Kamis, 19 Juni 2014

BJ dan kerapatan

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu berhubungan dengan berbagai macam benda yang selalu kita gunakan untuk menunjang segala aktivitas kita. Tanpa kita ketahui, setiap benda memiliki massa jenis yang berbeda antara satu dan yang lainnya.
Dalam bidang farmasi, ahli farmasi seringkali menggunakan besaran pengukuran kerapatan dan bobot jenis apabila mengadakan perubahan massa dan volume. Kerapatan adalah turunan besaran yang menyangkut satuan  massa dan volume. Bobot jenis diartikan sebagai perbandingan kerapatan dari suatu zat terhadap kerapatan air, harga kedua zat ditentukan pada temperature yang sama, jika tidak dengan cara lain yang khusus.
Massa jenis merupakan nilai yang menunjukkan besarnya perbandingan antara massa benda dengan volume benda tersebut, massa jenis suatu benda bersifat tetap artinya jika ukuran dan bentuk benda diubah massa jenis benda tidak berubah. Misalnya ukurannya diperbesar sehingga massa benda maupun volume benda makin besar. Untuk menentukan massa benda dapat dilakukan dengan menimbang benda tersebut dengan timbangan yang sesuai, seperti neraca analitik atau yang lainnya.
Dewasa ini telah banyak alat yang dibuat untuk memudahkan kita dalam mengukur bobot jenis dan kerapatan zat. Bobot jenis zat dapat diukur dengan menggunakan berbagai jenis alat ukur salah satunya piknometer. Dengan menggunakan piknometer, kita dapat melihat perbedaan hasil akhir bobot jenis dan massa jenis suatu zat. Alat piknometer ini, dipengaruhi oleh sifat larutan, pH dan pengaruh temperature.
Mengingat pentingnya massa dan bobot jenis dalam bidang farmasi, maka sudah sewajarnya jika mahasiswa farmasi memahami mengenai massa dan bobot jenis ini, termasuk cara-cara dalam melakukan pengukuran bobot jenis. Dalam praktikum ini akan dilakukan percobaan menghitung kerapatan Bulk, kerapatan Mampat, kerapatan Sejati, dan bobot jenis zat.
B. Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini adalah :
Membedakan bobot jenis dan kerapatan antara alkohol, gliserol, minyak kelapa, dan syrup marjan cocopandan.

C. Tujuan Percobaan
Ø  Menentukan bobot jenis beberapa cairan
Ø  Menentukan kerapatan beberapa padatan
D. Manfaat Percobaan
Adapun manfaat dari dilakukan percobaan ini adalah :
Praktikan dapat mengetahui dan membedakan antara bobot jenis dan kerapatan pada alkohol, gliserol, minyak kelapa, dan syrup marjan cocopandan.











BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
                                                        A. Teori Umum
Bobot jenis adalah rasio bobot suatu zat baku yang volumenya sama pada suhu yang sama dan dinyatakan dalam decimal. Untuk membedakan antara kerapatan (density) dan bobot jenis. Kerapatan adalah massa per satuan volume yaitu bobot zat per satuan volume. Misalnya, satu milliliter raksa berbobot 13,6 g, dengan demikian kerapatannya adalah 13,6 g/ml. jika kerapatan dinyatakan sebagai satuan bobot dan volume, maka bobot jenis merupakan bilangan abstrak. Bobot jenis menggambarkan hubungan antara bobot suatu zat terhadap bobot suatu zat baku, misalnya air yang merupakan zat baku untuk sebagian besar perhitungan dalam farmasi dan dinyatakan memiliki bobot jenis 1,00 (Ansel, 1989).
Bobot jenis dinyatakan dalam desimal dengan beberapa angka di belakang koma sebanyak akurasi yang diperlukan pada penentuannya. Bobot jenis suatu zat dapat dihitung dengan mengetahui bobot dan volumenya, melalui persamaan berikut (Ansel, 1989) :     
Bobot Jenis (BJ) =      
Kerapatan (density) adalah massa per satuan volume, yaitu bobot zat per satuan volume. Nilai kerapatan dapat diukur melalui pengukuran massa dan volumenya (Ansel, 1989).
               Keterangan :
                                     m = massa zat (g)
                                      v = volume zat (ml)    
  
Kerapatan adalah massa per unit volume suatu zat pada temperatur tertentu. Sifat ini merupakan salah satu sifat fisika yang paling sederhana dan sekaligus merupakan salah satu sifat fisika yang paling definitive, dengan demikian dapat digunakan untuk menentukan kemurnian suatu zat (Martin,1993).
Hubungan antara massa dan volume tidak hanya menunjukan ukuran dan bobot molekul suatu komponen, tetapi juga gaya-gaya yang mempengaruhi sifat karakteristik “pemadatan” (“Packing Characteristic”). Dalam sistem matriks kerapatan diukur dengan gram/milimeter (untuk cairan) atau gram/cm2 (Martin, A., 1993).

Kerapatan dan berat jenis. Ahli farmasi sering kali mempergunakan besaran pengukuran ini apabila mengadakan perubahan antara massa dan volume. Kerapatan adalah turunan besaran karena menyangkut satuan massa dan volume. Batasannya adalah massa per satuan volume pada temperatur dan tekanan tertentu, dan dinyatakan dalam sistem cgs dalam gram per sentimeter kubik (gram/cm3) (Martin, 1993).
Berbeda dengan kerapatan, berat jenis adalah bilangan murni tanpa dimensi; yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang cocok. Berat jenis didefinisikan sebagai perbandingan kerapatan dari suatu zat terhadap kerapatan air, harga kedua zat itu ditentukan pada temperatur yang sama, jika tidak dengan cara lain yang khusus. Istilah berat jenis, dilihat dari definisinya, sangat lemah; akan lebih cocok apabila dikatakan sebagai kerapatan relatif (Martin, 1993).
Berat jenis untuk penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai perbandingan massa dari suatu zat terhadap massa sejumlah volume air yang sama pada suhu 4o atau temperatur lain yang tertentu. Notasi berikut sering ditemukan dalam pembacaan berat jenis: 25o/25o, 25o/4o, dan 4o/4o. Angka yang pertama menunjukkan temperatur udara di mana zat ditimbang; angka di bawah garis miring menunjukkan temperatur air yang dipakai. Buku-buku farmasi resmi menggunakan patokan 25o/25o untuk menyatakan berat jenis (Martin,1993).
Berat jenis dapat ditentukan dengan menggunakan berbagai tipe piknometer, neraca Mohr-Westphal, hidrometer dan alat-alat lain. Pengukuran dan perhitungan didiskusikan di buku kimia dasar, fisika dan farmasi (Martin, 1993).
Rapatan diperoleh dengan membagi massa suatu obyek dengan volumenya.
               d =
Suatu sifat yang besarnya tergantung pada jumlah bahan yang sedang diselidiki disebut sifat ekstensif. Baik massa maupun volume adalah sifat-sifat ekstensif. Suatu sifat tergantung pada jumlah bahan adalah sifat intensif. Rapatan yang merupakan perbandingan antara massa dan volume, adalah sifat intensif. Sifat-sifat intensif umumnya dipilih oleh para ilmuwan untuk pekerjaan ilmiah karena tidak tergantung pada jumlah bahan yang sedang diteliti (Petrucci, 1985).
Meskipun massa dari serbuk bulk sampel dapat ditentukan dengan ketelitian tinggi, pengukuran volume lebih sulit dari yang terlihat. Kesuliatan utama timbul pada penentuan volume sebenarnya dari bulk, dimana ada tiga tipe ruang-ruang udara atau rongga dapat dibedakan (Lachman, 1986) :
1.    Rongga intrapartikel yang terbuka   rongga-rongga terdapat di dalam partikel tunggal, tetapi terbuka pada lingkungan luar.
2.    Rongga intrapartikel yang tertutup     rongga-rongga terdapat di dalam partikel tunggal, tetapi tertutup dari lingkungan luar.
3.    Rongga antarpartikel    ruang-ruang udara antara dua partikel individu.
Karena itu, paling tidak ada tiga interprestasi dari “volume serbuk” yang diajukan (Lachman, 1986) :
1.    Volume serbuk sebenarnya (vt)     jumlah volume dari partikel-partikel padat yang mengabaikan semua ruang yang lebih besar dari dimensi molekuler, dan yang mempunyai nilai karakter untuk tiap bahan.
2.    Volume granuler (volume partikel) (vg)    volume kumulatif yang diambil oleh partikel-partikel termasuk semua rongga intrapartikel (tetapi tidak antarpartikel). Batas antara intrapartikel terbuka dan ruang udara antarpartikel dapat diinterpretasi secara berlainan, karena itu interpretasi volume tergantung dari metode pengukuran.
3.    Volume bulk (vb)      jumlah volume yang dipakau oleh seluruh massa serbuk pada pengepakan khusus yang didapat selama peengukuran, sehingga interpretasi ini juga tergantung pada metode.
Rongga-rongga yang terdapat pada massa serbuk dapat lebih Nampak daripada komponen-komponen padat pada beberapa percobaan. Sebagai contoh, suatu jaringan kapiler halus dari rongga-rongga telah ditunjukkan untuk memperbesar laju cairan yang diambil oleh tablet, yang pada gilirannya mempertinggi laju disintegrasinya. Untuk ini, suatu kualitas tanpa dimensi kedua, hasil bagi volume total dari ruang-ruang rongga (vv) terhadap volume bulk dari bahan sering dipilih untuk memantau kemajuan kompresi. Rasio ini vv / vb dinyatakan sebagi porositas (E) dari bahan (Lachman, 1986) :
vv = vb – vt                   
             sehingga: porositas E = 
porositas sering dinyatakan dalam persentase:
E = 100.                          
 Manfaat penentuan bobot jenis dan kerapatan dalam bidang farmasi yaitu bobot jenis adalah factor yang memungkinkan pengubahan jumlah zat dalam formula farmasetik dari bobot menjadi  volume dan sebaliknya. Bobot jenis jug digunakan untuk mengubah pernyataan kekuatan dalam b/b, b/v, v/v (Ansel, 1989).



B. Uraian Bahan
.a.    Alkohol (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi      : AETHANOLUM
Nama lain         : alkohol
RM/BO              : C2H6O/ 46,07
Bobot jenis        : 0, 8119-0,8139
Pemerian             :Cairan mudah menguap, jernih, tidak berbau. Bau   khas dan  menyebabkan rasa terbakar pada lidah. mudah menguap walaupun pada suhu rendah dan mendidih pada suhu 780, mudah terbakar.
Kelarutan             :Bercampur dengan air dan praktis bercampur  
dengan semua pelarut organik
Penyimpanan    : Dalam wadah tertutup rapat, jauh dari api.
Penggunaan      : Zat tambahan.


b.    Minyak kelapa (Ditjen POM,1979)
Nama resmi         :OLEUM COCOS
Nama lain             :Minyak kelapa
Pemerian             :Cairan jernih; tidak berwarna atau kuning pucat; bau khas. Tidak  tengik
Kelarutan             :Larut dalam 2 bagian etanol(95%) p pada suhu 60º; sangat mudah larut dalam kloroform dan dalam eter p.
Penyimpanan      :Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari     cahaya, di    tempat sejuk.
Penggunaaan      : Zat tambahan
c.  Parafin (Ditjen POM, 1979)
    Nama resmi              :  PARAFFINUM LIQUIDUM
    Nama lain                  :  Parafin cair.
    Pemerian                :Cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi;
tidak berwarna; hampir tidak    berbau; hampir    tidak  mempunyai rasa.
 Kelarutan              : Praktis tidak larut dalam air dan etanol 95% P larut dalam kloroform P dalam eter P
   Bobot per ml              :  0,870 gr – 0,890 gr
Titik lebur                 :  200o C
Penyimpanan           : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya                     
Kegunaan                :  Sebagai mediator panas.
d . Gliserol (DitjenPOM, 1979)
Nama Resmi                 :  GLYCEROLUM
Nama Lain                               :  Gliserol, Gliserin
RM/BM                         :  C3H8O3 / 92,10
Pemerian                   : Cairan seperti sirop, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, manis diikuti rasa hangat, higroskopik.
Kelarutan                    :  Dapat campur dengan air, dan dengan
Etanol (95 %) P, p praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P dan  dalam minyak lemak.
Penyimpanan             :  Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan                    :  Zat tambahan.
  1. Asam Borat (Ditjen POM, 1979)
  Nama resmi               :  Acidum boricum
Nama lain                   :  Asam borat
RM/BM                       :  H3BO3 /61,83
Pemerian               :  Serbuk hablur,putih,atau sisik mengkilap, tidak                                                   berwarna, kasar, tidak berbau, rasa agak asam, dan pahit kemudian manis
Kelarutan           :  Larut dalam 20 bagian air,dalam 3 bagian air mendidih, dalam 16 bagian etanol (95%) P dan dalam 3 bagian gliserol
Penyimpanan            :   Dalam wadah tertutup baik
Kandungan               :   Mengandung tidak kurang dari 99,5% H3BO3
Kegunaan                 :   Sebagai sampel


f .  Sirup Marjan Cocopandan
Nama Produk        : Marjan Boudoin Coco Pandan
Kategori                  : Minuman/sirup
Isi bersih                 : 600 ml
Kemasan                : dus
Quantity                  : 12 botol
Komposisi             : Gula, air, perisa melon, sari buah melon, pengawet natrium, benzoate, penaturan keasaman, pewarna tartazin C1 19140, dan biru berlian C1 42090
Pembuatan            : Larutkan 65 bagian sakarosa dalam larutan metal paraben 0,25 % b/v secukupnya hingga diperoleh 100 bagian sirup
Pemerian                : cairan jernih tidak berwarna
Penyimpanan        : dalam wadah tertutup rapat


C. Prosedur Kerja (Anonim, 2013)
1. Menentukan Kerapatan Bulk
·         Timbang asam borat sebanyak 10 g, kemudian masukkan ke dalam gelas ukur 50 ml.
·         Ukur volume zat padat
·         Hitung kerapatan Bulk menggunakan persamaan
Kerapatan Bulk =
2.    Menentukan Kerapatan Mampat
·         Timbang zat padat sebanyak 10 gram
·         Masukkan ke dalam gelas ukur
·         Ketuk sebanyak 200 kali ketukan
·         Ukur volume yag terbentuk
·         Hitung kerapatan mampat dengan persamaan
Kerapatan Mampat =

3.    Menentukan Kerapatan Sejati
·         Timbang piknometer kosong yang bersih dan kering bersama tutupnya (W1)
·         Isi piknometer dengan zat padatkira-kira mengisi 2/3 bagian volumenya. Timbang piknometer berisi zat padat beserta tutupnnya (W3)
·         Isikan paraffin cair perlahan-lahan ke dalam piknometer berisi zat pada, kocok-kocok, dan isi sampai penuh sehingga tidak ada gelembung udara di dalamnya.
·         Timbang piknometer berisii zat padat dan paraffin cair tersebut beserta tutupnya (W4)
·         Besihkan piknometer dan isi penuh dengan paraffin cair hingga tidak ada gelembung di dalamnya.
·         Timbang piknometer berisi penuh paraffin cair dan tutupnya (W2)
·         Hitung kerapatan zat menggunakan persamaan

4.    Menentukan Bobot Jenis Cairan
·         Gunakan piknometer yang bersih dan kering
·         Timbang piknometer kosong (W1), lalu isi dengan air suling, bagian luar piknometer dilap sampai kering dan ditimbang (W2)
·         Buang air suling tersebut, keringkan piknometer lalu isi dengan cairan yang akan diukur bobot jenisnya pada suhu yang sama pada saat pengukuran air suling, dan timbang (W3)
·         Hitung bobot jenis cairan menggunakan persamaan
Dt =






BAB III
CARA KERJA
A. Alat dan Bahan
1. Alat Yang Dipakai
Alat yang digunakan yaitu piknometer 25 ml, gelas ukur 25 ml, corong, botol semprot, gelas kimia, pipet tetes, timbangan analitik
2. Bahan Yang Dipakai
Bahan yang digunakan yaitu asam borat, parafin cair, alcohol 70%, gliserin, sirup marjan cocopandan, minyak kelapa, aquadest, tissue, aluminium foil, kertas timbang.





B.Cara Kerja
a.    Menentukan Kerapatan Bulk
Ditimbang asam borat sebanyak 10 gram, dimasukkan ke dalam gelas ukur 50 ml. Diukur volume zat padat yang terbentuk. Dihitung kerapatan Bulk.
b.    Menentukan Kerapatan Mampat
Ditimbang asam borat sebanyak 10 gram, dimasukkan ke dalam gelas ukur. Diketuk sebanyak 200 kali ketukan, diukur volume yang terbentuk. Dihitung kerapatan Mampat.
c.    Menentukan Keraptan Sejati
Ditimbang piknometer yang bersih dan kering bersama tutupnya (W1). Diidikan piknometer dengan asam borat kira-kira mengisi 2/3 bagian volumenya. Ditimbang piknometer berisi zat padat beserta tutupnya (W3). Disikan parafin cair perlahan-lahan ke dalam piknometer berisi asam borat, kocok-kocok, dan isi sampai penuh sehingga tidak ada gelembung udara didalamnya. Ditimbang piknometer berisi asam borat dan parafin cair tersebut beserta tutupnya (W4). Bersihkan piknometer dan isi penuh dengan parafin cair hingga tidak ada gelembung didalamnya. Ditimbang piknometer berisi penuh parafin cair dan tutupnya (W2). Dihitung kerapatan zat.
d.    Menentukan Bobot Jenis Cairan
Digunakan piknometer yang bersih dan kering. Ditimbang piknometer kosong (W1), diisi dengan air suling, dilap bagian luar piknometer dan ditimbang (W2). Dibuang air suling, dikeringkan piknometer lalu diisi dengan cairan yang akan diukur bobot jenisnya pada suhu yang sama pada saat pengukuran air suling, dan ditimbang (W3). Dihitung bobot jenis cairan.









BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil dan Perhitungan
1. Tabel
a.    Kerapatan Bulk
Bobot Zat (g)
10 g
Volume Bulk (ml)
12 ml
Kerapatan Bulk (g/ml)
0,833 g/ml

b.    Kerapatan Mampat
Bobot Zat (g)
10 g
Volume Mampat (ml)
10 ml
Kerapatan Mampat (g/ml)
1 g/ml




c.    Kerapatan Sejati
Bobot Piknometer Kosong (g)
9,632 g
Bobot pikno + Zat cair (g)
48,35 g
Bobot pikno + Zat padat (g)
35,30 g
Bobot jenis Zat Padat + Cair (g/ml)
51,327 g/ml

d.    Bobot Jenis Zat Cair
Bobot Piknometer Kosong (g)
9,632 g
Bobot pikno + Air (g)
56,396 g
Bobot pikno + Zat Cair (g)

Sirup = 60,9103 g    
 Alkohol= 51,3019 g 
Gliserin = 58,5063 g
m.kelapa= 50,1886 g
Bobot jenis Zat cair (g/ml)
Dt sirup = 1,096 g/ml     
Dt  alkohol = 0,891 g/ml
Dt gliserin = 1,045 g/ml
Dt minyak kelapa = 0,867 g/ml


2. Perhitungan
a.    Kerapatan Bulk
Kerapatan Bulk =
                            =
                         = 0,833 g/ml
b.    Kerapatan Mampat
Kerapatan Mampat =
                                   =
                                = 1 g/ml
c.    Kerapatan Sejati
=
=
= 1,131 g/ml
  1. Bobot Jenis Zat Cair
Dt sirup =
=
=
= 1,096 g/ml

Dt alkohol =
=
=
= 0,891 g/ml
Dt minyak kelapa =
=
=
= 0,867 g/ml
Dt gliserin =
=
=
= 1,045 g/ml









BAB V
PEMBAHASAN
Density, bobot jenis atau kerapatan zat  adalah perbandingan massa dan volume zat itu, sehingga dapat diukur dengan rumus:
Keterangan:  massa jenis (g/ml)
m = massa zat (g)
v = volume zat (ml)
specific gravity adalah hasil yang diperoleh dengan membagi bobot zat dengan bobot air, dalam piknometer. Penentuan bobot zat jenis cairan dapat diketahui dengan rumus :
Dt =
Keterangan : Dt = bobot jenis pada suhu t
W2 = bobot piknometer + air suling
W3 = bobot piknometer + cairan
Sedangkan untuk padatan dapat diketahui dengan rumus
Keterangan : W1 = massa piknometer kosong beserta tutupnya
                        W2 = massa piknometer penuh paraffin beserta tutupnya
                        W3 = massa piknometer berisi zat padat beserta tutupnya
                        W4 = massa piknometer berisi zat padat dan dipenuhi paraffin beserta tutupnya
Kerapatan zat padat dibedakan menjadi tiga yaitu
a.    Kerapatan sejati         tidak termasuk pori tertutup dan pori terbuka
b.    Kerapatan mampat    termasuk pori tertutup, tetapi tidak     termasuk pori terbuka
c.    Kerapatan bulk        termasuk pori tertutup dan pori terbuka
o   Kerapatan sejati dapat ditentukan dengan rumus :
o   Kerapatan mampat dapatditentukan dengan rumus :
Kerapatan Mampat =

o   Kerapatan bulk dapat ditentukan dengan rumus :
Kerapatan Bulk =
Pada praktikum kali ini, kita akan menentukan bobot jenis beberapa cairan, dan kerapatan beberapa padatan. Kita akan menentukan kerapatan bulk, kerapatan mampat, kerapatan sejati, dan bobot jenis zat. Dalam keempat percobaan di atas kita akan menggunakan alat antara lain piknometer 25 ml, gelas ukur 25 ml, corong, botol semprot, gelas kimia, pipet tetes dan timbangan analitik. Kita juga menggunakan bahan antara lain asam borat, alcohol 70 %, gliserin, sirup marjan cocopandan, minyak kelapa, aquadest, tissue, almunium foil, dan kertas timbang.
Untuk percobaan kerapatan Bulk, pertama-tama kita ditimbang asam borat sebanyak 10 g, lalu dimasukkan ke dalam gelas ukur 25 ml. kemudian diukur volumenya menggunakan rumus kerapatan bulk yang telah ditentukan.
Untuk percobaan menentukan kerapatan mampat, pertama-tama ditimbang 10 g asam borat, lalu dimasukkan ke dalam gelas ukur 25 ml, kemudian diketuk sebanyak 200 kali ketukan, agar zat padatnya benar-benar mampat, setelah itu diukur dan dihitung volumenya menggunakan rumus kerapatan mampat yang telah ditentukan.
Untuk percobaan menentukan kerapatan sejati yaitu ditimbang piknometer kosong bersama tutupnya untuk nilai W1, lalu ditimbang lagi piknometer yang berisi zat padat kira 2/3 dari volumenya beserta tutupnya untuk nilai W3. Kemudian ditimbang piknometer berisi zat padat dan parafin cair untuk nilai W4. Dan untuk nilai W2 ditimbang piknometer yang berisi penuh parafin cair. Setelah nilai-nilai semuanya didapat, kemudian dihitung kerapatan sejatinya menggunakan rumus kerapatan sejati yang telah ditentukan.
Untuk percobaan bobot jenis cairan, pertama-tama ditimbang piknometer kering beserta tutupnya untuk nilai W1, lalu dimasukkan air suling dalam piknometer tersebut kemudian ditimbang untuk nilai W2. Ganti air suling dengan cairan yang akan diukur bobot jenisnya (sirup marjan melon, alcohol 70 %, minyak kelapa, dan gliserin) untuk nilai W3. Kemudian dihitung bobot jenisnya menggunakan rumus menghitung bobot jenis yang telah ditentukan.
Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil antara lain nilai kerapatan bulk yaitu 0,833 g/ml, kerapatan mampat yaitu 1 g/ml, kerapatan sejati yaitu ,131 g/ml dan keempat bobot jenis zat cair antara lain : bobot jenis sirup yaitu 1,096 g/ml, bobot jenis alkohol yaitu 0,891 g/ml, bobot jenis gliserin yaitu 1,045 dan bobot jenis minyak kelapa yaitu 0,867 g/ml.
Dari hasil praktikum yang diperoleh  dapat dilihat bahwa perbedaan nilai antara kerapatan bulk dan kerapatan mampat, yang mana kerapatan bulk nilainya lebih kecil dibandingkan dengan kerapatan mampat. Hal ini terjadi karena pada percobaan kerapatan bulk masih terdapat ruang atau rongga kosong dalam gelas ukur, sedangkan kerapatan mampat tidak terdapat lagi ruang atau rongga kosong dalam gelas ukur tersebut.
Di dalam praktikum mungkin terjadi faktor kesalahan yang diakibatkan karena para praktikan kurang teliti dalam mengukur volumenya. Seperti pada pengukuran volume piknometer kosong yang pertama, terjadi sedikit kesalahan.








BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
1.    Nilai kerapatan bulk = 0,833 g/ml
2.    Nilai kerapatan mampat = 1 g/ml
3.    Nilai kerapatan sejati = 1,131 g/ml
4.    Bobot jenis cairan :
o   Bobot jenis sirup = 1,096 g/ml
o   Bobot jenis alkohol = 0,891 g/ml
o   Bobot jenis minyak kelapa = 0,867 g/ml
o   Bobot jenis gliserin = 1,845 g/ml
B. Saran
Disarankan kepada para kakak asisten agar lebih membimbing para praktikannya dalam menulis jurnal dan laporan
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H.C. 2004. Kalkulasi Farmasetik. EGC. Jakarta
Gibson, M. 2004. Pharmaceutical Preformulation And Formulation. CRC Press. USA
Lachman, L. 1986. Teori dan Praktek Farmasi Industri
Martin, A., 1993, Farmasi Fisika : Bagian Larutan dan Sistem Dispersi, Gadjah Mada University Press, Jogjakarta.
Petrucci, R. H., 1985, General Chemistry, Principles and Application, 4th Ed., Collier Mac Inc., New York.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar