml masing-masing larutan lalu
ditambahkan 0,5 g asam salisilat ke dalamnya
c.
Dikocok larutan dengan stirrer selama 30
menit. Jika ada endapan yang larut selama pengdiocokan tambahkan lagi sejumlah
tertentu asam salisilat sampai diperoleh larutan yang jenuh kembali
d.
Dibuat kurva hubungan antara konsentrasi
zat yang diperoleh dengan pH larutan
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Tabel Pengamatan
a.
Menentukan Kelarutan Suatu Zat Secara
Kuantitatif
As. Salisilat (g)
|
Vol Air (ml)
|
BeratKertasSaring (g)
|
Berat kertas saring + residu
|
BeratResidu (g)
|
Jumlahterlarut (g)
|
1,04
|
50
|
1.4005
|
2.3569
|
0,9464
|
0,0936
|
b.
Pengaruh Pelarut Campur Terhadap
Kelarutan Zat
Pelarut
|
Perbandingan
|
K. Dielektrik
|
Berat Kertas Saring (g)
|
Berat Kertas Saring +
Residu (g)
|
Berat Residu (g)
|
Jumlah terlarut (g)
|
A
|
60:00:40
|
61.04
|
1,756
|
1,756
|
0.8379
|
0,7185
|
B
|
60:05:35
|
60.605
|
1,4392
|
1,9100
|
0,4708
|
0,5292
|
C
|
60:10:30
|
60.17
|
1,4476
|
2,3554
|
0,9078
|
0,0922
|
D
|
60:15:25
|
59.735
|
1,5086
|
2,1028
|
0,5942
|
0,4058
|
E
|
60:20:10
|
59.3
|
1,3647
|
2,1023
|
0,7376
|
0,8492
|
F
|
60:30:10
|
58.43
|
1,4005
|
2,1993
|
0,7988
|
0,7753
|
G
|
60:35:05
|
57,995
|
1,3617
|
1,7594
|
0,3977
|
0,6823
|
H
|
60:40:00
|
57.56
|
1,346
|
2,125
|
0,779
|
0,771
|
c. Pengaruh
Penambahan Surfaktan Terhadap Kelarutan Suatu Zat
As. Salisilat (g)
|
Konsentrasi Tween 80%
|
Berat Kertas Saring (g)
|
Berat Kertas Saring +
Residu (g)
|
Berat Residu (g)
|
Jumlah Terlarut (g)
|
2,5
|
1%
|
1,0325
|
2,7775
|
1,745
|
0,755
|
2
|
2%
|
0,8158
|
2,4939
|
1,6781
|
0,3219
|
1
|
3%
|
1,4547
|
2,0013
|
0,5466
|
0,4534
|
1,5
|
4%
|
0,8124
|
0,8882
|
0,0758
|
1,4242
|
1
|
5%
|
1,1097
|
1,6948
|
0,5851
|
0,4149
|
1
|
6%
|
1,0805
|
1,5625
|
0,482
|
0,518
|
d. Pengaruh
pH terhadap kelarutan suatu zat
pH
larutan
|
Berat
sampel
|
Berast
kertas saring
|
Sampel
dan kertas saring
|
Residu
sampel
|
Sampel
yang larut
|
5,8
|
1
gr
|
1,4653
g
|
2,1622
g
|
0,6969 g
|
0,3031
g
|
6
|
1
gr
|
1,0541
g
|
1,7176
g
|
0,6635 g
|
0,3365
g
|
7
|
1
gr
|
1,4607g
|
1,9833
g
|
0,5226
g
|
0,4774g
|
8
|
1
gr
|
1,2980
g
|
1,3016
g
|
0,0036 g
|
0,9964g
|
B. Perhitungan
ü Kelarutan
suatu zat secara kuantitatif
·
Residu = berat zat – berat kertas
timbang
=
2.3469 - 1.4005
=
0.9464 g
·
Sampel yang larut = berat awal – berat
residu
=
1.04 – 0.9464
=
0.0936 g
·
Kelarutan =
=
534.18 mL/g (sukar larut)
ü Pengaruh
pelarut campuran terhadap kelarutan suatu zat
Dik Konstanta dielektrik :
Air : 80,4
Propilen
glikol : 32
Alkohol : 23,3
·
Pelarut
A :
Air :
Propilen glikol :
=
48,24 + 12,8 = 61,04
·
Pelarut
B :
Air :
Alkohol :
Propilen glikol :
=
48,24 + 1,165 + 11,2 = 60,605
·
Pelarut
C :
Air :
Alkohol :
Propilen glikol :
=
48,24 + 2,33 + 9,6 = 60,17
·
Pelarut
D :
Air :
Alkohol :
Propilen glikol :
=
48,24 + 3,495 + 8 = 59,735
·
Pelarut
E :
Air :
Alkohol :
Propilen glikol :
=
48,24 + 4,66 + 6,4 = 59,3
·
Pelarut
F :
Air :
Alkohol :
Propilen glikol :
=
48,24 + 6,99 + 3,2 = 58,43
·
Pelarut
G :
Air :
Alkohol :
Propilen glikol :
=
48,24 + 8,155 + 1,6 = 57,995
·
Pelarut
H :
Air :
Alkohol :
= 48,24
+ 9,32 = 57,56
ü Pengaruh
surfaktan terhadap kelarutan suatu zat
·
Tween 1 %
Residu sampel = 2,7775
gr – 1,0325 gr
= 1,745 gr
Sampel yang larut = 2,5
gr – 1,745 gr
= 0,755 gr/100 ml
·
Tween 2 %
Residu sampel = 2,4939
gr – 0,8158 gr
= 1,6781
g
Sampel yang larut = 2
gr – 1,6781 gr
= 0,3219
gr/100 ml
·
Tween 3 %
Residu sampel = 2,0013
gr – 1,4547 gr
= 0,5466
gr
Sampel yang larut = 1
gr – 0,5466 gr
= 0,4534
gr/100 ml
·
Tween 4%
Residu
sampel = 0,8882 gr – 0,8124 gr
= 0,0758 gr
Sampel
yang larut = 1,5 gr – 0,0758 gr
= 1,4242 gr/100 ml
·
Tween 5%
Residu
sampel = 1,6948 gr – 1,1097 gr
= 0,5851 gr
Sampel
yang larut = 1 gr – 0,5851 gr
= 0,4149 gr/100 ml
·
Tween 6%
Residu
sampel = 1,5625 gr – 1,0805 gr
= 0,482 gr
Sampel
yang larut = 1 gr – 0,482 gr
= 0,518 gr/100 ml
ü Pengaruh
pH terhadap kelarutan suatu zat
·
pH 5,8
Residu sampel = 2,1662
gr – 1,4653 gr
= 0,6969
gr
Sampel yang larut = 1 gr
– 0,6969 gr
= 0,3031gr/100
ml
·
pH 6
Residu sampel = 1,7176
gr - 1,0541 gr
= 0,6635
gr
Sampel yang larut = 1 gr
– 0,6635 gr
= 0,3365
gr
·
pH 7
Residu sampel = 1,9833
gr – 1,4607 gr
= 0,
5226 gr
Sampel yang larut = 1gr
– 0,5226 gr
= 0,
4774gr
·
pH 8
Residu sampel = 1,3016
gr – 1,2980 gr
= 0,0036
gr
Sampel yang larut = 1gr
– 0,0036 gr
= 0,9964
gr
C. Kurva
ü Pengaruh
surfaktan terhadap kelarutan suatu zat
ü Pengaruh
pH terhadap kelarutan suatu zat
D. Pembahasan
Dalam istilah farmasi,
larutan didefinisikan sebagai sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat
kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya,
cara peracikan atau penggunaanya, tidak dimasukkan kedalam golongan produk lainnya
Kelarutan
atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut
(solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam
jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan.
Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut dengan
perbandingan apapun terhadap suatu pelarut.
Solute
adalah komponen yang mengandung jumlah zat sedikit dalam
larutan yang disebut zat terlarut. Solvent adalah komponen
yang mengandung jumlah zat terbanyak dalam larutan yang disebut sebagai
pelarut.
Solution
adalah campuran homogen yang stabil secara termodinamika stabil dari yang terdiri dari dua atau lebih komponen, dimana satu atau lebih zat terlarut
tersebar secara molekuler (terlarut) dalam satu atau lebih pelarut.
Dalam
besaran kuantitatif kelarutan didefinisikan sebagai konsentrasi zat terlarut
dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu, dan secara kualitatif
didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk
dispersi molekuler homogen
Dalam
praktikum ini, maksud dan tujuannya adalah untuk mengetahui dan memahami
kelarutan asam salisilat secara kuantitatif, untuk menentukan pengaruh pelarut
campuran terhadap kelarutan asam salisilat, dan untuk menentukan pengaruh
surfaktan dan pH terhadap kelarutan asam salisat.
Untuk
menentukan kelarutan, ini digunakan dua metode yaitu Pengaruh pelarut campur
terhadap kelarutan zat dan pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan.
Untuk
mengetahui pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan, dilakukan uji kelarutan
terhadap asam salisilat dalam pelarut aquadest, alkohol, dan campuran antara
propilen glikol dengan volume masing-masing pelarut sebanyak 100 ml,
divariasikan yang dimasukkan dalam delapan
buah botol yang berbeda.
Pada percobaan pertama, menentukan kelarutan asam
salisilat secara kuantitatif. Langkah pertama yang dilakukan yaitu masukkan 0,5
gram asam salisilat dalam 25 ml air dan kocok selama 30 menit. Pada kelarutan
asam salisilat secara kuantitatif dan diperoleh berat residu asam
salisilat 0,9464 gram dan jumlah asam
salisilat yang terlarut 0,0936 gram. Dari data tersebut diperoleh istilah kelarutan untuk asam yaitu sukar
larut, karena dari hasil diperoleh kelarutan asam salisilat yaitu 534,18 mL/g.
Berdasarkan literatur kelarutan dari 100-1000 bagian pelarut adalah sukar larut
Pada percobaan kedua, langkah pertama yang dilakukan
adalah mencampurkan 1 gram asam salisilat ke dalam masing-masing gelas kimia
yang telah terisi oleh pelarut campur sebanyak 100 ml. kemudian larutan dikocok
dengan stirrer selama 30 menit. Jika saat proses pengocokan tidak terbentuk
endapan maka ditambahkan lagi asam salisilat sebanyak 0.5 gram, setelah proses
pengocokan, larutan kemudian disaring dengan menggunakan corong dan kertas
saring lalu hasil saringan asam salisilat dikeringkan selama 24 jam kemudian
asam salisilat yang telah kering ditimbang. Pada pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan
asam salisilat dan diperoleh hasil bahwa asam alisilat lebih mudah larut dalam
pelarut yang memiliki konstanta dielektrik rendah. Pada pelarut A jumlah asam
salisilat yang terlarut 0,7195 gram, pada pelarut B jumlah asamsalisilat yang
terlarut 0,5292 gram, pada pelarut C jumlahasamsalisilat yang terlarut 0,0922
gram, pada pelarut D jumlah asam salisilat yang terlarut 0,4058 gram, pada
pelarut E jumlah asam salisilat yang terlarut 0,8492 gram, padapelarut F jumlah
asam salisilat yang terlarut 0,7753 gram, pada pelarut G jumlah asam salisilat
yang terlarut 0,6823 gram, pada pelarut H jumlah asam salisilat yang terlarut
0,771 gram. Semakin tinggi konstantra dielektrik maka akan semakin tinggi
kelarutan suatu zat. Karena tingginya konstanta dielektrik sehingga dapat
mengurangi gaya tarik menarik ion yang bermuatan berlawanan. Sehingga terjadi
situasi tang menyebabkan pembentukan ikatan hydrogen yang menyebabkan asam
salisilat larut.
Pada percobaan
ketiga pengaruh surfaktan terhadap kelarutan asam salisilat,
penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat dimana surfaktan merupakan
bahan aktif yang dapat menurunkan tegangan antar antarmuka dua zat yang tidak dapat larut sehingga zat
tersebut dapat bercampur atau larut. Adapun langkah
pertama yang dilakukan yaitu dilarutkan 1 gram dalam tween tersebut kemudian
larutan dikocok dengan stirrer selama 30 menit. Jika saat proses pengocokan
tidak terbentuk endapan maka ditambahkan lagi asam salisilat sebanyak 0.5 gram,
setelah proses pengocokan, larutan kemudian disaring dengan menggunakan corong
dan kertas saring lalu hasil saringan asam salisilat dikeringkan selama 24 jam
kemudian asam salisilat yang telah kering ditimbang. Dan dari data yang
diperoleh dapat disimpulkan bahwa penambahan surfaktan dapat menurunkan
teganganan antar muka antara asam salisilat sehingga mempermudah kelarutan,
namun pada konsentrasi miselkritik (KMK) kelarutan asam salisilat menjadi
konstan. Pada konsentrasi tween 80 1% jumlah asam salisilat yang terlarut 0,755
gram, pada konsentrasi tween 80 2% jumlah asam salisilat yang terlarut 0,3219
gram, pada konsentrasi tween 80 3% jumlah asam salisilat yang terlarut 0,4534
gram, padakonsentrasi tween 80 4% jumlah asam salisilat yang terlarut 0,4242
gram, pada konsentrasi tween 80 5% jumlah asam salisilat yang terlarut 0, 4149
gram dan pada konsentrasi tween 80 6% jumlah asam salisilat yang terlarut
0,518.
Pada
pengaruh pH terhadap kelarutan asam salisilat, langkah pertama yang dilakukan
yaitu dilarutkan 0,5 mg dalam 100 ml larutan dapar fosfat dengan pH 4, 5, 6, 7,
dan 8. Dan diperoleh hasil yaitu pada pH
5,8 jumlah asam salisilat yang terlarut 0,3031 gram, pada pH 6 jumlah asam
salisilat yang terlarut 0,3365 gram, pada pH 7 jumlah asam salisilat yang
terlarut 0,4774 gram, dan pada pH 8 jumlah asam salisilat yang terlarut 0,9964
gram.
Faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain :
1. Pengaruh
pH
Zat organik yang bersifat asam
lemah, dimana kelarutannya sangat dipengaruhi oleh pH pelarutnya. Kelarutan
asam-asam organik lemah dalam air akan bertambah dengan naiknya pH karena
terbentuk garam yang mudah larut dalam air. Sedangkan basa-basa organik lemah
pada umumnya sukar larut dalam air. Bila pH larutan diturunkan dengan penambahan asam kuat maka akan terbentuk
garam yang mudah larut dalam air.
2. Pengaruh
temperatur (suhu)
Kelarutan zat padat dalam larutan
ideal tergantung kepada temperatur, titik leleh zat padat dan panas peleburan
molar zat tersebut. Kelarutan suatu zat padat dalam air akan semakin tinggi
bila suhunya dinaikan. Adanya panas (kalor) mengakibatkan semakin renggangnya
jarak antar molekul zat padat tersebut. Merenggangnya jarak antar molekul zat
padat menjadikan kekuatan gaya antar molekul tersebut menjadi lemah sehingga
mudah terlepas oleh gaya tarik molekul-molekul air. Berbeda dengan zat padat,
adannya pengaruh kenaikan suhu akan menyebabkan kelarutan gas dalam air
berkurang. Hal ini disebabkan karena gas yang terlarut di dalam air akan
terlepas meninggalkan air bila suhu meningkat.
3. Pengaruh
jenis pelarut
Pelarut non polar tidak dapat
mengurangi daya tarik-menarik antara ion-ion karena konstanta dielektiknya yang
rendah. Iapun tidak dapat memecahkan ikatan kovalen dan tidak dapat membentuk
jembatan hidrogen. Pelarut ini dapat melarutkan zat-zat non polar dengan
tekanan internal yang sama melalui induksi antara aksi dipol. Pelarut semi
polar dapat menginduksi tingkat kepolaran molekul-molekul pelarut non polar. Ia
bertindak sebagai perantara (Intermediete Solvent) untuk mencampurkan pelarut
non polar dengan non polar
4. Pengaruh
bentuk dan ukuran partikel
Kelarutan suatu zat akan naik
dengan berkurangnya ukuran partikel suatu zat. Partikel yang bentuknya tidak
simetris lebih mudah larut bila dibandingkan dengan partikel yang bentuknya
simetris.
5. Pengaruh
konstanta dielektrik
Kelarutan suatu zat sangat
dipengaruhi oleh polaritas pelarut. Pelarut polar mempunyai konstanta
dielektrik yang tinggi dapat melarutkan zat-zat non polar sukar larut di
dalamnya, begitu pula sebaliknya. Besarnya tetapan dielektrik ini menurut moore
dapat diatur dengan penambahan pelarut lain.
6. Pengaruh
penambahan zat-zat lain
Surfaktan
adalah suatu zat yang sering digunakan untuk menaikan kelarutan suatu zat.
Molekul surfaktan terdiri atas dua bagian yaitu bagian polar dan non polar
apabila didispersikan dalam air pada konsentrasi yang rendah, akan berkumpul
pada permukaan dengan mengorientasikan bagian polar ke arah air dan bagian non
polar kearah udara, surfaktan mempunyai kecenderungan berasosiasi membentuk
agregat yang dikenal sebagai misel. Konsentrasi pada saat misel mulai terbentuk
disebut konsentrasi misel kritik (KMK).
Cosolvensi adalah suatu peristiwa dimana suatu zat
lebih mudah larut didalam pelarut gabungan dibandingkan dengan pelarut tunggal.
Sedangkan, kosolven, yaitu pelarut
yang dalam kombinasi menaikkan kelarutan zat terlarut. Kosolven adalah pelarut
yang ditambahkan dalam suatu sistem untuk membantu melarutkan atau meningkatkan
stabilitas dari suatu zat, cara ini disebut kosolvensi. Cara ini cukup
potensial dan sederhana dibanding beberapa cara lain yang digunakan untuk
meningkatkan kelarutan dan stabilitas suatu bahan. Penggunaan kosolven dapat
mempengaruhi polaritas sistem, yang dapat ditunjukkan dengan pengubahan tetapan
dielektrikanya. Kosolven seperti etanol dan propilen glikol, telah rutin
digunakan sebagai zat untuk meningkatkan kelarutan
Surfaktan atau zat aktif permukaan adalah molekul
yang struktur kimianya terdiri dari dua bagian dan mempunyai perbedaan afinitas
terhadap berbagai pelarut yaitu bagian hidrofobik dan hidrofilik. Bagian
hidrofobik terdiri dari rantai panjang hidrokarbon terhalogenasi atau
teroksigenasi, bagian ini mempunyai afinitas terhadap minyak atau pelarut non
polar, sedangkan bagian hidrofilik dapat berupa ion, gugus polar, atau
gugus-gugus yang larut dalam air. Oleh karena itu surfaktan seringkali disebut
ampifil karena mempunyai afinitas tertentu baik terhadap pelarut polar maupun
non polar. Surfaktan secara dominan terhadap hidrofilik, hidrofobik atau berada
di antara minyak air. Ampifilik merupakan sifat dari surfaktan yang menyebabkan
zat terabsorpsi pada antarmuka, apakah cair/gas, atau cair/cair. Agar surfaktan
terpusat pada antarmuka, harus diimbangi dengan jumlah gugus-gugus yang larut
air dan minyak. Bila molekul terlalu hidrofilik atau hidrofobik maka tidak akan
memberikan efek pada antarmuka. Adsorpsi molekul surfaktan di permukaan cairan
akan menurunkan tegangan permukaan dan adsorpsi di antara cairan akan
menurunkan tegangan antarmuka.
Penggunaan surfaktan pada kadar yang lebih tinggi akan berkumpul membentuk agregat yang disebut misel. Selain itu pada pemakaiannya dengan kadar tinggi sampai Critical Micelle Concentration (CMC) surfaktan diasumsikan mampu berinteraksi kompleks dengan obat tertentu selanjutnya dapat pula mempengaruhi permeabilitas membran tempat absorbsi obat karena surfaktan dan membran mengandung komponen penyusun yang sama. Sifat terpenting misel adalah kemampuannya untuk menaikkan kelarutan zat-zat yang biasanya sukar larut atau sedikit larut dalam pelarut yang digunakan. Proses ini disebut solubilisasi yang terbentuk antara molekul zat yang larut berasosiasi dengan misel surfaktan membentuk larutan yang jernih dan stabil secara termodinamika.
Penggunaan surfaktan pada kadar yang lebih tinggi akan berkumpul membentuk agregat yang disebut misel. Selain itu pada pemakaiannya dengan kadar tinggi sampai Critical Micelle Concentration (CMC) surfaktan diasumsikan mampu berinteraksi kompleks dengan obat tertentu selanjutnya dapat pula mempengaruhi permeabilitas membran tempat absorbsi obat karena surfaktan dan membran mengandung komponen penyusun yang sama. Sifat terpenting misel adalah kemampuannya untuk menaikkan kelarutan zat-zat yang biasanya sukar larut atau sedikit larut dalam pelarut yang digunakan. Proses ini disebut solubilisasi yang terbentuk antara molekul zat yang larut berasosiasi dengan misel surfaktan membentuk larutan yang jernih dan stabil secara termodinamika.
Prinsip Like
dissolve Like yaitu setiap yang bersifat polar hanya dapat larut dalam
pelarut polar, demikian juga yang setiap yang non polar hanya akan larut dalam
pelarut non polar. Untuk yang semi polar tentunya menyesuaikan dengan ukuran
kepolaran yang dimilikinya. Bahan yang ionik tentunya juga lebih larut dalam
pelarut polar.
Aplikasi kelarutan dalam bidang farmasi antara lain
digunakan dalam pembuatan larutan farmaseutika, dapat membantu dalam menentukan
pelarut yang tepat untuk sediaan obat, serta dapat digunakan untuk uji
kemurnian.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah
dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1.
Secara kuantitatif asam salisilat dari
segi kelarutan sukar larut dalam air.
2.
Asam salisilat lebih larut pada pelarut
campur alkohol dan air dengan konstanta dielektrik 57,56, daripada pelarut
campur propilenglikol dan air dengan konstanta dielektrik 61,04.
3. Kelarutan
asam salisilat pada penambahan surfaktan yaitu asam salisilat lebih larut,
karena surfaktan dapat menurunkan tegangan antarmuka. Namun, jika konsentrasi
surfaktan berlebih maka akan terbentuk missel
4. Pengaruh
pH terhadap kelarutan yaitu kelarutan asam-asam organic lemah dalam air akan
bertambah dengan naiknya pH karena terbentuk garam yang mudah larut dalam air.
B. Saran
Diharapkan kerja
sama yang baik antara praktikan dan asisten pendamping agar praktikum dapat
berjalan lebih baik lagi
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2012.Penuntun Praktikum Farmasi Fisika.Makassar : Universitas Muslim Indonesia.
Anonim. 1979. Farmakope
Indonesia. Edisi III. Jakarta : Dirjen POM.
Martin, A.1990.Farmasi Fisika.Buku II. Jakarta : UI
Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar