Sabtu, 27 Desember 2014

Kelarutan

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Campuran zat-zat yang homogen disebut larutan, yang memiliki komposisi merata atau serba sama diseluruh bagian volumenya. Suatu larutan mengandu ng suatu zat larutan atau lebih dari satu pelarut. Zat terlarut merupakan komponen yang jumlahnya sedikit sedangkan pelarut adalah komponen yang terdapat dalam jumlah banyak.
 Pengetahuan tentang partisi penting untuk seorang ahli dalam bidang farmasi, karena prinsip ini melibatkan beberapa bidang farmasi, termasuk disini pengawetan sistem minyak – air, kerja obat keseluruh tubuh.Secara kuantitatif, kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut didalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Kelarutan dinyatakan dalam millimeter pelarut persatuan gram zat.
Alasan kelarutan dimasukkan dalam salah satu percobaan farmasi fisika adalah karena kelarutan sangat dibutuhkan dalam bidang farmasi, terutama dalam meneliti kestabilan suatu sediaan obat, juga membantu didalam mengatasi kesulitan tertentu yang timbul pada saat kita membuat sediaan farmasetik, juga dalam membuat suatu formula, data kelarutan suatu zat sangat dibutuhkan.
Pelepasan zat dari bentuk sediaannya sangat dipengaruhi oleh sifat kimia dan fisika zat tersebut serta formulanya. Prinsipnya obat baru akan diabsorbsi setelah zat aktifnya larut dalam cairan tubuh. Sehingga dalam suatu usaha untuk meningkatkan efek farmakologinya suatu sediaan adalah dengan menaikkan kelarutan dari zat aktifnya.
Kelarutan suatu zat didefinisikan sebagai jumlah solute yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu larutan jenuh dalam jumlah solvennya. Kelarutan zat-zat berbeda-beda kadang-kadang dijumpai suatu keadaan dengan zat terlarut yang seharusnya melarut pada temperatur tersebut. Kelarutan suatu zat juga dipengaruhi oleh sifat zat itu, molekul pelarut, temperatur dan tekanan.
Teori dan penerapan dari gejala kelarutan merupakan pengetahuan yang penting untuk ahli farmasi sebab dapat membantunya memilih medium pelarut yang baik untuk obat atau kombinasi obat, membantu untuk  mengetahui kesulitan – kesuliatan tertentu yang timbul pada waktu pembuatan dari larutan farmasetik dan lebih jauh lagi, dapat bertindak sebagai standar uji kemurnian.
Menurut metode kalarutan, sejumlah besar obat ditempatkan dalam wadah yang tertutup baik, bersama-sama dengan larutan zat pengompleks dalam berbagai konsentrasi dan botol dikocok dalam bak pada temperatur konstan sampai tercapai keseimbangan. Cairan dalam porsi yang cukup diambil dan dianalisis.
Untuk menyatakan kelarutan zat kimia, istilah kelarutan dalam pengertian umum kadang-kadang perlu digunakan tanpa mengindahkan perubahan kimia yang mungkin terjadi pada pelarutan tersebut. Pernyataan kelarutan zat dalam bagian tertentu pelarut adalah kelarutan pada suhu 200C dan kecuali dinyatakan lain menunjukkan bahwa 1 bagian bobot zat padat atau 1 bagian volume zat cair larut dalam bagian volume tertentu pelarut, pernyataan kelarutan yang tidak disertai angka adalah kelarutan pada suhu kamar, kecuali dinyatakan lain, zat jika dilarutkan boleh menunjukkan sedikit kotoran mekanik seperti bagian kertas saring, serat dan butiran debu. Pernyataan  bagian dalam kelarutan berarti bahwa 1 g zat padat atau 1 ml zat cair dalam sejumlah ml pelarut.
Aplikasi percobaan kelarutan dalam bidang farmasi adalah kita dapat mengetahui waktu larut   suatu sediaan obat serta pengaruh kelarutannya terhadap beberapa faktor contohnya adalah pengaruh suhu.







B.     Maksud dan Tujuan Praktikum
1.      Tujuan dari percobaan ini adalah :
1)     Untuk mengetahui kelarutan asam salisilat secara kuantitatif
2)     Untuk mengetahui pengaruh pelarut campuran terhadap kelarutan asam salisilat
3)     Untuk mengetahui pengaruh surfaktan dan pH terhadap kelarutan asam salisilat.
2.      Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu
1)      Untuk menentukan kelarutan asam salisilat secara kuantitatif
2)      Untuk menentukan pengaruh pelarut campuran terhadap kelarutan asam salisilat
3)      Untuk menentukan pengaruh surfaktan dan pH terhadap kelarutan asam salisilat
C.    Prinsip Praktikum
Adapun prinsip praktikum ini adalah penentuan kelarutan suatu zat secara kuantitatif dan factor-faktor lain yang mempengaruhi kelarutan termasuk pelarut campuran, penambahan surfaktan dan perubahan pH


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Teori Umum
Kelarutan didefenisikan dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu, dan secara kualitatif didefenisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk dispersi molekuler homogen.Larutan dinyatakan dalam mili liter pelarut yang dapat melarutkan satu gram zat. Misalnya 1 gram asam salisilat akan larut  dalam 500 ml air. Kelarutan dapat pula dinyatakan dalam satuan molalitas, molaritas dan persen (Anonim, 2012).
Pelepasan zat dari bentuk sediannya sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat kimia dan fisika zat tersebut serta formulasinya.Pada prinsipnya obat baru dapat diabsorbsi setelah zat aktifnya terlarut dalam cairan usus, sehingga salah satu usaha untuk mempertinggi efek farmakologi dari sediaan adalah dengan menaikkan kelarutan zat aktifnya (Martin, Swarbrick, Cammarata, 1993).
Menurut metode kelarutan, sejumlah besar obat ditempatkan dalam wadah yang tertutup baik, bersama-sama dengan larutan zat pengompleks dalam berbagai konsentrasi dan botol dikocok dalam bak pada temperatur konstan sampai tercapai kesetimbangan. Cairan supernatan dalam porsi yang cukup diambil dan dianalisis (Martin et al, 1993).
Higuchi dan Lach menggunakan metode kelarutan untuk menyelidiki kompleksasi dari p-amino asam benzoat (PABA) oleh kafeina. Hasil diplot seperti pada gamar dimana titik A garis memotong sumbu tegak adalah  kelarutan obat dalam air. Dengan penambahan kafeina, kelarutan p-amino asam benzoat naik secara linear disebabkan karena kompleksasi. Pada titik B, larutan dijenuhkan terhadap kompleks dan obat itu sendiri. Kompleks terus terbentuk dan mengendap dari sistem jenuh apabila semakin banyak kafeina ditambahkan. Pada titik C, semua kelebihan zat padat PABA telah masuk dalam larutan dan telah diubah menjadi kompleks (Martin et al, 1993).
Kelarutan untuk menyatakan kelarutan zat kimia, istilah kelarutan dalam pengertian umumkadang-kadang perlu digunakan tanpa mengindahkan  perubahan kimia yang mungkin terjadi pada pelarutan tersebut. Pernyataan kelarutan zat dalam bagian tertentu pelarut adalah kelarutan pada suhu 200  dan kecuali dinyatakan lain menunjukkan bahwa, 1 bagian bobot zat padat atau satu bagian volume zat cair larut dalam bagian tertentu volume pelarut. Pernyataan kelarutan yang tidak disertai angka adalah kelarutan pada suhu kamar. Kecuali dinyatakan lain, zat jika dilarutkan boleh menunjukkan sedikit kotoran  mekanik seperti bagian kertas saring , serat dan butiran debu. Pernyataan bagian dalam kelarutan berarti bahwa 1 g zat padat atau 1ml zat cair dalam sejumlah ml pelarut. Jika kelarutan suatu zaat tidak diketahui dengan pasti, kelarutannya dapat ditunjukkan dengan istilah. (Ditjen POM, 1979)
Istilah kelarutan
Jumlah bagian pelarut diperlukan untuk melarutkan 1 bagian zat
Sangat mudah larut
Kurang dari 1
Mudah larut
1 sampai 10
Larut
10 sampai 30
Agak sukar larut
30 sampai 100
Sukar larut
100 sampai 1000
Sangat sukar larut
1000 sampai10.000
Praktis tidak larut
Lebih dari 10.000

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat adalah (Anonim, 2012) :
1.    pH
2.    Temperatur
3.    Jenis pelarut
4.    Bentuk dan ukuran partikel
5.    Konstanta dielektrik pelarut
Dalam besaran kuantitatif kelarutan didefinisikan sebagai konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu, dan secara kualitatif didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk dispersi molekuler homogen.Suatu larutan tidak jenuh atau hampir jenuh adalah larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi di bawah konsentrasi yang dibutuhkan untuk penjenuhan yang sempurna pada temperatur tertentu.Larutan jenuh adalah suatu larutan dimana zat terlarut berada dalam keadaan setimbang dengan fase padat. Sedangkan larutan lewat jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi lebih banyak dari yang seharusnya pada temperatur tertentu terdapat juga zat terlarut yang tidak larut, keadaan lewat jenuh mungkin terjadi apabila inti kecil zat terlarut yang dibutuhkan untuk pembentukan kristal permulaan lebih mudah larut daripada kristal besar, sehingga menyebabkan sulitnya inti terbentuk dan tumbuh dengan akibat kegagalan kristalisasi. Kelarutan suatu senyawa bergantung pada sifat fisika dan kimia zat terlarut dan pelarut, selain itu dipengaruhi pula oleh faktor temperatur, tekanan, pH larutan dan untuk jumlah yang lebih kecil bergantung pada terbaginya zat terlarut (Martin et al, 1993).
B.     Uraian Bahan
         i.     Air suling/Aquades (Ditjen. POM, 1979)
Nama resmi                    : AQUA DESTILLATA
Nama lain                      : Air suling
RM/BM                         : H2O / 18,02
Pemberian                      : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
                                        tidak  mempunyai rasa.
Penyimpanan                 : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan                      : Sebagai sampel (pelarut campur)
2Alkohol (Ditjen. POM, 1979)              
 Nama resmi                  : AETHANOLUM
 Nama lain                     : Etanol, Alkohol
 RM                               : CH3OH
 Pemberian                    : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas. Mudah  terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak  berasap.
 Kelarutan                     : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform  dan eter P.
 Penyimpanan                : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
                                      cahaya, di tempat sejuk, jauh dari nyala api.
 Kegunaan                     : Sebagai sampel (pelarut campur)
3.     Asam salisilat (Ditjen. POM, 1995)
Nama resmi                    : ACIDUM SALICYLICUM
Nama lain                      : Asam salisilat
RM/BM                         : C7H6O3 / 138,12
Pemberian                      : Hablur putih, biasanya berbentuk jarum halus  atau serbuk hablur halus putih, rasa agak manis, tajam dan stabil di udara. Bentuk sintesis warna putih dan tidak berbau. Jika dibuat dari metil salisilat alami dapat berwarna kekuningan atau merah jambu dan berbau lemah mirip.
Kelarutan                      : Sukar larut dalam air dan dalam benzena, mudah larut dalam etanol dan dalam eter, larut  dalam air mendidih, agak sukar larut dalam kloroform.
Penyimpanan                 : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan                      : Sebagai sampel zat terlarut
4.    Larutan Tween 80 (Ditjen. POM, 1995)
Nama Resmi                 :  POLYSORBATUM 80
Nama Lain                    :  Polisorbat 80
Pemberian                     : Cairan seperti minyak, jernih berwarna kuning muda hingga coklat muda, bau khas lemah, rasa pahit, dan hangat.
Kelarutan                      : Mudah larut dalam air, lautan tidak berbau dan praktis tidak berwarna, larut dalam etanol, dalam etil asetat, tidak larut dalam minyak mineral.
Penyimpanan                : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan                      : Sebagai sampel (terlarut)


5.    Propilenglikol (Ditjen. POM, 1979)
Nama resmi                    :   PROPYLENGLYCOLUM
Nama lain                      :   Propilenglikol
RM/BM                         :   C3H8O2 / 76,10
Pemberian                      : Cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak                                                berbau, rasa agak manis, higroskopik.
Penyimpanan                 :   Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan                      :   Sebagai sampel pelarut campur
C.    Prosedur Kerja
a.    Menentukan kelarutan suatu zat secara kuantitatif
Masukkan 1 g asam salisilat dalam 50 ml air dan kocok selama 1,5 jam dengan stirrer, jika ada endapan yang larut selama pengocokan di tambahkan lagi sejumlah tertentu asam salisilat sampai diperoleh larutan lewat jenuh. Kemudian saring dan tentukan kadar asam salisilat yang terlarut dalam masing-masing larutan.
b.    Pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan zat
Buatlah  100 ml campuran bahan pelarut. Di ambil 50 ml campuran pelarut, kemudian di larutkan asam salisilat sebanyak 1 g ke dalam masing-masing campuran pelarut A, B, C,D,E,F,G,H. Kocok larutan dengan strirrer selama 1,5 jam. Jika ada endapan yang larut selama pengocokan tambahkan lagi sejumlah tertentu asam salisilat sampai diperoleh larutan yang jenuh kembali. Kemudian di saring larutan dan tentukan kadar asam salisilat dengan harga konstanta dilelektrik bahan pelarut campur yang ditambahkan
c.     Pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat
Buatlah 50 ml larutan tween 80 dengan konsentrasi 0 ; 0,1 ; 0,5 ; 1,0 ; 5,0 ; 10,0 ; 50,0 dan 100 mg/100 ml. Tambahkan 1 gram asam salisilat ke dalam masing-masing larutan. Kocok larutan dengan stirrer selama 1,5 jam. Jika ada endapan yang larut selama pengocokan di tambahkan lagi sejumlah tertentu asam salisilat sampai diperoleh larutan yang jenuh kembali. Saring larutan dan tentukan kadar asam salisilat yang larut. Buatlah kurva antara kelarutan asam salisilat dengan konsentrasi tween 80 yang digunakan. Kemudian di tentukan konsentrasi misel kritik (KMK) tween 80
d.    Pengaruh pH terhadap kelarutan suatu zat
Buatlah 100 ml larutan dapar fosfat dengan pH 5,6,7,8. Ambil 25 ml masing-masing larutan lalu ditambahkan 0,5 g asam salisilat ke dalamnya. Kocok larutan dengan stirrer selama 1,5 jam. Jika ada endapan yang larut selama pengocokan tambahkan lagi sejumlah tertentu asam salisilat sampai diperoleh larutan yang jenuh kembali. Kemudian Buatlah kurva hubungan antara konsentrasi zat yang diperoleh dengan pH larutan.
e.    Pembuatan dapar fosfat pH 5,8
Dibuat dengan mencampurkan 50,0 ml kalium dihidrogenfosfat 0,2 M dengan 3,6 ml natrium hidroksida 0,2 N dengan air bebas karbondioksida P secukupnya hingga 200,0 mL.
pH
 Mililiter NaOH 0,2 N
5,8
3,6
6,0
5,6
6,2
8,1
6,4
11,6
6,6
16,4
6,8
22,4
7,0
29,1
7,2
34,7
7,4
39,1
7,6
42,4
7,8
44,5
8,0
46,1















BAB III
METODE KERJA
A.    Alat yang Digunakan
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu  erlenmeyer 250 ml, gelas kimia 250 ml, gelas ukur 250 ml, pengaduk magnetic, stirrer, stopwatch, timbangan analitik.
B.     Bahan yang Digunakan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu alkohol, air suling, asam salisilat, propilen glikol, tween 8o.
C.    Cara Kerja
1.      Ditentukan kelarutan suatu zat secara kuantitatif
a.       Dimasukkan 1,04 g asam salisilat dalam 50 ml air dan dikocok selama 30 menit dengan stirrer, jika ada endapan yang larut selama pengocokan ditambahkan lagi sejumlah tertentu asam salisilat sampai diperoleh larutan lewat jenuh
b.      Disaring dan tentukan kadar asam salisilat yang terlarut dalam masing-masing larutan.
2.      Pengaruh Pelarut Campuran
a.       Disiapkan alat dan bahan
b.      Disiapkan 2 buah gelas kimia untuk pelarut A, B, C, D, E, F, G
c.       Dilarutkan 1 gram Asam salisilat untuk masing-masing jenis pelarut
d.      Dikocok dengan stirer selama 30 menit
e.       Ditambahkan lagi 0,5 gram Asam salisilat saat pengocokan masih berlangsung. (jika tidak terdapat endapan)
f.       Saat pengocokan berlangsung selama kurang lebih satu jam di tambahkan lagi asam asam salisilat 1 gram ke dalam larutan dan dilakukan pengocokan kembali.
g.      Disaring endapan yang terbentuk untuk masing-masing pelarut
h.      Dikeringkan endapannya selama 24 jam
i.        Ditimbang massa asam salisilat yang telah kering
3.      Pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat
a.      Dibuat 50 ml larutan tween 80 dengan konsentrasi 0 ; 0,1 ; 0,5 ; 1,0 ; 5,0 ; 10,0 ; 50,0 dan 100 mg/100 ml
b.      Ditambahkan 1 gram asam salisilat ke dalam masing-masing larutan
c.       Dikocok larutan dengan stirrer selama 30 menit. Jika ada endapan yang larut selama pengocokan ditambahkan lagi sejumlah tertentu asam salisilat sampai diperoleh larutan yang jenuh kembali
d.      Disaring larutan dan ditentukan kadar asam salisilat yang larut
e.       Dibuat kurva antara kelarutan asam salisilat dengan konsentrasi tween 80 yang digunakan
f.       Ditentukan konsentrasi misel kritik (KMK) tween 80
4.      Pengaruh pH terhadap kelarutan suatu zat
a.       Dibuat 100 ml larutan dapar fosfat dengan pH 5,6,7,8
b.      Diambil 50 ml masing-masing larutan lalu ditambahkan 0,5 g asam salisilat ke dalamnya
c.       Dikocok larutan dengan stirrer selama 30 menit. Jika ada endapan yang larut selama pengdiocokan tambahkan lagi sejumlah tertentu asam salisilat sampai diperoleh larutan yang jenuh kembali
d.      Dibuat kurva hubungan antara konsentrasi zat yang diperoleh dengan pH larutan








BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Tabel Pengamatan
a.       Menentukan Kelarutan Suatu Zat Secara Kuantitatif
As. Salisilat (g)
Vol Air (ml)
BeratKertasSaring (g)
Berat kertas saring + residu
BeratResidu (g)
Jumlahterlarut (g)
1,04
50
1.4005
2.3569
0,9464
0,0936













b.      Pengaruh Pelarut Campur Terhadap Kelarutan Zat
Pelarut
Perbandingan
K. Dielektrik
Berat Kertas Saring (g)
Berat Kertas Saring + Residu (g)
Berat Residu (g)
Jumlah terlarut (g)
A
60:00:40
61.04
1,756
1,756
0.8379
0,7185
B
60:05:35
60.605
1,4392
1,9100
0,4708
0,5292
C
60:10:30
60.17
1,4476
2,3554
0,9078
0,0922
D
60:15:25
59.735
1,5086
2,1028
0,5942
0,4058
E
60:20:10
59.3
1,3647
2,1023
0,7376
0,8492
F
60:30:10
58.43
1,4005
2,1993
0,7988
0,7753
G
60:35:05
57,995
1,3617
1,7594
0,3977
0,6823
H
60:40:00
57.56
1,346
2,125
0,779
0,771

c.       Pengaruh Penambahan Surfaktan Terhadap Kelarutan Suatu Zat
As. Salisilat (g)
Konsentrasi Tween 80%
Berat Kertas Saring (g)
Berat Kertas Saring + Residu (g)
Berat Residu (g)
Jumlah Terlarut (g)
2,5
1%
1,0325
2,7775
1,745
0,755
2
2%
0,8158
2,4939
1,6781
0,3219
1
3%
1,4547
2,0013
0,5466
0,4534
1,5
4%
0,8124
0,8882
0,0758
1,4242
1
5%
1,1097
1,6948
0,5851
0,4149
1
6%
1,0805
1,5625
0,482
0,518






d.      Pengaruh pH terhadap kelarutan suatu zat
pH larutan
Berat sampel
Berast kertas saring
Sampel dan kertas saring
Residu sampel
Sampel yang larut
5,8
1 gr
1,4653 g
2,1622 g
0,6969 g
0,3031 g
6
1 gr
1,0541 g
1,7176 g
0,6635 g
0,3365 g
7
1 gr
1,4607g
1,9833 g
0,5226 g
0,4774g
8
1 gr
1,2980 g
1,3016 g
0,0036 g
0,9964g

B.     Perhitungan
ü  Kelarutan suatu zat secara kuantitatif
·         Residu = berat zat – berat kertas timbang
            = 2.3469 - 1.4005
            = 0.9464 g
·         Sampel yang larut = berat awal – berat residu
                               = 1.04 – 0.9464
                               = 0.0936 g
·         Kelarutan =
                 = 534.18 mL/g (sukar larut)


ü  Pengaruh pelarut campuran terhadap kelarutan suatu zat
Dik  Konstanta dielektrik :
Air                              : 80,4
Propilen glikol            : 32
Alkohol                      : 23,3
·         Pelarut A :
Air                      :  
Propilen glikol    :           
                                                  = 48,24 + 12,8 = 61,04

·         Pelarut B :
Air                      :  
Alkohol              :  
Propilen glikol    :                                             
                                                  = 48,24 + 1,165 + 11,2 = 60,605
·         Pelarut C :
Air                      :  
Alkohol              :  
Propilen glikol    :               
                                                  = 48,24 + 2,33 + 9,6 = 60,17
·         Pelarut D :
Air                      :  
Alkohol              :  
Propilen glikol    :                  
                                                  = 48,24 + 3,495 + 8 = 59,735
·         Pelarut E :
Air                      :  
Alkohol              :  
Propilen glikol    :                
                                                  = 48,24 + 4,66 + 6,4 =  59,3
·         Pelarut F :
Air                      :  
Alkohol              :  
Propilen glikol    :               
                                                  = 48,24 + 6,99 + 3,2 = 58,43
·         Pelarut G :
Air                      :  
Alkohol              :  
Propilen glikol    :                
                                                  = 48,24 + 8,155 + 1,6 = 57,995
·         Pelarut H :
Air                      :  
Alkohol              :          
= 48,24 + 9,32 = 57,56
ü  Pengaruh surfaktan terhadap kelarutan suatu zat
·         Tween 1 %
Residu sampel        =   2,7775 gr – 1,0325 gr
                               =   1,745 gr
Sampel yang larut  =   2,5 gr – 1,745 gr
                               =   0,755 gr/100 ml
 (sukar larut)
·         Tween 2 %
Residu sampel          =   2,4939 gr – 0,8158 gr
                                 =   1,6781 g
Sampel yang larut    =   2 gr – 1,6781 gr
                                 =   0,3219 gr/100 ml         
·         Tween 3 %
Residu sampel          =   2,0013 gr – 1,4547 gr
                                 =   0,5466 gr
Sampel yang larut    =   1 gr – 0,5466 gr
                                 =   0,4534 gr/100 ml
 (sukar larut)
·         Tween 4%
Residu sampel       =   0,8882 gr – 0,8124 gr
                               =   0,0758 gr
Sampel yang larut  =   1,5 gr – 0,0758 gr
                               =   1,4242 gr/100 ml
(agak sukar larut)
·         Tween 5%
Residu sampel       =   1,6948 gr – 1,1097 gr
                               =   0,5851 gr
Sampel yang larut  =   1 gr – 0,5851 gr
                               =   0,4149 gr/100 ml
(sukar larut)
·         Tween 6%
Residu sampel       =   1,5625 gr – 1,0805 gr
                               =   0,482 gr
Sampel yang larut  =   1 gr – 0,482 gr
                               =   0,518 gr/100 ml
(sukar larut)


ü  Pengaruh pH terhadap kelarutan suatu zat
·         pH 5,8
Residu sampel          =   2,1662 gr – 1,4653 gr
                                 =   0,6969 gr
Sampel yang larut    =   1 gr – 0,6969 gr
                                 =   0,3031gr/100 ml
 (sukar larut)
·         pH 6
Residu sampel          =   1,7176 gr - 1,0541 gr
                                 =   0,6635 gr
Sampel yang larut    =   1 gr – 0,6635 gr
                                 =   0,3365 gr
 (sukar larut)
·         pH 7
Residu sampel          =   1,9833 gr – 1,4607 gr
                                 =   0, 5226 gr
Sampel yang larut    =   1gr – 0,5226 gr
                                 =   0, 4774gr
 (sukar larut)
·         pH 8
Residu sampel          =   1,3016 gr – 1,2980 gr
                                 =   0,0036 gr
Sampel yang larut    =   1gr – 0,0036 gr
                                 =   0,9964 gr
 (agak sukar larut)


































C.    Kurva
ü  Pengaruh surfaktan terhadap kelarutan suatu zat       
ü  Pengaruh pH terhadap kelarutan suatu zat

D.    Pembahasan
Dalam istilah farmasi, larutan didefinisikan sebagai sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya, cara peracikan atau penggunaanya, tidak dimasukkan kedalam golongan   produk lainnya
Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut.
Solute adalah komponen yang mengandung jumlah zat sedikit dalam larutan yang disebut zat terlarut. Solvent adalah komponen yang mengandung jumlah zat terbanyak dalam larutan yang disebut sebagai pelarut.
Solution adalah campuran homogen yang stabil secara termodinamika stabil dari yang terdiri dari  dua atau lebih komponen, dimana satu atau lebih zat terlarut  tersebar secara molekuler (terlarut) dalam satu atau lebih pelarut.
Dalam besaran kuantitatif kelarutan didefinisikan sebagai konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu, dan secara kualitatif didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk dispersi molekuler homogen
Dalam praktikum ini, maksud dan tujuannya adalah untuk mengetahui dan memahami kelarutan asam salisilat secara kuantitatif, untuk menentukan pengaruh pelarut campuran terhadap kelarutan asam salisilat, dan untuk menentukan pengaruh surfaktan dan pH terhadap kelarutan asam salisat.
Untuk menentukan kelarutan, ini digunakan dua metode yaitu Pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan zat dan pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan.
Untuk mengetahui pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan, dilakukan uji kelarutan terhadap asam salisilat dalam pelarut aquadest, alkohol, dan campuran antara propilen glikol dengan volume masing-masing pelarut sebanyak 100 ml, divariasikan yang dimasukkan dalam delapan  buah botol yang berbeda.
Pada percobaan pertama, menentukan kelarutan asam salisilat secara kuantitatif. Langkah pertama yang dilakukan yaitu masukkan 0,5 gram asam salisilat dalam 25 ml air dan kocok selama 30 menit. Pada kelarutan asam salisilat secara kuantitatif dan diperoleh berat residu asam salisilat  0,9464 gram dan jumlah asam salisilat yang terlarut 0,0936 gram. Dari data tersebut diperoleh  istilah kelarutan untuk asam yaitu sukar larut, karena dari hasil diperoleh kelarutan asam salisilat yaitu 534,18 mL/g. Berdasarkan literatur kelarutan dari 100-1000 bagian pelarut adalah sukar larut
Pada percobaan kedua, langkah pertama yang dilakukan adalah mencampurkan 1 gram asam salisilat ke dalam masing-masing gelas kimia yang telah terisi oleh pelarut campur sebanyak 100 ml. kemudian larutan dikocok dengan stirrer selama 30 menit. Jika saat proses pengocokan tidak terbentuk endapan maka ditambahkan lagi asam salisilat sebanyak 0.5 gram, setelah proses pengocokan, larutan kemudian disaring dengan menggunakan corong dan kertas saring lalu hasil saringan asam salisilat dikeringkan selama 24 jam kemudian asam salisilat yang telah kering ditimbang. Pada  pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan asam salisilat dan diperoleh hasil bahwa asam alisilat lebih mudah larut dalam pelarut yang memiliki konstanta dielektrik rendah. Pada pelarut A jumlah asam salisilat yang terlarut 0,7195 gram, pada pelarut B jumlah asamsalisilat yang terlarut 0,5292 gram, pada pelarut C jumlahasamsalisilat yang terlarut 0,0922 gram, pada pelarut D jumlah asam salisilat yang terlarut 0,4058 gram, pada pelarut E jumlah asam salisilat yang terlarut 0,8492 gram, padapelarut F jumlah asam salisilat yang terlarut 0,7753 gram, pada pelarut G jumlah asam salisilat yang terlarut 0,6823 gram, pada pelarut H jumlah asam salisilat yang terlarut 0,771 gram. Semakin tinggi konstantra dielektrik maka akan semakin tinggi kelarutan suatu zat. Karena tingginya konstanta dielektrik sehingga dapat mengurangi gaya tarik menarik ion yang bermuatan berlawanan. Sehingga terjadi situasi tang menyebabkan pembentukan ikatan hydrogen yang menyebabkan asam salisilat larut.
Pada percobaan ketiga pengaruh surfaktan terhadap kelarutan asam salisilat, penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat dimana surfaktan merupakan bahan aktif yang dapat menurunkan tegangan antar antarmuka  dua zat yang tidak dapat larut sehingga zat tersebut dapat bercampur atau larut. Adapun langkah pertama yang dilakukan yaitu dilarutkan 1 gram dalam tween tersebut kemudian larutan dikocok dengan stirrer selama 30 menit. Jika saat proses pengocokan tidak terbentuk endapan maka ditambahkan lagi asam salisilat sebanyak 0.5 gram, setelah proses pengocokan, larutan kemudian disaring dengan menggunakan corong dan kertas saring lalu hasil saringan asam salisilat dikeringkan selama 24 jam kemudian asam salisilat yang telah kering ditimbang. Dan dari data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa penambahan surfaktan dapat menurunkan teganganan antar muka antara asam salisilat sehingga mempermudah kelarutan, namun pada konsentrasi miselkritik (KMK) kelarutan asam salisilat menjadi konstan. Pada konsentrasi tween 80 1% jumlah asam salisilat yang terlarut 0,755 gram, pada konsentrasi tween 80 2% jumlah asam salisilat yang terlarut 0,3219 gram, pada konsentrasi tween 80 3% jumlah asam salisilat yang terlarut 0,4534 gram, padakonsentrasi tween 80 4% jumlah asam salisilat yang terlarut 0,4242 gram, pada konsentrasi tween 80 5% jumlah asam salisilat yang terlarut 0, 4149 gram dan pada konsentrasi tween 80 6% jumlah asam salisilat yang terlarut 0,518.
Pada pengaruh pH terhadap kelarutan asam salisilat, langkah pertama yang dilakukan yaitu dilarutkan 0,5 mg dalam 100 ml larutan dapar fosfat dengan pH 4, 5, 6, 7, dan 8. Dan  diperoleh hasil yaitu pada pH 5,8 jumlah asam salisilat yang terlarut 0,3031 gram, pada pH 6 jumlah asam salisilat yang terlarut 0,3365 gram, pada pH 7 jumlah asam salisilat yang terlarut 0,4774 gram, dan pada pH 8 jumlah asam salisilat yang terlarut 0,9964 gram.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain :
1.    Pengaruh pH
Zat organik yang bersifat asam lemah, dimana kelarutannya sangat dipengaruhi oleh pH pelarutnya. Kelarutan asam-asam organik lemah dalam air akan bertambah dengan naiknya pH karena terbentuk garam yang mudah larut dalam air. Sedangkan basa-basa organik lemah pada umumnya sukar larut dalam air. Bila pH larutan diturunkan dengan  penambahan asam kuat maka akan terbentuk garam yang mudah larut dalam air.
2.      Pengaruh temperatur (suhu)
Kelarutan zat padat dalam larutan ideal tergantung kepada temperatur, titik leleh zat padat dan panas peleburan molar zat tersebut. Kelarutan suatu zat padat dalam air akan semakin tinggi bila suhunya dinaikan. Adanya panas (kalor) mengakibatkan semakin renggangnya jarak antar molekul zat padat tersebut. Merenggangnya jarak antar molekul zat padat menjadikan kekuatan gaya antar molekul tersebut menjadi lemah sehingga mudah terlepas oleh gaya tarik molekul-molekul air. Berbeda dengan zat padat, adannya pengaruh kenaikan suhu akan menyebabkan kelarutan gas dalam air berkurang. Hal ini disebabkan karena gas yang terlarut di dalam air akan terlepas meninggalkan air bila suhu meningkat.
3.      Pengaruh jenis pelarut
Pelarut non polar tidak dapat mengurangi daya tarik-menarik antara ion-ion karena konstanta dielektiknya yang rendah. Iapun tidak dapat memecahkan ikatan kovalen dan tidak dapat membentuk jembatan hidrogen. Pelarut ini dapat melarutkan zat-zat non polar dengan tekanan internal yang sama melalui induksi antara aksi dipol. Pelarut semi polar dapat menginduksi tingkat kepolaran molekul-molekul pelarut non polar. Ia bertindak sebagai perantara (Intermediete Solvent) untuk mencampurkan pelarut non polar dengan non polar
4.      Pengaruh bentuk dan ukuran partikel
Kelarutan suatu zat akan naik dengan berkurangnya ukuran partikel suatu zat. Partikel yang bentuknya tidak simetris lebih mudah larut bila dibandingkan dengan partikel yang bentuknya simetris.
5.      Pengaruh konstanta dielektrik
Kelarutan suatu zat sangat dipengaruhi oleh polaritas pelarut. Pelarut polar mempunyai konstanta dielektrik yang tinggi dapat melarutkan zat-zat non polar sukar larut di dalamnya, begitu pula sebaliknya. Besarnya tetapan dielektrik ini menurut moore dapat diatur dengan penambahan pelarut lain.
6.      Pengaruh penambahan zat-zat lain
Surfaktan adalah suatu zat yang sering digunakan untuk menaikan kelarutan suatu zat. Molekul surfaktan terdiri atas dua bagian yaitu bagian polar dan non polar apabila didispersikan dalam air pada konsentrasi yang rendah, akan berkumpul pada permukaan dengan mengorientasikan bagian polar ke arah air dan bagian non polar kearah udara, surfaktan mempunyai kecenderungan berasosiasi membentuk agregat yang dikenal sebagai misel. Konsentrasi pada saat misel mulai terbentuk disebut konsentrasi misel kritik (KMK).
Cosolvensi adalah suatu peristiwa dimana suatu zat lebih mudah larut didalam pelarut gabungan dibandingkan dengan pelarut tunggal. Sedangkan, kosolven, yaitu pelarut yang dalam kombinasi menaikkan kelarutan zat terlarut. Kosolven adalah pelarut yang ditambahkan dalam suatu sistem untuk membantu melarutkan atau meningkatkan stabilitas dari suatu zat, cara ini disebut kosolvensi. Cara ini cukup potensial dan sederhana dibanding beberapa cara lain yang digunakan untuk meningkatkan kelarutan dan stabilitas suatu bahan. Penggunaan kosolven dapat mempengaruhi polaritas sistem, yang dapat ditunjukkan dengan pengubahan tetapan dielektrikanya. Kosolven seperti etanol dan propilen glikol, telah rutin digunakan sebagai zat untuk meningkatkan kelarutan
Surfaktan atau zat aktif permukaan adalah molekul yang struktur kimianya terdiri dari dua bagian dan mempunyai perbedaan afinitas terhadap berbagai pelarut yaitu bagian hidrofobik dan hidrofilik. Bagian hidrofobik terdiri dari rantai panjang hidrokarbon terhalogenasi atau teroksigenasi, bagian ini mempunyai afinitas terhadap minyak atau pelarut non polar, sedangkan bagian hidrofilik dapat berupa ion, gugus polar, atau gugus-gugus yang larut dalam air. Oleh karena itu surfaktan seringkali disebut ampifil karena mempunyai afinitas tertentu baik terhadap pelarut polar maupun non polar. Surfaktan secara dominan terhadap hidrofilik, hidrofobik atau berada di antara minyak air. Ampifilik merupakan sifat dari surfaktan yang menyebabkan zat terabsorpsi pada antarmuka, apakah cair/gas, atau cair/cair. Agar surfaktan terpusat pada antarmuka, harus diimbangi dengan jumlah gugus-gugus yang larut air dan minyak. Bila molekul terlalu hidrofilik atau hidrofobik maka tidak akan memberikan efek pada antarmuka. Adsorpsi molekul surfaktan di permukaan cairan akan menurunkan tegangan permukaan dan adsorpsi di antara cairan akan menurunkan tegangan antarmuka.
Penggunaan surfaktan pada kadar yang lebih tinggi akan berkumpul membentuk agregat yang disebut misel. Selain itu pada pemakaiannya dengan kadar tinggi sampai Critical Micelle Concentration (CMC) surfaktan diasumsikan mampu berinteraksi kompleks dengan obat tertentu selanjutnya dapat pula mempengaruhi permeabilitas membran tempat absorbsi obat karena surfaktan dan membran mengandung komponen penyusun yang sama. Sifat terpenting misel adalah kemampuannya untuk menaikkan kelarutan zat-zat yang biasanya sukar larut atau sedikit larut dalam pelarut yang digunakan. Proses ini disebut solubilisasi yang terbentuk antara molekul zat yang larut berasosiasi dengan misel surfaktan membentuk larutan yang jernih dan stabil secara termodinamika.
Prinsip Like dissolve Like yaitu setiap yang bersifat polar hanya dapat larut dalam pelarut polar, demikian juga yang setiap yang non polar hanya akan larut dalam pelarut non polar. Untuk yang semi polar tentunya menyesuaikan dengan ukuran kepolaran yang dimilikinya. Bahan yang ionik tentunya juga lebih larut dalam pelarut polar.
Aplikasi kelarutan dalam bidang farmasi antara lain digunakan dalam pembuatan larutan farmaseutika, dapat membantu dalam menentukan pelarut yang tepat untuk sediaan obat, serta dapat digunakan untuk uji kemurnian.










BAB VI
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1.        Secara kuantitatif asam salisilat dari segi kelarutan sukar larut dalam air.
2.        Asam salisilat lebih larut pada pelarut campur alkohol dan air dengan konstanta dielektrik 57,56, daripada pelarut campur propilenglikol dan air dengan konstanta dielektrik 61,04.
3.      Kelarutan asam salisilat pada penambahan surfaktan yaitu asam salisilat lebih larut, karena surfaktan dapat menurunkan tegangan antarmuka. Namun, jika konsentrasi surfaktan berlebih maka akan terbentuk missel
4.      Pengaruh pH terhadap kelarutan yaitu kelarutan asam-asam organic lemah dalam air akan bertambah dengan naiknya pH karena terbentuk garam yang mudah larut dalam air.
B.     Saran
Diharapkan kerja sama yang baik antara praktikan dan asisten pendamping agar praktikum dapat berjalan lebih baik lagi


DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2012.Penuntun Praktikum Farmasi Fisika.Makassar : Universitas Muslim Indonesia.
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta : Dirjen POM.
Martin, A.1990.Farmasi Fisika.Buku II. Jakarta : UI Press.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar