BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari
kita selalu berhubungan dengan berbagai macam benda yang selalu kita gunakan untuk
menunjang segala aktivitas kita. Tanpa kita ketahui, setiap benda memiliki
massa jenis yang berbeda antara satu dan yang lainnya.
Dalam bidang farmasi, ahli
farmasi seringkali menggunakan besaran pengukuran kerapatan dan bobot jenis
apabila mengadakan perubahan massa dan volume. Kerapatan adalah turunan besaran
yang menyangkut satuan massa dan volume.
Bobot jenis diartikan sebagai perbandingan kerapatan dari suatu zat terhadap
kerapatan air, harga kedua zat ditentukan pada temperature yang sama, jika
tidak dengan cara lain yang khusus.
Massa jenis merupakan nilai
yang menunjukkan besarnya perbandingan antara massa benda dengan volume benda
tersebut, massa jenis suatu benda bersifat tetap artinya jika ukuran dan bentuk
benda diubah massa jenis benda tidak berubah. Misalnya ukurannya diperbesar
sehingga massa benda maupun volume benda makin besar. Untuk menentukan massa
benda dapat dilakukan dengan menimbang benda tersebut dengan timbangan yang
sesuai, seperti neraca analitik atau yang lainnya.
Dewasa ini telah banyak alat
yang dibuat untuk memudahkan kita dalam mengukur bobot jenis dan kerapatan zat.
Bobot jenis zat dapat diukur dengan menggunakan berbagai jenis alat ukur salah
satunya piknometer. Dengan menggunakan piknometer, kita dapat melihat perbedaan
hasil akhir bobot jenis dan massa jenis suatu zat. Alat piknometer ini,
dipengaruhi oleh sifat larutan, pH dan pengaruh temperature.
Mengingat pentingnya massa
dan bobot jenis dalam bidang farmasi, maka sudah sewajarnya jika mahasiswa
farmasi memahami mengenai massa dan bobot jenis ini, termasuk cara-cara dalam
melakukan pengukuran bobot jenis. Dalam praktikum ini akan dilakukan percobaan
menghitung kerapatan Bulk, kerapatan Mampat, kerapatan Sejati, dan bobot jenis
zat.
B. Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini adalah :
Membedakan bobot
jenis dan kerapatan antara alkohol, gliserol, minyak kelapa, dan syrup marjan
cocopandan.
C. Tujuan
Percobaan
Ø Menentukan
bobot jenis beberapa cairan
Ø Menentukan
kerapatan beberapa padatan
D. Manfaat Percobaan
Adapun manfaat dari dilakukan percobaan ini
adalah :
Praktikan dapat
mengetahui dan membedakan antara bobot jenis dan kerapatan pada alkohol,
gliserol, minyak kelapa, dan syrup marjan cocopandan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Teori Umum
Bobot
jenis adalah rasio bobot suatu zat baku yang volumenya sama pada suhu yang sama
dan dinyatakan dalam decimal. Untuk membedakan antara kerapatan (density) dan bobot jenis. Kerapatan
adalah massa per satuan volume yaitu bobot zat per satuan volume. Misalnya,
satu milliliter raksa berbobot 13,6 g, dengan demikian kerapatannya adalah 13,6
g/ml. jika kerapatan dinyatakan sebagai satuan bobot dan volume, maka bobot
jenis merupakan bilangan abstrak. Bobot jenis menggambarkan hubungan antara
bobot suatu zat terhadap bobot suatu zat baku, misalnya air yang merupakan zat
baku untuk sebagian besar perhitungan dalam farmasi dan dinyatakan memiliki
bobot jenis 1,00 (Ansel, 1989).
Bobot jenis dinyatakan dalam
desimal dengan beberapa angka di belakang koma sebanyak akurasi yang diperlukan
pada penentuannya. Bobot jenis suatu zat dapat dihitung dengan mengetahui bobot
dan volumenya, melalui persamaan berikut (Ansel, 1989) :
Bobot Jenis (BJ) =
Kerapatan
(density) adalah massa per satuan volume, yaitu bobot zat per satuan volume.
Nilai kerapatan dapat diukur melalui pengukuran massa dan volumenya (Ansel,
1989).
Keterangan :
m = massa
zat (g)
v = volume
zat (ml)
Kerapatan adalah massa per
unit volume suatu zat pada temperatur tertentu. Sifat ini merupakan salah satu
sifat fisika yang paling sederhana dan sekaligus merupakan salah satu sifat
fisika yang paling definitive, dengan demikian dapat digunakan untuk menentukan
kemurnian suatu zat (Martin,1993).
Hubungan antara massa dan
volume tidak hanya menunjukan ukuran dan bobot molekul suatu komponen, tetapi
juga gaya-gaya yang mempengaruhi sifat karakteristik “pemadatan” (“Packing
Characteristic”). Dalam sistem matriks kerapatan diukur dengan
gram/milimeter (untuk cairan) atau gram/cm2 (Martin, A., 1993).
Kerapatan dan berat jenis. Ahli
farmasi sering kali mempergunakan besaran pengukuran ini apabila mengadakan
perubahan antara massa dan volume. Kerapatan adalah turunan besaran karena
menyangkut satuan massa dan volume. Batasannya adalah massa per satuan volume
pada temperatur dan tekanan tertentu, dan dinyatakan dalam sistem cgs dalam
gram per sentimeter kubik (gram/cm3) (Martin, 1993).
Berbeda dengan kerapatan,
berat jenis adalah bilangan murni tanpa dimensi; yang dapat diubah menjadi
kerapatan dengan menggunakan rumus yang cocok. Berat jenis didefinisikan
sebagai perbandingan kerapatan dari suatu zat terhadap kerapatan air, harga
kedua zat itu ditentukan pada temperatur yang sama, jika tidak dengan cara lain
yang khusus. Istilah berat jenis, dilihat dari definisinya, sangat lemah; akan
lebih cocok apabila dikatakan sebagai kerapatan relatif (Martin, 1993).
Berat jenis untuk penggunaan
praktis lebih sering didefinisikan sebagai perbandingan massa dari suatu zat
terhadap massa sejumlah volume air yang sama pada suhu 4o atau temperatur lain
yang tertentu. Notasi berikut sering ditemukan dalam pembacaan berat jenis:
25o/25o, 25o/4o, dan 4o/4o. Angka yang pertama menunjukkan temperatur udara di
mana zat ditimbang; angka di bawah garis miring menunjukkan temperatur air yang
dipakai. Buku-buku farmasi resmi menggunakan patokan 25o/25o untuk menyatakan
berat jenis (Martin,1993).
Berat jenis dapat ditentukan
dengan menggunakan berbagai tipe piknometer, neraca Mohr-Westphal, hidrometer
dan alat-alat lain. Pengukuran dan perhitungan didiskusikan di buku kimia
dasar, fisika dan farmasi (Martin, 1993).
Rapatan diperoleh dengan
membagi massa suatu obyek dengan volumenya.
d =
Suatu
sifat yang besarnya tergantung pada jumlah bahan yang sedang diselidiki disebut
sifat ekstensif. Baik massa maupun volume adalah sifat-sifat ekstensif. Suatu
sifat tergantung pada jumlah bahan adalah sifat intensif. Rapatan yang
merupakan perbandingan antara massa dan volume, adalah sifat intensif.
Sifat-sifat intensif umumnya dipilih oleh para ilmuwan untuk pekerjaan ilmiah
karena tidak tergantung pada jumlah bahan yang sedang diteliti (Petrucci,
1985).
Meskipun massa dari serbuk bulk
sampel dapat ditentukan dengan ketelitian tinggi, pengukuran volume lebih sulit
dari yang terlihat. Kesuliatan utama timbul pada penentuan volume sebenarnya
dari bulk, dimana ada tiga tipe ruang-ruang udara atau rongga dapat dibedakan
(Lachman, 1986) :
1.
Rongga
intrapartikel yang terbuka
rongga-rongga terdapat di dalam partikel tunggal, tetapi terbuka pada
lingkungan luar.
2. Rongga intrapartikel yang
tertutup rongga-rongga terdapat di
dalam partikel tunggal, tetapi tertutup dari lingkungan luar.
3. Rongga antarpartikel ruang-ruang
udara antara dua partikel individu.
Karena itu, paling tidak ada
tiga interprestasi dari “volume serbuk” yang diajukan (Lachman, 1986) :
1. Volume serbuk sebenarnya (vt)
jumlah volume dari partikel-partikel
padat yang mengabaikan semua ruang yang lebih besar dari dimensi molekuler, dan
yang mempunyai nilai karakter untuk tiap bahan.
2. Volume granuler (volume
partikel) (vg) volume kumulatif
yang diambil oleh partikel-partikel termasuk semua rongga intrapartikel (tetapi
tidak antarpartikel). Batas antara intrapartikel terbuka dan ruang udara
antarpartikel dapat diinterpretasi secara berlainan, karena itu interpretasi
volume tergantung dari metode pengukuran.
3. Volume bulk (vb) jumlah volume yang dipakau oleh seluruh
massa serbuk pada pengepakan khusus yang didapat selama peengukuran, sehingga
interpretasi ini juga tergantung pada metode.
Rongga-rongga yang terdapat
pada massa serbuk dapat lebih Nampak daripada komponen-komponen padat pada
beberapa percobaan. Sebagai contoh, suatu jaringan kapiler halus dari
rongga-rongga telah ditunjukkan untuk memperbesar laju cairan yang diambil oleh
tablet, yang pada gilirannya mempertinggi laju disintegrasinya. Untuk ini,
suatu kualitas tanpa dimensi kedua, hasil bagi volume total dari ruang-ruang
rongga (vv) terhadap volume bulk dari bahan sering dipilih untuk
memantau kemajuan kompresi. Rasio ini vv / vb dinyatakan
sebagi porositas (E) dari bahan (Lachman, 1986) :
vv = vb
– vt
sehingga: porositas E =
porositas
sering dinyatakan dalam persentase:
E =
100.
Manfaat penentuan bobot jenis dan kerapatan
dalam bidang farmasi yaitu bobot jenis adalah factor yang memungkinkan
pengubahan jumlah zat dalam formula farmasetik dari bobot menjadi volume dan sebaliknya. Bobot jenis jug
digunakan untuk mengubah pernyataan kekuatan dalam b/b, b/v, v/v (Ansel, 1989).
B. Uraian Bahan
.a. Alkohol (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi
: AETHANOLUM
Nama lain :
alkohol
RM/BO :
C2H6O/ 46,07
Bobot jenis : 0,
8119-0,8139
Pemerian
:Cairan
mudah menguap, jernih, tidak berbau. Bau khas dan
menyebabkan rasa terbakar pada lidah. mudah menguap walaupun pada suhu
rendah dan mendidih pada suhu 780, mudah terbakar.
Kelarutan :Bercampur
dengan air dan praktis bercampur
dengan semua
pelarut organik
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, jauh
dari api.
Penggunaan : Zat tambahan.
b. Minyak
kelapa (Ditjen POM,1979)
Nama resmi :OLEUM
COCOS
Nama
lain
:Minyak kelapa
Pemerian :Cairan
jernih; tidak berwarna atau kuning pucat; bau khas. Tidak tengik
Kelarutan
:Larut dalam 2 bagian etanol(95%) p pada suhu 60º; sangat mudah larut dalam
kloroform dan dalam eter p.
Penyimpanan
:Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, di
tempat sejuk.
Penggunaaan
: Zat tambahan
c. Parafin (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi :
PARAFFINUM LIQUIDUM
Nama lain
: Parafin cair.
Pemerian
:Cairan kental, transparan, tidak
berfluoresensi;
tidak berwarna; hampir tidak berbau; hampir tidak
mempunyai rasa.
Kelarutan : Praktis
tidak larut dalam air dan etanol 95% P larut dalam kloroform P dalam eter P
Bobot
per ml : 0,870 gr – 0,890 gr
Titik
lebur :
200o C
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung
dari cahaya
Kegunaan : Sebagai mediator panas.
d
. Gliserol (DitjenPOM, 1979)
Nama
Resmi : GLYCEROLUM
Nama
Lain :
Gliserol, Gliserin
RM/BM
: C3H8O3
/ 92,10
Pemerian : Cairan seperti sirop,
jernih, tidak berwarna, tidak berbau, manis diikuti rasa hangat, higroskopik.
Kelarutan : Dapat campur dengan air, dan dengan
Etanol
(95 %) P, p praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam minyak lemak.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Zat tambahan.
- Asam
Borat (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi
: Acidum boricum
Nama lain : Asam
borat
RM/BM : H3BO3
/61,83
Pemerian : Serbuk hablur,putih,atau sisik mengkilap,
tidak
berwarna, kasar, tidak berbau,
rasa agak asam, dan pahit kemudian manis
Kelarutan : Larut
dalam 20 bagian air,dalam 3 bagian air mendidih, dalam 16 bagian etanol (95%) P
dan dalam 3 bagian gliserol
Penyimpanan :
Dalam wadah tertutup baik
Kandungan : Mengandung tidak kurang dari 99,5% H3BO3
Kegunaan
:
Sebagai sampel
f
. Sirup Marjan Cocopandan
Nama Produk :
Marjan Boudoin Coco Pandan
Kategori :
Minuman/sirup
Isi bersih :
600 ml
Kemasan :
dus
Quantity :
12 botol
Komposisi : Gula, air, perisa melon, sari
buah melon, pengawet natrium, benzoate, penaturan keasaman, pewarna tartazin C1
19140, dan biru berlian C1 42090
Pembuatan : Larutkan 65 bagian sakarosa dalam
larutan metal paraben 0,25 % b/v secukupnya hingga diperoleh 100 bagian sirup
Pemerian : cairan jernih tidak berwarna
Penyimpanan
: dalam wadah tertutup rapat
C. Prosedur Kerja (Anonim,
2013)
1. Menentukan
Kerapatan Bulk
·
Timbang asam borat sebanyak 10 g, kemudian
masukkan ke dalam gelas ukur 50 ml.
·
Ukur volume zat padat
·
Hitung kerapatan Bulk menggunakan persamaan
Kerapatan
Bulk =
2. Menentukan
Kerapatan Mampat
·
Timbang zat padat sebanyak 10 gram
·
Masukkan ke dalam gelas ukur
·
Ketuk sebanyak 200 kali ketukan
·
Ukur volume yag terbentuk
·
Hitung kerapatan mampat dengan persamaan
Kerapatan
Mampat =
3. Menentukan
Kerapatan Sejati
·
Timbang piknometer kosong yang bersih dan
kering bersama tutupnya (W1)
·
Isi piknometer dengan zat padatkira-kira
mengisi 2/3 bagian volumenya. Timbang piknometer berisi zat padat beserta
tutupnnya (W3)
·
Isikan paraffin cair perlahan-lahan ke dalam
piknometer berisi zat pada, kocok-kocok, dan isi sampai penuh sehingga tidak
ada gelembung udara di dalamnya.
·
Timbang piknometer berisii zat padat dan
paraffin cair tersebut beserta tutupnya (W4)
·
Besihkan piknometer dan isi penuh dengan
paraffin cair hingga tidak ada gelembung di dalamnya.
·
Timbang piknometer berisi penuh paraffin cair
dan tutupnya (W2)
·
Hitung kerapatan zat menggunakan persamaan
4. Menentukan
Bobot Jenis Cairan
·
Gunakan piknometer yang bersih dan kering
·
Timbang piknometer kosong (W1), lalu isi
dengan air suling, bagian luar piknometer dilap sampai kering dan ditimbang
(W2)
·
Buang air suling tersebut, keringkan
piknometer lalu isi dengan cairan yang akan diukur bobot jenisnya pada suhu
yang sama pada saat pengukuran air suling, dan timbang (W3)
·
Hitung bobot jenis cairan menggunakan
persamaan
Dt
=
BAB III
CARA KERJA
A. Alat dan Bahan
1.
Alat Yang Dipakai
Alat
yang digunakan yaitu piknometer 25 ml, gelas ukur 25 ml, corong, botol semprot,
gelas kimia, pipet tetes, timbangan analitik
2. Bahan
Yang Dipakai
Bahan yang digunakan yaitu asam borat,
parafin cair, alcohol 70%, gliserin, sirup marjan cocopandan, minyak kelapa,
aquadest, tissue, aluminium foil, kertas timbang.
B.Cara Kerja
a.
Menentukan Kerapatan Bulk
Ditimbang asam borat sebanyak 10 gram, dimasukkan ke dalam
gelas ukur 50 ml. Diukur volume zat padat yang terbentuk. Dihitung kerapatan
Bulk.
b. Menentukan
Kerapatan Mampat
Ditimbang asam borat sebanyak 10 gram, dimasukkan ke
dalam gelas ukur. Diketuk sebanyak 200 kali ketukan, diukur volume yang
terbentuk. Dihitung kerapatan Mampat.
c. Menentukan
Keraptan Sejati
Ditimbang piknometer yang bersih dan kering bersama
tutupnya (W1). Diidikan piknometer dengan asam borat kira-kira mengisi 2/3
bagian volumenya. Ditimbang piknometer berisi zat padat beserta tutupnya (W3).
Disikan parafin cair perlahan-lahan ke dalam piknometer berisi asam borat,
kocok-kocok, dan isi sampai penuh sehingga tidak ada gelembung udara
didalamnya. Ditimbang piknometer berisi asam borat dan parafin cair tersebut
beserta tutupnya (W4). Bersihkan piknometer dan isi penuh dengan parafin cair
hingga tidak ada gelembung didalamnya. Ditimbang piknometer berisi penuh
parafin cair dan tutupnya (W2). Dihitung kerapatan zat.
d. Menentukan
Bobot Jenis Cairan
Digunakan piknometer yang bersih dan kering. Ditimbang
piknometer kosong (W1), diisi dengan air suling, dilap bagian luar piknometer
dan ditimbang (W2). Dibuang air suling, dikeringkan piknometer lalu diisi
dengan cairan yang akan diukur bobot jenisnya pada suhu yang sama pada saat
pengukuran air suling, dan ditimbang (W3). Dihitung bobot jenis cairan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil dan Perhitungan
1. Tabel
a. Kerapatan
Bulk
Bobot
Zat (g)
|
10
g
|
Volume
Bulk (ml)
|
12
ml
|
Kerapatan
Bulk (g/ml)
|
0,833
g/ml
|
b. Kerapatan
Mampat
Bobot
Zat (g)
|
10
g
|
Volume
Mampat (ml)
|
10
ml
|
Kerapatan
Mampat (g/ml)
|
1
g/ml
|
c. Kerapatan
Sejati
Bobot
Piknometer Kosong (g)
|
9,632
g
|
Bobot
pikno + Zat cair (g)
|
48,35
g
|
Bobot
pikno + Zat padat (g)
|
35,30
g
|
Bobot
jenis Zat Padat + Cair (g/ml)
|
51,327
g/ml
|
d. Bobot
Jenis Zat Cair
Bobot Piknometer Kosong (g)
|
9,632 g
|
Bobot pikno + Air (g)
|
56,396 g
|
Bobot pikno + Zat Cair (g)
|
Sirup
= 60,9103 g
Alkohol= 51,3019 g
Gliserin
= 58,5063 g
m.kelapa=
50,1886 g
|
Bobot jenis Zat cair (g/ml)
|
Dt
sirup = 1,096 g/ml
Dt
alkohol = 0,891 g/ml
Dt
gliserin = 1,045 g/ml
Dt
minyak kelapa = 0,867 g/ml
|
2.
Perhitungan
a. Kerapatan
Bulk
Kerapatan Bulk =
=
= 0,833 g/ml
b. Kerapatan
Mampat
Kerapatan
Mampat =
=
= 1 g/ml
c. Kerapatan
Sejati
=
=
=
1,131 g/ml
- Bobot
Jenis Zat Cair
Dt sirup =
=
=
= 1,096 g/ml
Dt alkohol =
=
=
= 0,891 g/ml
Dt minyak kelapa =
=
=
= 0,867 g/ml
Dt gliserin =
=
=
= 1,045 g/ml
BAB V
PEMBAHASAN
Density, bobot jenis atau kerapatan zat
adalah perbandingan massa dan volume zat itu,
sehingga dapat diukur dengan rumus:
Keterangan:
massa jenis (g/ml)
m
= massa zat (g)
v
= volume zat (ml)
specific gravity adalah hasil yang diperoleh dengan
membagi bobot zat dengan bobot air, dalam piknometer. Penentuan bobot zat jenis
cairan dapat diketahui dengan rumus :
Dt =
Keterangan : Dt =
bobot jenis pada suhu t
W2 = bobot
piknometer + air suling
W3 = bobot
piknometer + cairan
Sedangkan untuk padatan
dapat diketahui dengan rumus
Keterangan
: W1 = massa piknometer kosong beserta tutupnya
W2
= massa piknometer penuh paraffin beserta tutupnya
W3
= massa piknometer berisi zat padat beserta tutupnya
W4
= massa piknometer berisi zat padat dan dipenuhi paraffin beserta tutupnya
Kerapatan zat padat dibedakan menjadi
tiga yaitu
a.
Kerapatan
sejati tidak termasuk pori
tertutup dan pori terbuka
b.
Kerapatan
mampat termasuk pori tertutup, tetapi
tidak termasuk pori terbuka
c.
Kerapatan
bulk termasuk pori tertutup dan
pori terbuka
o
Kerapatan sejati dapat ditentukan dengan
rumus :
o
Kerapatan mampat dapatditentukan dengan
rumus :
Kerapatan
Mampat =
o
Kerapatan bulk dapat ditentukan dengan
rumus :
Kerapatan Bulk =
Pada praktikum kali ini, kita akan
menentukan bobot jenis beberapa cairan, dan kerapatan beberapa padatan. Kita
akan menentukan kerapatan bulk, kerapatan mampat, kerapatan sejati, dan bobot
jenis zat. Dalam keempat percobaan di atas kita akan menggunakan alat antara
lain piknometer 25 ml, gelas ukur 25 ml, corong, botol semprot, gelas kimia,
pipet tetes dan timbangan analitik. Kita juga menggunakan bahan antara lain
asam borat, alcohol 70 %, gliserin, sirup marjan cocopandan, minyak kelapa,
aquadest, tissue, almunium foil, dan kertas timbang.
Untuk
percobaan kerapatan Bulk, pertama-tama kita ditimbang asam borat sebanyak 10 g,
lalu dimasukkan ke dalam gelas ukur 25 ml. kemudian diukur volumenya
menggunakan rumus kerapatan bulk yang telah ditentukan.
Untuk
percobaan menentukan kerapatan mampat, pertama-tama ditimbang 10 g asam borat,
lalu dimasukkan ke dalam gelas ukur 25 ml, kemudian diketuk sebanyak 200 kali
ketukan, agar zat padatnya benar-benar mampat, setelah itu diukur dan dihitung
volumenya menggunakan rumus kerapatan mampat yang telah ditentukan.
Untuk
percobaan menentukan kerapatan sejati yaitu ditimbang piknometer kosong bersama
tutupnya untuk nilai W1, lalu ditimbang lagi piknometer yang berisi zat padat
kira 2/3 dari volumenya beserta tutupnya untuk nilai W3. Kemudian ditimbang
piknometer berisi zat padat dan parafin cair untuk nilai W4. Dan untuk nilai W2
ditimbang piknometer yang berisi penuh parafin cair. Setelah nilai-nilai
semuanya didapat, kemudian dihitung kerapatan sejatinya menggunakan rumus
kerapatan sejati yang telah ditentukan.
Untuk
percobaan bobot jenis cairan, pertama-tama ditimbang piknometer kering beserta
tutupnya untuk nilai W1, lalu dimasukkan air suling dalam piknometer tersebut
kemudian ditimbang untuk nilai W2. Ganti air suling dengan cairan yang akan
diukur bobot jenisnya (sirup marjan melon, alcohol 70 %, minyak kelapa, dan
gliserin) untuk nilai W3. Kemudian dihitung bobot jenisnya menggunakan rumus
menghitung bobot jenis yang telah ditentukan.
Dari
praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil antara lain nilai kerapatan
bulk yaitu 0,833 g/ml, kerapatan mampat yaitu 1 g/ml, kerapatan sejati yaitu
,131 g/ml dan keempat bobot jenis zat cair antara lain : bobot jenis sirup
yaitu 1,096 g/ml, bobot jenis alkohol yaitu 0,891 g/ml, bobot jenis gliserin
yaitu 1,045 dan bobot jenis minyak kelapa yaitu 0,867 g/ml.
Dari
hasil praktikum yang diperoleh dapat
dilihat bahwa perbedaan nilai antara kerapatan bulk dan kerapatan mampat, yang
mana kerapatan bulk nilainya lebih kecil dibandingkan dengan kerapatan mampat.
Hal ini terjadi karena pada percobaan kerapatan bulk masih terdapat ruang atau
rongga kosong dalam gelas ukur, sedangkan kerapatan mampat tidak terdapat lagi
ruang atau rongga kosong dalam gelas ukur tersebut.
Di
dalam praktikum mungkin terjadi faktor kesalahan yang diakibatkan karena para
praktikan kurang teliti dalam mengukur volumenya. Seperti pada pengukuran
volume piknometer kosong yang pertama, terjadi sedikit kesalahan.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari
praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
1. Nilai
kerapatan bulk = 0,833 g/ml
2. Nilai
kerapatan mampat = 1 g/ml
3. Nilai
kerapatan sejati = 1,131 g/ml
4. Bobot
jenis cairan :
o
Bobot jenis sirup = 1,096 g/ml
o
Bobot jenis alkohol = 0,891 g/ml
o
Bobot jenis minyak kelapa = 0,867 g/ml
o
Bobot jenis gliserin = 1,845 g/ml
B. Saran
Disarankan
kepada para kakak asisten agar lebih membimbing para praktikannya dalam menulis
jurnal dan laporan
DAFTAR PUSTAKA
Ansel,
H.C. 2004. Kalkulasi Farmasetik. EGC.
Jakarta
Gibson, M. 2004. Pharmaceutical Preformulation And Formulation. CRC Press. USA
Lachman, L. 1986. Teori dan Praktek Farmasi Industri
Martin,
A., 1993, Farmasi Fisika : Bagian Larutan dan Sistem Dispersi, Gadjah
Mada University Press, Jogjakarta.
Petrucci, R. H.,
1985, General Chemistry, Principles and Application, 4th Ed., Collier Mac Inc.,
New York.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar